Sinopsis Padiwarada Episode 4 - Part 2


Kesal dan malu, Rin sontak mengambil sesuatu lalu melemparnya ke Saran. Tapi Saran berhasil menghindarinya tepat waktu dan benda itu pun melayang keluar jendela tepat saat Nuer baru datang dan DUK! menghantam kepala Nuer. Wkwkwk!

"Maaf, maaf! Apa kau baik-baik saja?" Cemas Rin.

"Saya baik-baik saja. Tapi melihat wajah kalian berdua... kalian pasti menikmati malam yang menyenangkan semalam."


Saran sontak nyengir makin lebar dan membuat Rin makin malu. Tapi Saran penasaran, siapa yang bilang ke Rin kalau dia bersama Duang semalam?

"Tidak ada yang memberitahuku. Aku melihatnya dengan mataku sendiri."

"Tidak ada yang lebih daripada apa yang kau lihat. Bagaimanapun, ranjang ini sangat empuk tapi selimutnya kekecilan. Bagus, aku akan tidur denganmu lagi nanti malam."

Sebelum keluar, dia melempar kedipan mata nan menggoda pada Rin yang jelas saja membuat Rin makin kesal dan langsung mengunci pintunya.

"Astaga! Kenapa aku tukang tidur sih?!" Kesal Rin pada dirinya sendiri.


Duang menangis, tapi hatinya dipenuhi amarah dan dendam. Dia tidak terima. Semua orang selalu iri padanya, dia tidak boleh kalah dari wanita bodoh itu. Tidak boleh!


Rin pergi menjemput Arun ke klinik. Sekarang setelah sadar sepenuhnya, Arun mengaku kalau dia agak-agak ingat kalau semalam dia menyatakan perasaannya pada Rin.

Rin mengingatkan Arun bahwa dia cuma seorang pelayan biarpun Tuan Bumrung memperlakukannya bak putrinya sendiri. Dia cuma seorang anak adopsi, sementara Arun adalah tuan muda dari keluarga terpandang dan terhormat. Karena itulah Rin tidak berani untuk berpikir lebih.

"Maksudmu, kau menolakku?"

"Sejak kecil, aku tidak pernah menganggapmu lebih dari sekedar teman baik. Tidak pernah."

Arun patah hati mendengarnya. "Kemarin aku mabuk dan dipukuli. Hari ini, aku lebih terluka lagi. Tak ada obat apapun yang bisa mnghilangkan rasa sakitku."


Di rumah, Mae Sai melayani Duang di meja makan dengan setengah hati. Saat Rin datang tak lama kemudian, Duang mengklaim kalau ucapannya semalam adalah demi kebaikan semua orang. Rin pasti merasa tak nyaman karena terkurung di tempat yang tidak dia inginkan ini, kan?

Duang menyesal sudah mempercayai orang tuanya dan menikahi suaminya. Jika saja dia tidak menikah, maka Saran pasti tidak akan depresi dan Ibunya Saran tidak akan membawa Rin ke tempat ini. Makanya dia memutuskan untuk menyelesaikan semua permasalahan mereka, dia akan memberi Rin kebebasan.

"Dasar egois. Kau bahkan tidak bertanya apakah dia menginginkan itu." Gumam Mae Sai kesal.

Coba Rin pikirkan baik-baik. Arun itu pria yang baik. Jauh lebih baik jika Rin bersama pria yang mencintainya daripada pria yang baru dia kenal, iya kan? Jangan bilang kalau Rin mencintai Saran.

"Tidak. Kami baru kenal."


Karena itulah, coba Rin bayangkan, dia akan lebih bahagia hidup bersama siapa di antara kedua pria itu.

"Aku tidak bisa membayangkan siapapun."

"Lalu apa yang kau pikirkan?"

"Aku memikirkan wajah orang tuaku. Mereka pasti akan sangat sedih kalau aku tidak mematuhi mereka."

Sejak Rin kecil, kedua orang tuanya selalu mengomelinya dan memarahinya karena mereka ingin dia menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Jika dia melakukan apa yang Duang suruh, maka orang lain akan menuduh kedua orang tuanya tidak mendidiknya dengan baik. Rin tidak bisa melakukan itu. Pfft! Jelas itu sindiran halus untuk Duang juga.


"Mak jleb banget." Ucap Mae Sai keras-keras yang jelas saja langsung dapat pelototan tajam dari Duang. Apa Mae Sai bicara negatif tentangnya secara tak langsung?

"Dari apa saya dengar, sama sekali tidak ada yang seperti itu. Tapi jika ini menyangkut orang tua anda, saya tidak bisa jamin deh."


Rin seorang diri memperbaiki grendel pintunya lalu menggemboknya. Akhirnya dia bisa lega sekarang, apalagi kuncinya cuma satu dan hanya dia seorang yang punya.

Tapi kemudian Sherm datang untuk memberitahunya kalau Saran tidak akan pulang malam ini, dia akan menginap di desa. Rin mengelu mendengarnya dan jelas saja keluhannya itu membuat Sherm langsung menggodanya.

"Apa anda merasa sia-sia? Anda mungkin harus menunggu (itu tuh *wink-wink*)." Goda Sherm lalu bergegas kabur tanpa mempedulikan teriakan Rin kalau dia mengeluh bukan karena itu.


Di desa, Kepala Desa kurang suka dengan tindakan Saran yang berkeliling desa dan bicara dengan para penduduk. Itu tidak berguna, warga hanya akan mengira kalau Saran sedang melakukan pendataan penduduk.

Kalau Saran ingin membuat warga desa percaya padanya, maka dia harus membuat dirinya bisa dipercaya.

"Anda ingin saya bagaimana? Tolong beritahu saya."

"Tangani para bandit yang mencuri kerbau."

Chode langsung ngakak mendengarnya, itu sih gampang. Para pencuri itu kan anak-anak remaja. Mereka bertiga saja sudah cukup untuk membantu warga menangkap para bandit pencuri kerbau itu. Tapi Kepala Desa ngotot kalau Saran harus melakukannya sendirian.


Kepala Desa menyuruh Saran pergi ke rumah salah satu warga yang punya banyak kerbau. Malam ini Kepala Desa akan menyuruh orang itu dan istrinya untuk tidur di tempat lain, jadi Saran akan berada di sana seorang diri. Saran harus menunjukkan kehebatannya.

Jadilah Saran seorang diri menyiapkan berbagai hal untuk menjalankan rencananya nanti malam. Entah apa yang mau dia buat dengan jerami, baju-baju dan tali tambang itu.


Malam pun tiba, Chode dan Nuer tegang menunggu di rumah Kepala Desa. Mereka benar-benar cemas dan ingin pergi menyusul Saran, tapi Kepala Desa ngotot menyuruh mereka duduk kembali.

"Kalau kalian membantu si sheriff tampan itu, maka warga akan berpikir kalau dia hebat hanya karena dia punya bala bantuan."

"Ada sekitar 4-5 bandit yang mencuri kerbau. Mereka semua punya senjata dan Sheriff seorang diri. Berbahaya sekali."

Tepat saat itu juga, beberapa warga datang berkumpul di sana. Kepala Desa berkata kalau semua orang ini datang untuk mendengar berita... sheriff mati. Pfft!

"Hah? Mereka datang cuma untuk mendengar berita itu dan bukannya untuk membantu sheriff menangkap bandit?"


Di rumah, Mae Sai datang membawakan cocoa pesanan Duang dengan muka masam. Duang yang sedang sebal karena Saran tidak ada di rumah, bingung kenapa Saran harus pergi sendiri untuk menangkap bandit? Kenapa dia tidak menyuruh bawahannya saja? Bagaimana dia bisa tidur sekarang tanpa Saran?

Melihat Rin di seberang sedang santai membuat rangkaian bunga, Duang langsung nyinyir menuduh Rin manusia berhati dingin yang masih bisa santai membuat rangkaian bunga tanpa mencemaskan Saran. Inilah yang akan terjadi kalau menikah dengan seseorang yang tidak kita cintai.


Dia tidak tahu kalau Rin sebenarnya membuat rangkaian bunga itu sebagai persembahan pada Buddha dan berdoa agar Buddha melindungi Saran dan para petugas lainnya.


Saran sudah menanti-nanti kedatangan para bandit itu saat akhirnya dia mendengar suara-suara dari luar. Saat dia mengintip ke jendela, dia melihat seorang bandit muncul.

Begitu memastikan keadaan aman, si bandit langsung memanggil temannya. Saran sontak menembak bandit satu lalu menarik jebakannya, sebuah orang-orangan sawah yang kontan membuat bandit dua panik dan langsung menembaki orang-orangan sawah itu sampai pelurunya habis. Dan baru setelah itu, Saran langsung menembaknya.

Bandit tiga dan empat baru tiba saat itu dan jelas panik saat melihat kedua temannya tumbang. Saran langsung menarik orang-orangan sawah lainnya yang sukses membuat para bandit itu panik menembaki orang-orangan sawah itu.

"Sekarang giliranku." Saran pun keluar dan sukses menembaki para bandit itu dengan mudah.


Keesokan harinya, Kepala Desa puas dan mengakui kehebatan Saran. Sekarang Saran pasti akan mendapatkan kepercayaan para warga.

Tak lama kemudian, suami-istri pemilik kerbau-kerbau yang diselamatkan Saran, datang untuk mengucap terima kasih atas bantuan Saran. Kalau mereka sampai kerampokan, mereka pasti akan bangkrut. Mereka benar-benar kagum dengan kehebatan Saran walaupun dia masih muda.

"Aku bekerja untuk pemerintah, itu sudah tanggung jawabku."


Tak lama kemudian, banyak warga lainnya yang datang berbondong-bondong untuk melihat Saran. Apalagi para wanita terdengar sangat antusias ingin melihat betapa tampannya Pak Sheriff mereka. Mereka bahkan datang dengan membawa berbagai macam hasil panen untuk dihadiahkan pada Saran sebagai ungkapan terima kasih.

 

Kepala Desa lalu menyuruh si pemilik kerbau untuk mengumumkan pada para warga bahwa Pak Sheriff menangkap para perampok itu seorang diri.

"Tidak. Aku ingin satu hal lagi yang harus diumumkan. Opsir Saran menangkap geng White Tiger yang mencuri kerbau."

Hah? Chode bingung, para perampok yang kemarin kan bukan gengnya White Tiger? Kepala Desa mengerti maksudnya dan langsung menyuruh si pemilik kerbau untuk mengumumkan bahwa geng White Tiger bukan cuma merampok orang-orang kaya, tapi juga orang-orang miskin dan merampok kerbau milik warga desa.

"Dan jangan lupa bahwa Opsir Saran mengalahkan 4 perampok seorang diri." Kata Nuer bangga.

"Tentu, tentu. Aku akan menyebarkannya pada pemilik kopi dan rumor ini pasti akan langsung tersebar luas hanya dalam waktu sehari."

Chode optimis kalau sekarang warga desa pasti akan membantu mereka dengan mencari informasi tentang geng White Tiger dan bukannya cuek seperti dulu lagi.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments