Sinopsis Yali Çapkini (The Kingfisher) Episode 2 - Part 2

Usai pemeriksaan darah, Seyran tiba-tiba pusing, Ferit sontak cemas dan langsung menuntunnya dengan lembut ke mobil. Saat dia tengah mencari obat di dashborad, saat itulah Seyran melihat beberapa alat suntik. Ferit santai saja mengaku kalau itu insulin miliknya. Seyran jelas tercengang mengetahui calon suaminya ternyata menderita diabetes di usia semuda ini.

Ferit benar-benar mencemaskannya, tapi Seyran dengan tegas menarik batas dengan menjauhkan tangannya dari tangan Ferit dan menyatakan kalau dia baik-baik saja. 

Ferit sebenarnya agak kecewa dengan reaksinya, tapi dengan cepat dia menutupinya dengan bernarsis ria, mengklaim kalau Seyran pasti pusing karena ketampanannya yang tiada tara ini. (Wkwkwk!) Seyran dan Abidin sontak memutar mata mereka dengan sinis, dasar menjijikkan!

Dalam perjalanan pulang, Seyran minta diturunkan di alun-alun kota lalu bergegas pergi menemui Yusuf di tempat biasa mereka bertemu. Seyran sontak menangis dalam pelukannya lalu tiba-tiba saja dia mengajak Yusuf untuk kabur bersamanya. 

Dia tidak mungkin bisa melawan ayahnya, jadi sebaiknya mereka kabur saja, hanya ini satu-satunya cara terbaik untuk menghindari pernikahan ini. Mereka bisa pergi ke mana saja, terserah, Seyran akan ikut ke mana pun Yusuf pergi.

Namun yang tak disangkanya, Yusuf ternyata terlalu pengecut untuk melakukan itu karena berbagai pertimbangan yang membuatnya tidak bisa meninggalkan kota ini. Dia memiliki ibu yang sudah tua dan tidak bisa ditinggalkan, ditambah lagi, calon suaminya Seyran adalah Keluarga Korhan.

Kelurga Korhan bukan hanya keluarga kaya biasa, tapi juga memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kalaupun mereka kabur, Keluarga Korhan akan bisa menemukan mereka dengan cepat. Yusuf tidak mungkin mampu melindungi mereka dari pengaruh keluarga itu. Mereka pasti akan menghancurkannya.

"Lalu bagaimana denganku, Yusuf?! Kau pikir aku tidak akan hancur seperti ini?! Apa hatimu merasa tenang jika aku menikah dengan orang lain?!"

"Aku... aku... tidak bisa. Aku tidak bisa melawan keluargamu ataupun Keluarga Korhan."

Seyran jelas sangat kecewa menyadari Yusuf ternyata lebih mementingkan dirinya sendiri, menyadari Yusuf ternyata sepengecut itu, dan cinta Yusuf padanya ternyata tidak cukup besar sehingga Yusuf bahkan tidak berani memperjuangkannya. Seyran akhirnya pergi dengan penuh kekecewaan menyadari dia sudah tidak punya jalan lain selain tetap menjalani pernikahan ini.

Seyran pulang dengan penuh amarah dan begitu masuk kamar, dia langsung berteriak heboh merutuki Yusuf dan kepengecutannya. Suna yang awalnya masih sedih, seketika ikutan kesal dan kedua kakak-adik itu langsung kompak mengutuki Yusuf. Syukurlah, hubungan kakak beradik itu akhirnya mulai agak mencair berkat itu.

Ibu mereka baru datang tak lama kemudian dengan cemas, mengira Seyran bertengkar dengan Ferit. Seyran yang masih emosi tingkat tinggi, jelas langsung sinis mendengar kecemasan ibunya, jangan khawatir, sama sekali tidak ada masalah apa pun dengan Ferit, segalanya lancar jaya, mereka bisa segera menyingkirkannya dari rumah ini setelah menikah.

"Apa maksudmu, nak? Kata-kata macam apa itu? Menyingkirkan? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa pria itu mengatakan sesuatu padamu atau dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

"Memangnya apa yang akan dia lakukan padaku? Apa lagi yang akan dia lakukan padaku? Orang narsis! Dia bahkan tidak sadar kesulitan apa yang dia akibatkan pada kita. Cowok bodoh!"

"Nak, pria biasanya akan menjadi lebih pintar setelah menikah. Bersabarlah, putri cantikku."

Augh! Bukan ini hasil yang Seyran harapkan. Dia jadi makin stres dan frustasi, tak tahu harus bagaimana untuk keluar dari situasi ini.


Suna dengan sabar mengingatkan Seyran untuk menerima saja. Seyran juga tahu betul kalau dia terus melawan, maka ayah mereka mungkin akan melakukan sesuatu yang jauh lebih buruk daripada sekarang.

"Kak, aku ingin sekolah. Aku tidak mau menikah."

"Anggap saja ini takdir Tuhan. Allah lebih tahu, Seyran. Kita tidak punya pilihan. Kita harus menundukkan kepala kita. Kita tidak punya pilihan lain."


Malam itu saat makan malam bersama ibunya, Ferit menegaskan bahwa Gulguen harus memenuhi janjinya, yaitu segala hal dalam hidup Ferit tidak akan berubah, dia akan kembali ke hidupnya yang biasanya setelah dia menikah, jangan harap dia bakalan memulai hidup baru bersama wanita dari Gaziantep.


Tapi tepat saat itu juga, tiba-tiba saja dia melihat Pelin di kejauhan. Waduh! Ferit pun bergegas pamit kembali ke kamarnya. Mereka pura-pura tak kenal sepanjang jalan, dan baru setelah masuk ke dalam lift, Ferit langsung mengonfrontasi Pelin. 

Dia awalnya kesal karena takut ketahuan orang tuanya, tapi begitu Pelin mulai merayunya dan meyakinkan tidak ada seorang pun yang mengenalnya, Ferit seketika tergoda dan yah, jadilah mereka bermesraan lagi. (Bah!)

Keesokan harinya, Ferit datang lagi menjemput Seyran untuk makan siang bersama orang tuanya. Tapi sebelum itu, calon ayah mertuanya menuntutnya untuk bicara berdua dengannya. Errr... lebih tepatnya sih, memperingatkan dan mengancam Ferit. 

Jelas dia juga ingin menguasai dan mengatur menantunya sebagaimana dia menguasai dan mengatur keluarganya, dia bahkan menuntut Ferit untuk memanggilnya 'Ayah' mulai sekarang. 

Namun Kazim tidak sadar kalau calon menantunya itu bukan jenis orang yang bisa diatur dengan mudah, tapi untuk bagian permintaannya yang terakhir, Ferit memutuskan untuk menurutinya saja dan memanggilnya 'Ayah', biar Kazim puas.

Dalam perjalanan ke restoran, Ferit khawatir menanyakan keadaan Seyran, soalnya kan kemarin hampir pingsan. Seyran meyakinkan kalau dia baik-baik saja, kemarin dia pingsan cuma karena kelaparan saja.

Ferit mendadak narsis menolak mempercayai ucapan Seyran, bersikeras meyakini kalau Seyran pasti hampir pingsan karena terlalu antusias... antusias menikah dengan Ferit Korhan. 

Beuh! Seyran sampai tersenyum heran mendengar kenarsisannya, halusinasi Ferit sungguh ketinggian. Ferit pikir kalau dia bakalan pingsan hanya karena mereka menikah? Maaf saja, Seyran sama sekali tidak peduli dengan nama keluarga, latar belakang dan tipe orang. Yang Seyran pedulikan adalah karakter orang. Apa Ferit tahu apa yang dia lihat dari diri Ferit?


"Apa yang kau lihat?" tanya Ferit.

"Kosong," ujar Seyran. (Augh! Makjleb)

"Kita lihat saja nanti bagaimana kau akan bersikap seperti ini di hadapan ibuku... atau berubah jadi anak kucing. Meong."

"Kau sendiri berubah jadi apa?" balas Seyran. Perdebatan lucu mereka sontak membuat Abidin tersenyum geli.

Seyran awalnya percaya diri, tapi begitu berhadapan langsung dengan kedua calon mertuanya, dia sontak gugup. Namun yang tak disangkanya, kedua calon mertuanya justru menyambutnya dengan ramah dan hangat. 

Aww, mereka benar-benar baik banget dan tampak jelas kalau mereka tulus, bahkan saat mereka mendengar kegalauan Seyran yang masih ingin melanjutkan studinya, mereka tanpa ragu menyatakan akan mendukung apa pun impian Seyran. Dia boleh belajar apa saja yang dia mau, siapa tahu, dia bisa jadi contoh yang baik bagi Ferit dan membuat Ferit berubah.

Orhan tiba-tiba mendapat telepon dari kantor, jadi dia langsung menjauh untuk menerima teleponnya. Lalu tiba-tiba Gulguen mengisyaratkan Ferit untuk keluar juga. Tentu saja Ferit langsung memahami isyaratnya, tapi dengan nakalnya blak-blakan memberitahu Seyran kalau dia diusir sama ibunya, sepertinya ibunya mau membicarakan hal penting dengan Seyran.

"Jujurlah pada istrimu sepanjang hidupmu, mengerti, nak?" nasehat Gulguen. (Aww, pasti karena suaminya sendiri tidak jujur padanya)

"Baiklah, Bu. Aku janji, aku permisi sekarang."

Ferit langsung pergi, tapi malah memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon pacarnya. Ibunya kan tadi menyuruhnya untuk jujur pada istrinya kelak, jadi Ferit berencana mau memperkenalkan Seyran pada Pelin nanti kalau sudah tiba waktunya, dan Pelin langsung setuju dengan senang hati, dia malah antusias banget ingin segera berkenalan sama istrinya Ferit, mereka mungkin bisa jadi teman. 

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments