Su Shen ngomel-ngomel heboh menyadari kalau Li Wei ternyata tidak pernah tulus sama Yin Zheng, dia baik pada Yin Zheng ternyata karena mengira Yin Zheng mau mati dan dia bahkan sangat menanti-nantikan kematian Yin Zheng biar dia mendapat uang santunan kematian dan pulang ke kampung halamannya.
Dia bahkan menyarankan Yin Zheng untuk segera menghukum Li Wei sekarang juga. Namun yang tak disangkanya, Yin Zheng malah sama sekali tidak marah dan memutuskan untuk membiarkan Li Wei salah paham. Nanti saja dibicarakan semuanya setelah ujiannya selesai.
Begitulah bagaimana kemudian, selama beberapa hari ke depan, Li Wei selalu menantikan hari kematian suaminya, selalu membawakannya obat, Yin Zheng selalu berusaha menghindarinya, tapi Li Wei selalu bisa menangkapnya untuk memaksanya minum obat dan Yin Zheng akhirnya terpaksa meminumnya.
Li Wei juga tetap rutin masuk kelas, tapi dia benar-benar murid yang sangat buruk dalam segala hal dan selalu dihukum potong jatah uang bulanan... hingga akhirnya, tibalah hari kematian/ujiannya Yin Zheng.
Dia semakin yakin kalau Yin Zheng sudah mati saat Su Shen memberitahunya bahwa hari ini adalah hari besar Yin Zheng dan menyuruhnya untuk bersiap-siap. Dia mengira yang Su Shen maksud adalah bersiap-siap untuk pemakaman, padahal yang dimaksud Su Shen adalah bersiap-siap untuk merayakan kelulusan ujiannya Yin Zheng.
Ujiannya satu per satu di hadapan Raja dan Yin Zheng ditanyai tentang sistem perpajakan dan bagaimana pandangannya dalam menangani pajak untuk setiap wilayah yang berbeda-beda. Dia mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik, namun dia agak tegang saat Raja menanyakan masalah kebijakannya untuk menghapus pajak di musim dingin dan untuk untuk para orang tua dan janda.
Namun dengan cepat Yin Zheng menguasai diri dan dengan tenang menjawab bahwa maksudnya menghapus pajak untuk para orang tua dan janda adalah karena mereka tidak mampu bekerja.
Sedangkan penghapusan pajak di musim dingin adalah karena pada musim dingin tanaman tidak bisa tumbuh, jadi para petani pun tidak bisa bekerja pada musim ini. Jawabannya tampak jelas cukup memuaskan bagi Raja.
Kilat dan petir menggelegar hebat malam itu, membuat suasana terasa begitu mencekam saat Li Wei sedang melakukan ritual kematian di depan lukisannya Yin Zheng, lengkap pakai acara mengoles bawang ke matanya untuk membuatnya menangis air mata buaya.
Tapi kemudian kedua pelayannya kembali dan langsung menjerit heboh melihatnya. Mereka sontak buru-buru melepaskan semua pakaiannya, membuatnya bingung saat tiba-tiba Yin Zheng mendadak muncul dengan muka dingin menyeramkan yang jelas saja membuat Li Wei menjerit heboh mengira dia hantu bangkit dari kubur.
Setelah suasana tenang tak lama kemudian, Li Wei berlutut di hadapan Yin Zheng dengan kebingungan tentang kenapa suaminya masih hidup, dan lebih bingung lagi kenapa surat-suratnya ada pada Yin Zheng.
"Maaf, penyakit lambungku masih belum bisa membunuhku."
"Tapi kalian bilang..."
"Bilang apa? Tersisa setengah bulan lagi? Itu maksudnya tersisa setengah bulan lagi menjelang ujian."
"Lalu... apa anda sudah selesai ujian?"
"Sudah selesai."
"Bagaimana ujiannya?"
"Aku yang teratas."
"Selamat Pangeran."
Yin Zheng lalu mengusir semua pelayan karena dia ingin bicara berdua dengan Li Wei. Jelas saja Li Wei jadi tambah ketakutan, mengira Yin Zheng mau melakukan sesuatu untuk menghukumnya.
Padahal Yin Zheng hanya memintanya untuk mengatakan bagaimana pandangan Li Wei terhadapnya. Apa dia terlihat sangat lemah di mata Li Wei? Katakan sejujurnya.
Baiklah, Li Wei pun jujur mengaku bahwa Yin Zheng memang tampak agak lemah. Dia juga dengar dari orang-orang bahwa Yin Zheng sakit-sakitan sejak kecil. Makanya dia sulit mendapat posisi penting. Dia juga tidak dipedulikan oleh ayahnya dan tidak disayang sama ibunya. Intinya, dia pangeran yang paling lemah.
Li Wei benar-benar takut Yin Zheng akan melakukan sesuatu padanya. Tapi Yin Zheng langsung pergi meninggalkannya tanpa memberi jawaban pasti tentang apa yang akan Yin Zheng lakukan padanya untuk menghukumnya.
Dan jelas saja sikapnya yang ambigu itu membuat Li Wei jadi berpikir macam-macam, mengira dia bakalan dihukum mati, pikiran yang sontak membuatnya menangis sedih. Padahal Yin Zheng sama sekali tidak ada niat buruk padanya, malah keesokan harinya, Yin Zheng dengan manisnya menyuruh Su Shen untuk menyuruh Koki Liu untuk belajar memasak masakan Jichuan dan tumis daging sapi asap kesukaan Li Wei. (Aww, so sweet)
Tapi keesokan harinya, Li Wei tiba-tiba melihat para pelayan sibuk wara-wiri menyiapkan perayaan di dalam kamarnya lalu pelayannya dengan antusias memberitahunya bahwa sakit lambungnya Yin Zheng sudah sembuh, jadi Permaisuri menyuruh Li Wei dan Yin Zheng untuk melakukan malam pertama malam ini. (Pfft!)
Dia bahkan langsung diseret dan dipaksa untuk mendengarkan ceramah dayang istana senior tentang apa-apa saja yang harus dia lakukan nanti malam untuk melayani suaminya.
Li Wei sontak mewek sedih. Dia masih menyakini kalau dia bakalan dihukum mati, dan sekarang masih dipaksa untuk melakukan malam pertama sebelum dibunuh.
Kedua pelayannya berusaha meyakinkan bahwa dia tidak akan dihukum mati, buktinya Yin Zheng tidak melaporkan kesalahan Li Wei pada Permaisuri. Masalah malam pertama, dia tetap harus melakukannya demi masa depannya sendiri.
Akan lebih baik jika dia cepat melahirkan seorang putra, dengan begitu, dia akan bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Jika dia tidak bisa melahirkan anak, maka dia mungkin akan diceraikan dan diusir. Wah! Itu dia! Justru itu yang Li Wei inginkan! Diceraikan dan diusir!
Maka malam harinya, Li Wei dengan sengaja melakukan segala cara untuk membatalkan acara malam pertamanya dengan mencuri kambing super duper pedas dari dapur dan memakannya sampai habis hingga membuat bibirnya jadi dower. Wkwkwk!
Rencananya berhasil, Yin Zheng akhirnya melepaskannya. Tapi tentu saja Yin Zheng tidak cukup bodoh untuk tidak mengetahui akal-akalannya Li Wei, jadi dia sengaja menghukum Li Wei dengan melarang Li Wei untuk mendekati dapur mulai sekarang (Pfft! Kapok). Bahkan gara-gara perintah itu, Koki Liu tegas mengusir Li Wei dari dapur walaupun Li Wei mengaku kalau dia cuma mau ambil air.
Hari ini permaisuri sedang tidak enak badan, maka Yin Song pun memerintahkan istri dan selirnya untuk pergi menjenguk dan merawat Permaisuri. Hao Jia hampir saja senang, namun kemudian, Yin Song malah berkata bahwa alasannya memerintahkannya menemani Fang Ru hanya supaya dia saja yang berlutut di hadapan Permaisuri menggantikan Fang Ru biar Fang Ru tidak capek.
Para istri dan selir lainnya juga datang menjenguk Permaisuri. Namun dari sekian banyak istri dan selir yang datang, hanya Li Wei seorang yang diizinkan bertemu Permaisuri karena Permaisuri menyukai sup air bawi yang dibawakan Li Wei.
Kesempatan banget nih! Li Wei dengan senang hati menawarkan diri untuk tinggal di sini dengan alasan untuk merawat Permaisuri, padahal niatnya cuma ingin menghindari Yin Zheng dan tugasnya sebagai istri.
Sayangnya, Permaisuri menolak, malah mendesaknya untuk pulang dan melakukan kewajibannya sebagai istri dan melahirkan lebih banyak keturunan kerajaan. Wkwkwk! Li Wei galau.
Yin Song sontak kesal marah-marah saat mendengar bahwa tidak ada satu pun di antara istri atau selirnya yang berhasil menemui Permaisuri. Fang Ru tak berhasil menenangkannya, tapi Hao Jia berhasil menenangkannya dengan meyakinkan bahwa dia sudah menitip pesan ke Li Wei untuk memberitahu Permaisuri bahwa dia dan Fang Ru tadi juga datang.
Yin Song puas mendengar ucapannya itu hingga dia langsung berkata bahwa dia akan ke kamarnya Hao Jia nanti, dan jelas saja Fang Ru jadi semakin tak senang pada Hao Jia.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam