Sungguh tak disangka, ternyata Li Wei malah mendadak terpilih jadi selirnya Pangeran Ke-6. Gagal deh rencananya untuk tidak terpilih dan pulang kampung. Dia terpaksa harus menjalani prosesi pernikahan, tapi dia menjalani segala macam ritual pernikahan seorang diri, termasuk sembayang pada leluhur, tanpa kehadiran si pengantin pria.
Karena sekarang dia sudah resmi jadi selir pangeran, jadi otomatis dia mendapatkan dua pelayan pribadi yang bernama Yu Ping dan Yu Zhan. Dari kedua pelayan barunya inilah, Li Wei baru mengetahui bahwa dia dipilih sendiri oleh Pangeran Ke-6.
Flashback,
Ssaat tiba waktunya menentukan gadis mana untuk dinikahkan dengan pangeran yang mana, Raja dan Ratu awalnya berniat menikahkan Li Wei dengan Pangeran ke-10, tapi Pangeran Ke-10 jelas tidak mau menikah dengan pilihan Raja dan Ratu tersebut.
Saat itulah, Yin Zheng mendadak muncul dan tiba-tiba saja to the point menawarkan dirinya untuk menikahi Li Wei dengan alasan kasihan kalau Li Wei tidak terpilih. Raja dan Ratu langsung menyetujuinya, tapi karena latar belakang Li Wei yang kurang bagus, jadi Raja memutuskan Li Wei untuk menjadi selir saja, istri resmi Yin Zheng akan dipilih lagi suatu hari nanti dan harus gadis yang lebih baik dari Li Wei. Begitulah bagaimana awal mula Li Wei terpilih menjadi selirnya Pangeran Ke-6.
Flashback end,
Tepat saat itu juga, Li Wei mendadak mendengar teriakan heboh Su Shen yang memanggil tabib karena kondisi sakitnya Pangeran Ke-6 kambuh lagi. Yin Qi juga mendadak muncul saking khawatirnya mendengar sakit adiknya kambuh lagi.
Yin Qi dan Su Shen heboh banget bahkan sampai berkata bahwa waktunya Yin Zheng tinggal setengah bulan lagi. Jelas saja kalimat ambigu itu membuat Li Wei jadi mengira kalau yang mereka maksud adalah waktu hidupnya Yin Zheng tinggal setengah bulan lagi.
Dia jadi kasihan sama suaminya itu, masih muda tapi sudah mau mati. Sekarang dia yakin kalau Yin Zheng memilihnya pasti tujuannya untuk mendatangkan suka cita bagi Yin Zheng sebelum Yin Zheng mati.
Bahkan saking yakinnya kalau Yin Zheng bakalan mati setengah bulan yang akan datang, Li Wei langsung menulis jadwal di kalender tentang tanggal berapa suaminya akan mati dan dia resmi menjanda (Wkwkwk! Masa mati ada jadwal tetapnya? Ternyata dia memang rada bodoh), tanggal berapa suaminya akan dikubur dan tanggal berapa dia akan bisa pulang ke kampung halamannya setelah segala prosesi pemakaman suaminya selesai.
Dia bahkan menulis surat ke orang tuanya, dengan antusias mengabarkan kalau suaminya sebentar lagi akan mati dan dia akan bisa pulang kampung. Dia bahkan request tumis daging sapi asap saat dia pulang nanti.
Yang tidak dia ketahui, sebenarnya dia salah paham. Yang dimaksud Su Shen dan Yin Qi tentang batas waktu setengah bulan itu bukan waktunya mati, melainkan hari ujian negara yang akan diikuti oleh Yin Zheng. (Pfft!)
Biarpun sakitnya Yin Zheng memang kambuh, tapi bukan berarti dia sekarat. Yin Qi benar-benar mengkhawatirkannya dan berusaha membujuknya untuk tidak mengikuti ujian itu saja biar dia bisa fokus istirahat, tapi Yin Zheng bersikeras menolak dan tetap bertekad untuk mengikuti dan lulus ujian negara. Apalagi pengujinya kali ini adalah ayahanda mereka sendiri.
"Jangan khawatir, aku tidak akan mati."
"Masih bilang tidak akan mati. Lihatlah penyakitmu ini. Pernikahanmu sudah diperintahkan untuk dibuat sederhana dan hanya pengantinmu yang disuruh menyembah leluhur. Kau ini... errr... apa kau... cukup sulit melewati malam pertama?" (Buahahaha!)
"Aku mau istirahat!" Yin Zheng sontak mengubur dirinya di dalam selimut.
Biarpun Li Wei ini rada-rada polos dan bodoh, tapi dia benar-benar baik. Dia bahkan mendoakan semoga Pangeran Ke-6 akan memiliki umur panjang dan sehat di kehidupannya yang berikutnya.
Prihatin karena suaminya beberapa hari lagi akan mati, dia memutuskan untuk memperlakukan suaminya dengan baik. Malam itu juga, dia memutuskan untuk mendatangi kamarnya Yin Zheng dan melihat tirai ranjang sudah tertutup.
Dia mencoba memanggilnya, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Li Wei jelas bingung, tapi kemudian dia melihat ada mangkok di bawah ranjang berisi cairan merah yang sontak membuatnya berpikir kalau itu darah, pasti Yin Zheng muntah darah... padahal itu sebenarnya obat herbal yang tidak diminum sama Yin Zheng.
Cemas karena tidak ada jawaban dan adanya semangkok darah, Li Wei jadi tambah cemas mengira Yin Zheng sudah mati. Dia terus mencoba memanggilnya tapi tetap saja tidak ada jawaban.
"Pangeran Ke-6!" teriak Li Wei.
"Jangan teriak lagi," tegur Yin Zheng yang mendadak muncul dari belakang.
Li Wei kaget... dan sontak lebih kaget lagi saat akhirnya dia melihat wajah suaminya yang ternyata pria yang bertemu dengannya di dapur istana waktu itu. Apalagi Yin Zheng sengaja menggodanya dengan pura-pura mengonfrontasi kebohongannya waktu itu. Jelas saja Li Wei ketakutan setengah mati hingga dia langsung bersujud memohon ampunan.
"Sudahlah, Selir. Aku hanya menakutimu. Bangunlah."
Yin Zheng bahkan mengundangnya duduk di kursi sebelah dan menghidangkan teh untuknya. Karena mereka belum terlalu saling mengenal, Yin Zheng ingin Li Wei menceritakan tentang keluarganya, tapi jawaban Li Wei malah kayak kaset rusak dengan terus menerus mengulang semua kalimat yang sudah dihapalnya sejak dari rumah.
"Katakan sesuatu yang belum kuketahui," sela Yin Zheng
"Belum diketahui?... Ayahku pandai memasak dan sangat menyayangi ibuku. Aku juga memiliki seorang adik yang bernama Li Cang. Kami sering bertengkar."
Yin Zheng buru-buru menyela, "apa kau mengenal huruf."
Li Wei mengiyakan. Tapi dia mengaku kalau dia tidak begitu pandai dalam tata krama dan berbagai ketrampilan yang biasanya dimiliki wanita. Satu-satunya keahlian yang dia miliki hanya makan. Pfft! Dia juga mengerti sedikit tentang menu makanan.
Yin Zheng jelas kecewa mendengar semua pengakuannya, istri yang dipilihnya benar-benar tidak berguna. Terus... apakah ada sesuatu hal yang tidak Li Wei sukai?
"Menyalin buku. Setiap kali aku melakukan kesalahan, ibuku biasanya menghukumku menyalin buku. Tulisanku jelek."
Oooh... baiklah. Yin Zheng memberitahu bahwa mencuri makanan di dapur sebenarnya bukan kesalahan besar, namun aturan tetap harus ditegakkan, jadi Li Wei tetap harus dihukum... menyalin menu makanan sebanyak 100 kali.
"Baiklah," cicit Li Wei dengan nada melas.
Tiba-tiba Yin Zheng terbatuk-batuk. Batuk-batuk biasa sebenarnya, tapi Li Wei salah mengira kalau ini karena penyakitnya. Apalagi dia masih mengira kalau mangkok itu berisi darah. Li Wei jadi benar-benar kasihan pada suaminya yang dia kira sedang sekarat ini.
Yin Zheng jelas bingung dengan tatapan aneh Li Wei, "kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Pangeran Ke-6, tenang saja. Di sisa waktu anda, aku pasti akan memperlakukan anda dengan baik," ujar Li Wei sambil memberinya tinju penyemangat yang jelas saja membingungkan Yin Zheng.
Sementara itu di kediaman Yin Qi, tiba-tiba saja Yin Qi diikat secara paksa di atas tandu pengantin... karena ternyata dia dipaksa menikah dengan Shangguan Jing. Wkwkwk! Malah malam ini adalah malam pertama mereka.
Tapi wajar saja kalau Yin Qi takut melihat pengantin wanitanya yang super duper sangar. Malam pertama saja si istri malah bawa tombak dan menunggunya di ranjang pengantin sambil bergaya ala-ala jenderal mau perang.
Karena keduanya tidak mau saling mengalah tentang derajat siapa yang paling tinggi, jadi Shangguan Jing langsung mengajaknya tanding adu panco. Awalnya Yin Qi kepedean, mengira dia bakalan menang.
Tapi Shangguan Jing jelas cuma sedang menggodanya, dan setelah puas mempermainkannya, Shangguan Jing tiba-tiba saja mengalahkannya telak yang sontak membuat Yin Qi menjerit heboh.
Bagaimana dengan Hao Jia?... Ternyata dia benar-benar berhasil menggapai impiannya dengan menjadi selirnya Yin Song karena Yin Song sendiri yang meminta pada Raja dan Ratu agar Hao Jia menjadi selirnya. Hmm... tapi dari malam pertamanya ini saja jelas menunjukkan kehidupannya di masa depan tidak akan begitu mulus.
Saat dia menjalankan ritual menyajikan teh untuk istri resminya Yin Song yang bernama Zhao Fang Ru, Fang Ru terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Hao Jia. Dia bahkan sengaja memerintahkan pelayan untuk mengisi cangkir yang dipegang Hao Jia dengan teh yang masih panas membara sampai tumpah-tumpah yang otomatis membakar tangan Hao Jia sembari memperingatkan Hao Jia untuk berhenti memainkan trik licik karena dia tahu betul permainan licik Hao Jia untuk membuat Yin Song menginginkannya.
Hao Jia kesakitan, tapi dia terpaksa harus tetap bertahan. Tepat saat itu, Yin Song baru muncul dan langsung melihat tangannya Hao Jia yang merah terbakar. Fang Ru sontak berbohong kalau Hao Jia tak sengaja menumpahkan teh panas ke tangannya sendiri.
Tapi baru juga diperingatkan, Hao Jia malah sengaja menarik perhatian Yin Song dengan mengomentari teh buatan Fang Ru yang dia yakini berasal dari Daichuan (wilayah asal Fang Ru) dan mengklaim kalau dia ingin sekali mencici teh dari Daichuan.
Usahanya berhasil dan Yin Song langsung menyodorkan gelas tehnya padanya, tapi itu sontak membuat Fang Ru murka hingga dia langsung menampik cangkir teh itu. Hao Jia sontak berlutut dengan gemetar ketakutan, mengklaim kalau dia hanya ingin mencicipi tehnya dan sama sekali tidak ada maksud menyinggung Fang Ru.
Hmm... jelas dia sedang berakting, tapi sepertinya tidak ada maksud jahat dalam aktingnya. Kurasa dia hanya ingin mendapatkan perhatian Yin Song dan usahanya selalu berhasil. Yin Song bahkan langsung memperingatkan Fang Ru untuk menjaga sikapnya. Pokoknya dia tidak mau ada konflik apa pun di kediaman ini.
Dia bahkan sengaja menggandeng tangan Hao Jia di hadapan Fang Ru lalu membawa Hao Jia pergi ke kamar pengantin mereka yang jelas saja membuat Fang Ru sakit hati.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam