Peng Peng sedang tidur saat Qi Sheng datang membelai wajahnya lalu menyentilnya. Mengira dia Lu Li, Peng Peng mengeluh meminta Lu Li jangan mengganggu tidurnya.
"Buka matamu dan lihat aku."
Peng Peng langsung bangun seketika mendengar suara Qi Sheng. "Sedang apa kau di sini tengah malam begini?"
Qi Sheng cuma menatapnya lalu tiba-tiba saja memelorotkan lengan bajunya. Peng Peng jelas protes dan menuntut penjelasan.
Qi Sheng tetap diam, tapi kemudian dia mengoleskan obat ke pipi Peng Peng yang masih tampak bekas tamparannya.
Qi Sheng mengaku bahwa dia sudah menginvestigasi kasus tadi dan mendapati bahwa saat Ying Yue ganti baju, dia menolak dibantu pelayan. Karena itulah, sekarang dia menyadari kalau Peng Peng bukanlah pelakunya.
"Tak lama setelah insiden itu, aku sudah mulai curiga. Hanya saja, aku kurang ajar waktu itu. Maafkan aku."
Peng Peng tidak terima hanya dengan kata maaf, apalagi waktu itu semua orang mengira dialah pelakunya. Qi Sheng mengerti penderitaannya, tapi dia berharap masalah ini selesai sampai di sini. Peng Peng sinis mendengarnya. Yah, dia mengerti kalau Qi Sheng ingin melindungi Ying Yue.
Peng Peng beranjak pergi. Tapi kemudian dia mengaku bahwa dia sebenarnya tahu bahwa walaupun Ying Yue tampak lemah dan lembut, tapi sebenarnya dia licik.
"Kalau kau tahu Nyonya Jiang itu adalah wanita daun teh, lalu kenapa kau tetap menyukainya?"
"Daun teh?"
Peng Peng menjelaskan bahwa daun teh itu gadis yang terlihat cantik, lugu, alim, tipe-tipe wanita yang kelihatannya tidak akan melakukan hal-hal buruk. Tapi kenyataannya, wanita semacam itu suka pura-pura lemah, busuk dan sangat licik.
"Aku dekat dengannya sejak kami masih kecil. Dulu dia baik dan penyayang dan kami bergaul dengan baik."
Mendengar itu, Peng Peng berpikir bahwa dulu ada banyak wanita daun teh juga di sekitarnya.
"Aku maklum, aku juga sering jatuh cinta pada tipe wanita semacam itu."
"Kau mulai bicara omong kosong lagi. Istirahatlah. Selama lukamu belum sembuh, jangan berkeliaran ke mana-mana."
Peng Peng sedang menikmati mandi kembang saat Yang Yan tiba-tiba terbang dari udara. Lagi-lagi pendaratannya gagal dan langsung tercebur ke bak mandinya Peng Peng sambil jejeritan heboh mengira dirinya tenggelam. Peng Peng sampai harus menamparnya untuk menyadarkannya.
Sambil menutup mata biar tidak melihat tubuh setengah tel~~~~ngnya Peng Peng, Yang Yan menyerahkan botol obat yang dibawanya.
Dia datang untuk memberikan obat pemberian Jiu Wang ini untuk Peng Peng. Obat ini lebih bagus daripada obat pemberian Qi Sheng.
"Dari mana kau tahu kalau Qi Sheng memberiku obat?"
"Tak lama setelah Qi Sheng pergi ke kediamanmu malam itu, kau berteriak. Aku mendengarnya saat aku duduk di atap rumahmu. Kau tidak perlu menyembunyikannya. Sikisaan suami bisa disembunyikan untuk sementara waktu, tapi tidak bisa disembunyikan selamanya."
Peng Peng jelas kaget mendengar Yang Yan ada di atap rumahnya malam itu. "Siapa yang bilang aku disiksa? Aku cuma belum disiksa 3 hari dan kau sudah berani naik ke atap rumahku dan menguping?"
"Teriakanmu tidak kencang tapi juga tidak pelan. Kedengarannya seperti sangat kesakitan, tapi berusaha biar tidak bersuara, tapi tidak bisa menahannya dan akhirnya jadilah jeritan semacam itu."
Yang Yan penasaran. Apakah karena Peng Peng menyalahkan Ying Yue, makanya Qi Sheng menghukumnya? Kesal, Peng Peng kontan menendang Yang Yan dan bersikeras mengklaim kalau malam itu Qi Sheng cuma membantunya mengoles obat, dia tidak tahan perihnya makanya dia teriak.
"Kukira Qi Sheng itu orang paling bodoh yang pernah kutemui. Ternyata kau lah lambang kebodohan."
Yang Yan juga datang untuk menyampaikan undangan dari Jiu Wang. Soalnya waktu itu kan Peng peng dikambinghitamkan Ying Yue, bahkan Qi Sheng sampai menamparnya.
Jiu Wang takut kalau Peng Peng sedih. Makanya Jiu Wang menguandang Peng Peng makan bersamanya. Apa Peng Peng mau datang.
"Tidak. Katakan saja pada Pangeran Ke-9 kalau aku tidak dendam dengan insiden itu. Jadi aku menolak undangannya."
"Jangan begini. Kakak Ke-9 ingin memberimu kejutan. Kalau kau tidak pergi, usahanya akan sia-sia."
"Kejutan? Kejutan apa?"
"Pokoknya romantis. Dia mau membawamu melihat laut." Kata Yang Yan keceplosan.
Peng Peng jelas tidak mau. Masa dia harus pergi ke laut dengan sesama cowok. Pokoknya dia tidak akan pergi. Lagipula tabib istana menyuruhnya untuk istirahat. Sebal, akhirnya Yang Yan sendiri yang pergi pakai jurus terbangnya.
Malam harinya, Peng Peng sedang makan anggur saat Yang Yan tiba-tiba menyelinap masuk dengan pakaian serba hitam. Diam-diam dia melemparkan sebuah guci yang langsung mengeluarkan asap.
Dia lalu mengipas-ngipas asap itu biar terhirup oleh Peng Peng sampai dia membeku. Rencananya sukses, Yang Yan pun berjalan mendekat... tapi malah tersandung dan menci~m kakinya Peng Peng yang busuknya minta ampun. Begitu memastikan Peng Peng sudah pingsan sepenuhnya, Yang Yan pun menculiknya.
Saat Peng Peng terbangun, dia mendapati dirinya duduk di sebuah meja gaya barat. Dia langsung senang mengira dia berada di restoran dan sudah balik ke tahun 2015. Tapi saat dia berbalik, dia malah melihat Yang Yan di pojokan sedang menatapnya dengan keheranan. Ini di mana?
"Ini tempat Kakak Ke-9 akan menemuimu. Jie jie, apa kau salah minum obat?"
Jiu Wang datang tak lama kemudian. Heran kenapa Peng Peng berubah pikiran padahal Yang Yan bilang kalau dia tidak mau datang? Peng Peng memang tidak mau pergi. Tapi Yang Yan yang tidak memberinya pilihan.
Yang Yan menjelaskan kalau dia sudah memberi Peng Peng dua pilihan. Pertama, dia mau pergi sendiri. Kedua, dia yang akan membawa Peng Peng kemari. Dan karena Peng Peng menolak pilihan pertama, terpaksa Yang Yan harus menggunakan pilihan kedua.
Lu Li sedang tidur saat Qi Sheng datang. Dia langsung panik apalagi dia tidak tahu ke mana perginya Peng Peng. Qi Sheng tak peduli dan memutuskan untuk menunggu.
Jiu Wang memberitahu Peng Peng bahwa dia menyiapkan semua ini dengan bantuan dari teman Eropa-nya. Dia yakin kalau Peng Peng pasti belum pernah makan makanan Eropa, kan?
Tentu saja sebagai orang dari dunia modern, Peng Peng sudah pernah mencicipi semua makanan Eropa. Tapi dia mengatakan itu hanya pada kita, para penonton.
Selesai makan, Jiu Wang lalu membawanya ke sebuah gedung tinggi di mana mereka bisa melihat indahnya pemandangan kota yang penuh dengan cahaya lampion. Sementara Peng Peng terpesona oleh pemandangan indah di hadapannya, Jiu Wang malah menatap Peng Peng.
"Seharusnya ada musik di sini, lalu pemeran utama pria dan wanita saling memeluk erat satu sama lain dan ci~man. Tempat ini sungguh romantis."
Tapi saat dia menoleh ke Jiu Wang, dia malah mendapati Jiu Wang menatapnya dengan penuh cinta. Peng Peng jadi takut kalau Jiu Wang akan menciumnya. Tidak boleh! Peng Peng pun memutuskan untuk mempelototi Jiu Wang.
Tapi Jiu Wang tetap menatapnya dengan penuh cinta dan berkata. "Perasaanku, masih sama seperti dulu. Perasaanku tidak pernah berubah untukmu."
"Qi Sheng! Qi Sheng! Kau selalu merindukan istri orang lain. Sekarang bagaimana? Istrimu sendiri dirindukan pria lain." Pikir Peng Peng sebelum melanjutkan pelototannya.
Dia mencoba meminta Jiu Wang untuk memperhatikan lautan lampion itu saja. Tapi Jiu Wang tak peduli dan berkomentar kalau Peng Peng sekarang sudah berubah.
"Apa kau ingat waktu kita masih kecil? Apapun permainan yang kita mainkan, atau saat kita bertengkar dengan pangeran lainnya, atau bersembunyi dari guru kita saat dia mengecek pekerjaan rumah kita, kau selalu diam-diam membantuku."
Mendiang Kaisar terdahulu selalu menyukai Qi Sheng dan karena itulah beliau menyuruh Kaisar yang sekarang untuk menjadikan Qi Sheng Putera Mahkota. Mendiang Kaisar juga sangat menyukai Peng Peng, makanya beliau sering mempertemukan Qi Sheng dan Peng Peng.
Pada akhirnya, segala sesuatunya berjalan sesuai keinginan Mendiang Kaisar. Tapi akibatnya membuat hubungan Peng Peng dan Jiu Wang jadi semakin renggang.
"Tapi kurasa Qi Sheng tidak tertarik padaku."
Itu karena Qi Sheng selalu menerima banyak hal sejak dia kecil. Makanya dia tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan sesuatu, kehilangan sesuatu atau bagaimana menghargai sesuatu.
"Peng Peng, kau lebih menyukaiku sejak kau masih kecil. Hatimu seharusnya masih sama seperti dulu dan belum berubah, kan?"
"Walaupun Qi Sheng memperlakukanku agak dingin dan kejam, tapi tetap saja aku adalah istri Putera Mahkota. Jika aku terus menyukaimu..."
Jiu Wang kecewa mendengarnya. Tapi bagaimanapun, perasaannya pada Peng Peng takkan pernah berubah.
Peng Peng kembali tak lama kemudian sambil memanggil Lu Li dan memintanya untuk membuatkannya teh... tapi malah mendapati Qi Sheng menunggunya di sana.
Memperhatikan ekspresi Qi Sheng yang tampak tenang seperti biasanya, Peng Peng menduga kalau Qi Sheng tidak tahu ke mana dia pergi.
Tapi Qi Sheng malah berkata. "Jangan kau kira aku tidak tahu kemana kau pergi. Luka di wajahmu belum sembuh, seharusnya kau lebih banyak istirahat."
Peng Peng langsung bersikap sok manis. Terima kasih atas perhatiannya, tapi apa yang Qi Sheng lakukan di sini selarut ini?
"Kau istriku, apa aku perlu alasan untuk datang kemari?"
"Tidak, tidak. Asalkan kau senang, kau boleh melakukan apapun yang kau suka."
Kalau begitu, Qi Sheng menyuruh Peng Peng untuk memijatnya. Dia lelah karena seharian membantu Kaisar membaca berbagai laporan.
Kesal, Peng Peng berniat mau memijatnya dengan kasar. Tapi belum sempat melakukan apapun, Qi Sheng tiba-tiba menariknya hingga dia mendarat di pangkuan Qi Sheng.
Melihat mereka lagi mesra, Lu Li diam-diam merangkak keluar. Qi Sheng tanya, pria seperti apa yang Peng Peng sukai. Dia suka pria yang sederhana, dewasa dan serius, atau pria yang tampan, romantis dan periang.
Peng Peng jelas tidak suka pria. Yang dia inginkan hanyalah hidup damai sebagai pria tampan. Akhirnya dia menjawab dengan suara semanis madu bahwa tidak penting tipe pria seperti apa yang dia sukai.
"Kalau begitu Peng Peng, antara aku dan Pangeran Ke-9, siapa yang paling menarik perhatian wanita?"
"Aku kan sudah bilang kalau itu tidak penting. Itu semua kehendak Langit. Lagipula aku kan istrimu."
Tidak puas dengan jawabannya, Qi Sheng menyuruh Peng Peng untuk menganggap ini sebagai pembicaraan santai tanpa memandang status dan hubungan mereka. Apapun yang Peng Peng katakan, Qi Sheng akan menganggapnya sebagai candaan saja.
"Aku hanya ingin tahu, selain statusku sebagai Putera Mahkota, pria seperti apa aku bagimu?"
Peng Peng langsung semangat menjawab. Kesan pertama terhadap orang seperti Qi Sheng yang dewasa, selalu berhati-hati dan dingin adalah susah didekati. Dia bahkan berwajah batu sepanjang hari, sulit mengucap candaan padanya, apalagi kata-kata romantis.
"Bahkan sekalipun seseorang ingin menggodaimu, dia pasti harus latihan dulu tentang bagaimana caranya untuk menahan diri biar tidak ketawa di hadapanmu."
Sementara pria yang tampan dan periang, biasanya lebih mudah didekati. Bersama pria seperti itu rasanya nyaman, enak untuk berinteraksi dan bercanda tawa hingga pada akhirnya hubungan mereka jadi semakin dekat.
Qi Sheng tak suka dengan jawabannya. "Kau salah pilih."
"Tidak ada yang salah atau benar dalam masalah ini."
Tak ingin membahasnya lebih jauh, Qi Sheng menyuruhnya istirahat saja lalu pergi.
Keesokan harinya, Kasimnya Qi Sheng datang menemui Peng Peng dan mengabarkan bahwa Qi Sheng akan pergi ke Jiang Utara untuk melakukan inspeksi dan memerintahkan Peng Peng untuk menemaninya.
Qi Sheng akan pergi duluan dengan pengawal pribadinya dan Peng Peng akan menyusul bersama seseorang yang akan mengawalnya.
Peng Peng tidak mau pergi, tapi Kasim memberitahunya bahwa bepergian bersama Putera Mahkota itu sebuah kehormatan besar.
Peng Peng kesal, kenapa juga dia harus pergi ke pangkalan militer di utara. Tapi ujung-ujungnya dia pergi juga bersama pengawalnya.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam