Sinopsis Padiwarada Episode 3 - Part 4


Saat Saran pulang tak lama kemudian, Sherm dan Mae Sai langsung menggodanya. Saran benar-benar beruntung memiliki dua istri, mereka tidak bertengkar lagi.

"Kekasih lama anda menangis karena dia tidak enak badan. Kasihan sekali dia. Yang satu sangat baik, yang satu lagi memprihatinkan."

Saran jelas bingung, apa maksud mereka? Ngomong yang jelas dong biar dia mengerti. Oke, Mae Sai memberitahunya kalau si wanita berpakaian hitam yang kemarin, hari ini ada di dalam.


Saran sontak bergegas masuk rumah dan mendapati Duang sedang bersama Rin. Dia tampak cemas melihat wajah pucat Duang. Melihat itu, Rin berbaik hati mau keluar agar mereka bisa berduaan.

Tapi Duang mencegahnya dan beralasan pada Saran kalau dia ketinggalan kereta dan sepupunya juga sedang tidak ada di rumah. Karena itulah, dia minta izin untuk tinggal di sini malam ini.

"Tapi kalau kau ingin aku pergi, aku akan pergi."

Saran sontak galau mendengarnya, tak enak menolak Duang tapi juga tak enak pada Rin. Menyadari kegalauannya, Rin langsung saja memutuskan untuk mengizinkan Duang tinggal di ini. Duang bisa tinggal di rumah kecil, mumpung lagi kosong karena Ibu sedang pergi.

"Khun Braralee sangat baik. Hanya dengan bicara dengannya saja aku tahu... kalau kau sangat beruntung. Aku bahagia untukmu, Ran." Ujar Duang dengan wajah melasnya.


Mungkin tak enak berada di antara mereka, Rin cepat-cepat pergi meninggalkan mereka berduaan. Saran sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi Nuer masih ada di sana.

"Nuer?"

"Yah? Nama lengkap saya adalah SanuerNak." Kata Nuer seolah menyatakan tak ingin pergi meninggalkan mereka berduaan. Tapi Saran malah ngotot mengusirnya hingga terpaksalah dia harus pergi.


Saat menemukan Rin di luar, dia langsung memprotes sikap Rin. Tidak seharusnya dia pergi dan meninggalkan Saran dengan wanita itu. Saran dan Duang berpacaran selama satu dekade. Ibu Saran saja sampai pernah mengira kalau Saran itu kena guna-guna.

Tapi Rin tetap saja percaya pada Duang. Kemarin dia memang melihat mereka berdua sepertinya janjian bertemu. Tapi hari ini Duang tidak menunjukkan sikap kalau dia ingin mengganggu pernikahan mereka. Duang pasti shock karena mengetahui Saran sudah menikah. Apalagi dia habis bertengkar dengan suaminya.

"Justru itu. Anda tidak bisa mempercayainya."

"Kalau aku tidak bisa mempercayainya, biarkan saja sekarang. Lebih baik bersama sedikit lebih lama dan terluka daripada sekarang ketika segalanya yang tak tertahankan lagi."

 

Entah akting atau beneran, Duang mendadak memegangi kepalanya lalu berbaring lagi di sofa yang jelas saja membuat Saran cemas.

Dia mengklaim kalau dia tidak punya tenaga lalu meminta Saran untuk menyuapinya agar dia punya tenaga untuk bernafas lagi besok dan melanjutkan hidupnya yang kacau balau. Tapi saat Saran menurutinya dan hendak menyuapinya, dia langsung menggenggam erat tangan Saran.


Pada saat yang bersamaan, Arun tiba di depan rumah Saran dan langsung teriak-teriak memanggil Rin. Rin jelas kaget saat melihatnya, bagaimana dia bisa kemari?

"Rin, bagaimana kabarmu? Aku baru saja mendengar tentangmu, aku mencemaskanmu."


Sambil menggenggam tangan Saran, Duang mengingatkan Saran akan kenangan indah mereka bersama dulu, saat mereka pertama kali saling bergenggaman tangan seperti ini.

Dalam flashback, Saran dan Duang terlihat bermain layangan bersama. Bersama-sama mereka saling menarik tali layangan itu hingga tangan Saran menggenggam erat tangan Duang.

Kenangan itu kontan membuat Saran sedih. Tapi dia cepat-cepat menyadarkan dirinya dari kenangan itu, tidak ada gunanya mengingat hal itu. Lebih baik lupakan saja.

Tak menyerah begitu saja, Duang terus berusaha merayu Saran dengan muka melas. Mengklaim kalau mata besar dan senyumnya Saran sangat manis saat bersama dirinya. Dia mengingat hal itu dengan baik. Dia tidak pernah melupakannya.

"Sikap manismu. Hubungan itu. Aku tidak punya kesempatan untuk jadi pemiliknya lagi. Aku tidak punya hak lagi, kan Ran?"


Melepaskan tangan Duang dari wajahnya, Saran tanya  dengan getir apakah rasanya sakit? Apa Duang baru menyadarinya sekarang? Dia merasakan rasa sakit ini selama berbulan-bulan. Apa Duang lupa kalau dia menikah duluan?

"Aku tidak prnah tahu kalau kau punya tunangan. Ran, kita sangat dekat. Kalau kau punya tunangan."

"Tunanganku sejak kecil, kami dijodohkan oleh para tetua. Ibuku ingin aku melupakanmu."

"Lalu apa kau bisa melupakanku? Apa dia bisa menggantikanku?"

Saat Saran cuma terdiam galau, Duang terus berusaha meyakinkan Saran kalau dia menyesal. Dia sudah salah pilih orang, tidak seharusnya dia menuruti orang tuanya. Seharusnya mereka melarikan diri bersama waktu itu.


Duang sontak memeluk Saran sambil terus memohon-mohon agar Saran memaafkannya. Saran galau tak tahu bagaimana. Untung saja Sherm muncul saat itu juga untuk memberitahunya tentang kedatangan temannya Rin.

Mereka ada di kebun sekarang. Dia tidak tahu siapa temannya Rin itu, tapi dia melihat mereka bergenggaman tangan... sama seperti Saran dan Duang sekarang.

Canggung, Saran langsung melepaskan diri dari Duang lalu pergi ke kebun dan meninggalkan Duang yang sontak kesal mempelototi Sherm.


Arun menggenggam tangan Rin dan mengaku kalau dia benar-benar mencemaskan Rin. Apalagi Rin tidak pernah meninggalkan rumah sejak dia kecil. Khun Ying benar-benar kelewatan, seharusnya kan ia menemani Rin dulu dan bukannya membiarkan Rin sendirian di sini.

Tak nyaman dengan genggaman tangan Arun, Rin cepat-cepat menarik tangannya dan memberitahu Arun kalau Khun Ying harus pulang untuk menjaga Tuan Bumrung. Lagipula dia sudah dewasa. Dia sudah punya tanggung jawab.

"Aku datang kemari karena aku punya kewajiban pada orang tuaku. Kau harus mengerti dan membantu menyimpan rahasia keluarga kami. Setuju?"

Tentang masalah itu, Arun bisa melakukannya. Yang dia cemaskan, mereka kan tidak mengenal suaminya Rin itu. Tidak ada yang tahu kepribadiannya seperti apa. Makanya dia harus melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.


Baru dibicarakan, Saran muncul di sana saat itu juga. Rin pun memperkenalkan kedua pria itu pada satu sama lain. Saran menyapanya dengan sopan dan mengira kalau dia kerabatnya Rin.

"Aku bukan kerabat. Tapi kami lebih dari sekedar kerabat. Kami bertetangga. Tugasku sejak kecil adalah menjaga ketiga wanita keluarga Bumrung Prachakit."

Saran jelas kesal mendengar nada bicaranya. "Terima kasih atas ucapan selamatmu."

"Pertimbangan ucapan selamatmu tergantung pada Rin. Jika dia bahagia,aku akan turut bahagia. Tapi jika tidak, maka aku tidak akan mengizinkan."


Rin mulai panik menyadari ketegangan di antara kedua pria itu dan buru-buru mengalihkan topik. Dia akan menyuruh Sherm untuk membantu Arun memesan kamar hotel di kota.

Berhubung Duang akan tidur di rumah kecil, tadi tidak pantas kalau Arun juga tinggal di sini. Rin menjelaskan kalau Duang itu temannya Saran. Saran tercengang mendengar Rin mengizinkan Duang tinggal di rumah ini.

"Aku harus minta izin padamu agar dia (Arun) tinggal di sini beberapa hari."

Arun tidak mau kalau cuma beberapa hari. "Aku mau tinggal seminggu di sini. Izinkan aku, oke?"

Saran sontak sinis mendengarnya. "Baiklah."

Tak enak dengan situasi ini, Rin cepat-cepat menyuruh Arun pergi bersama Sherm sekarang dan mengundangnya makan malam bersama nanti malam.


Dalam perjalanan, Arun bertanya penasaran pada Sherm tentang siapa Duang yang sebenarnya. Sherm awalnya menolak menjawab dengan alasan pembantu yang baik tidak boleh menggosipkan majikannya.

Tapi begitu melihat Arun menawarkan beberapa lembar uang, dia sontak berubah haluan dan memberitahu Arun kalau Duang itu mantannya Saran. Dan kemarin dia datang ke pernikahan mereka dengan mengenakan pakaian serba hitam.

"Kenapa dia bisa berakhir di sana?"

"Kudengar kalau saudaranya sedang tidak berada di Kota Korn"

"Lalu kenapa dia tidak tinggal di hotel? Kenapa dia tinggal di rumah mereka dan jadi pengganggu?"

"Kurasa dia kesepian."

"Wanita yang tidak bisa menahan perasaan mereka... aku sungguh tidak bisa memahami mereka. Tapi si pria... sampai berapa lama dia bisa menahan diri?"


Malam harinya, semua orang berkumpul bersama di meja makan. Tapi Saran heran, kenapa hari ini tidak ada sambal? Mae Sai memberitahu Saran bahwa Rin memberinya tugas untuk memasak lalu nyerocos bangga tentang masakannya, sama sekali tidak perhatian dengan muka masam Saran.

"Dia memberimu tugas itu?" Sinis Saran sambil melirik Rin dan kontan dapat balasan lirikan tajam dari Rin.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments