Sinopsis Padiwarada Episode 6 - Part 2

 Flashback kemarin malam.



Saran mendadak bersujud di hadapan Ibu. Tanpa mengatakan dari siapa dia mendengar masalah ini, Saran mengaku kalau dia dengar seseorang kalau Ibu tidak bisa tidur karena mencemaskannya selama dia pergi ke desa. Makanya hari ini dia datang untuk meminta maaf karena sudah membuat Ibu cemas.

"Oh, Saran. Wajar bagi orang-orang yang saling mencintai. Walaupun kami mengerti, tapi kami tidak bisa tidak khawatir."

"Kalau begitu, berkatilah aku. Para bandit itu menggunakan sihir hitam, tapi aku hanya akan membekali diri dengan restu dari Ibu, penduduk desa dan restu dari siapapun yang mencintaiku."

Saran yakin semua itu memiliki kekuatan yang jauh lebih besar yang bisa mengalahkan segala sihir hitam. Ibu memberitahu Saran bahwa di dunia ini, ada lima kekuatan. Yaitu: Memiliki keyakinan, ketekunan, ketetapan hati, selalu waspada, dan memahami sekitarnya.

"Jika kau memiliki semua itu, ibu yakin kau akan menang mengalahkan mantra-mantra sihir hitam. Berhati-hatilah, Nak."

Flashback end.


Rin tersenyum mendengar cerita itu. Karena Saran akan berangkat melawan para bandit itu 2 hari yang akan datang, makanya Saran memohon agar Rin memberinya restu. 

Dia bahkan berusaha memasang wajah melas, tapi Rin tetap keukeuh dengan pendiriannya dan langsung masuk kembali ke kamar.


Berita Ibu Kepala Desa sakit akhirnya sampai juga di telinga salah satu wanita geng bandit itu dan dia langsung mengabarkan berita itu ke Nim yang sontak cemas mendengarnya.

"Apa kau akan mengunjungi Ibumu? Kalau kau melarikan diri, bawa aku bersamamu, yah? Aku merindukan ibuku." Pinta salah satu wanita bernama Poo itu

Nim sontak cemas mendengar permohonannya. Dia sudah gila apa? Apa dia mati ditembak? Bahkan sekalipun dia bisa melarikan diri, tapi obat yang diberikan pada mereka setiap hari bisa membuat mereka mati.

"Tapi ibuku juga sakit. Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak."

Nim galau mendengarnya, tapi akhirnya dia pergi mengacuhkan Poo.


Rin memimpin para ibu-ibu desa untuk membuat makanan bekal untuk pasukan polisi. Dia memberitahu mereka bahwa wanita seperti mereka tidak punya kekuatan untuk bertarung, tapi perbekalan ini akan membantu memotivasi para polisi.

Chode memberitahu Saran kalau Rin mengumpulkan semua orang dan melakukan semua itu sejak subuh. Walaupun dia tidak mau bicara dengan Saran, tapi semua ini jelas menunjukkan kalau dia sebenarnya sangat mengkhawatirkan Saran.

Mendengar itu, Saran langsung mendekati Rin dan berbisik penuh arti. "Ada banyak kata-kata yang tidak bisa dikatakan. Tapi pulpen selalu tertulis di atas kertas."

Tidak mengerti maksudnya, Rin cuek aja dan langsung kembali ke pekerjaannya.


Di markas White Tiger, Kao memimpin para anggotanya melakukan ritual ilmu hitam. Usai komat-kamit baca mantra, dia menyiram mereka satu per satu pakai air kembang. 

Salah satu anggota berkata bahwa ritual ini untuk membuat mereka tak terlihat dan takkan ada seorang pun yang bisa menyakiti mereka. Tapi pada saat yang bersamaan, Nim tampak diam-diam pergi melarikan diri untuk menemui ibunya.


Saat Saran masuk kamar, dia mendapati Rin sedang membantunya memasukkan baju-bajunya ke ransel. Saran menduga kalau Rin tidak mau bicara padanya dan tidak mengizinkannya menyentuhnya, pasti karena dia takut akan ada ikatan di antara mereka.

Tapi dengan membuatkannya makanan dan menata baju-bajunya serapi ini, apa Rin pikir dia tidak akan jatuh cinta pada Rin? Kesal, Rin sontak mengeluarkan kembali semua baju-bajunya Saran lagi.

"Wanita menciptakan cinta di rumah yang diurusnya. Pria melindungi dan menjaga rumah itu, membuat hati wanita hangat. Tidur saling berjauhan sudah membuat hatimu hangat, bukan?"

 

Kesal, Rin langsung pergi mengacuhkannya dan masuk ke tempat tidurnya. Tapi Saran malah makin getol menggodainya. Tidak perlu menyentuh juga dia bisa membuat hati wanita bergetar, iya kan? Males mendengar gombalannya, Rin langsung menarik selimutnya dan menutupi seluruh kepalanya.

Tapi Saran malah sengaja masuk ke tempat tidurnya Rin lalu berbaring di sisinya sambil berbisik mesra. "Saat kau tidur, kau itu tukang molor. Apa kau tahu berapa banyak malam aku masuk ke kamarmu tanpa kau menyadarinya?"

Shock melihat Saran di belakangnya, Rin sontak menjerit heboh, berusaha mengusir Saran sambil menabokinya dengan bantal.


"Sudah beberapa hari aku tidak mendengarmu bicara dan hal pertama yang keluar dari mulutmu adalah jeritanmu. Bagus."

"Keluar, sekarang! Keluar! Kau sudah janji kalau kau tidak akan membuliku! Keluar! Keluar!"

"Aku janji untuk jadi temanmu. Dan aku melaksanakannya. Tapi malam ini, aku ingin tidur di sini bersamamu. Tapi tidak akan ada sentuh-sentuhan kok. Aku boleh tidur bersamamu, yah? Kumohon?"

"Kalau kau tidak mau keluarm aku yang akan keluar!" Rin sontak menghantam Saran dengan bantalnya. Tapi Saran malah mengendusi bau bantalnya.

"Baunya enak. Sebentar, ini bukan wangi bunga. Bukan parfum Perancis juga. Ini baumu!"

"Arrgh! Bantalku! Balikin! Balikin!"

"Jangan ribut, penduduk desa bangun nanti. Tapi ini baunya beneran enak banget loh."


"Hentikan! Kau suruh aku melakukan tugasku dan sudah kulakukan. Terus kau mau apa lagi?!"

"Restu darimu. Restu dari seseorang yang peduli padaku. Itu akan membuatku jauh lebih kuat. Aku sudah mendapatkan satu restu dari ibuku. Bisakah kau memberiku restumu? Besok aku harus membawa polisi ke dalam hutan."

"Nggak mau! Aku tidak mood melakukan apapun. Keluar dan bawa bantal ini bersamamu. Bantal itu sudah kena liurmu. Buang sana."

"Terus kau mau pakai bantal apa? Apa kau mau pakai bantalku? Bantalku juga ada ilerku. Ibuku bilang aku kalau tidur suka ngiler di seluruh bantal."

"Iiih! Jijik!"

"Siapa juga yang akan tidur secantik dirimu? Bahkan saat kau sedang tidur, kau tetap cantik dengan bulu mata melengkung."


"Aku tidak mau tidur lagi. Aku mau duduk di sini saja."

Yah, sudah. Saran mau tidur dulu. Bau bantalnya enak banget, masih harum biarpun sudah digunakan beberapa hari. Dia mungkin akan mimpi indah tidur di bantal ini. Dia langsung saja tidur di sana sambil terkikik geli, dan Rin cuma bisa duduk merana di sana.

 

Tapi saat Rin terbangun keesokan harinya, dia mendapati kamar sudah kosong dan hanya kertas-kertas origaminya yang masih berserakan di meja. Saran sudah pergi membawa pasukannya ke dalam hutan.


Biar mereka tidak mudah dikenali musuh, Saran memutuskan untuk membagi mereka ke dalam dua grup dan mereka bisa berkomunikasi via walkie talkie. 

Maka Saran pun pergi memimpin pasukan satu ke suatu arah dan Chode memimpin pasukan dua ke arah lain.


Tapi tanpa mereka ketahui, geng White Tiger juga sudah bersiap untuk berperang dan mereka tampak sangat amat yakin akan ilmu sihir hitam mereka yang tak mungkin terkalahkan.

"Si sheriff itu mengira kalau cuma dia seorang yang pintar. Dia benar-benar meremehkan kita. Aku sudah merencanakan segalanya lebih awal. Malam ini, si sheriff itu dan para pasukannya akan menjadi hantu penunggu hutan." Ujar Kao lalu menyiram semua anggotanya biar mereka kuat dan tak terkalahkan sebelum kemudian mengirim mereka pergi ke medan perang.


Pada saat yang bersamaan, Nim bergegas pergi mengecek ibunya ke klinik. Ibu Kepala Desa sontak berkaca-kaca melihat kedatangan putrinya dan menggenggam erat tangan Nim.

"Nim, putriku. Ibu kira ibu tidak akan melihatmu lagi di kehidupan ini. Kau melarikan diri dari Bang untuk menemui ibu?"

"Aku mengkhawatirkan Ibu. Lalu apa kata dokter tentang kondisi Ibu? Orang-orang bilang kalau Ibu tidak akan bertahan lama, apa itu benar?"

"Bertahun-tahun kau hidup di hutan. Bagaimana bisa kau bertahan?"

"Markas kami punya segalanya, obat-obatan dan juga makanan. Jangan khawatir, Bu. Tapi ada apa sebenarnya denganmu, Bu?"

"Markasmu... apa kau tidak takut pada petugas, Nak? Para polisi akan menangkap semua Tiger. Apa kau tidak takut?" Desak Ibu Kepala Desa.

Entah apa yang Nim pikirkan mendengar tangis ibunya itu, tapi tiba-tiba saja dengan mudahnya dia memberitahu Ibu kalau markas mereka berada di Kao Ope. Markas mereka dikelilingi pegunungan, jadi mereka tidak takut. (Hmm, mencurigakan)


Ternyata ada seorang petugas yang menguping mereka di luar. Dan begitu mendengar informasi tempat itu, dia langsung mengabarkan hal itu pada tim Saran dan tim Chode via walkie talkie.

Saran heran mendengarnya. "Tempat itu di area ini. Kenapa ada di dekat sini? Balik sekarang juga!"

Secara bersamaan, Chode pun langsung memimpin timnya pergi ke arah yang dimaksud.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments