Lie tiba-tiba mendapat chat dari Xiao Bu yang mengajaknya ketemuan di kamar hotel. Waduh! Lie sontak cemas, mengira Xiao Bu mau melakukan hal buruk padanya. Biarpun dia cowok, tapi tetap saja dia harus waspada, apalagi bertemu orang di ruang tertutup tuh biasanya jauh lebih berbahaya.
Dia tetap pergi ke kamar hotel itu, tapi dia diam-diam bawa semprotan merica. Begitu Xiao Bu membuka pintu, tiba-tiba Xiao Bu menariknya masuk dengan terlalu antusias lalu mendorongnya ke sofa lalu tiba-tiba saja Xiao Bu membuka cardigannya yang jelas saja membuat Lie langsung mikir aneh-aneh dan itu membuatnya jadi ketakutan... sampai saat dia memperhatikan sekitarnya dan melihat ada beberapa lukisan di sana.
Xiao Bu jelas bingung ketakutan Lie, padahal dia memanggil Lie kemari cuma karena ingin mengajari Lie melukis soalnya kan Lie suka melukis. Oh, jadi itu, Lie jadi lega. tepat saat itu juga, Xiao Bu malah menemukan semprotan mericanya Lie yang tak sengaja terjatuh.
Panik, Lie sontak pura-pura seolah itu cuma semprotan penyegar napas dan langsung saja menyemprotkannya ke mulutnya sendiri. Wkwkwk! Senjata makan tuan. Jelas saja Lie langsung kepedasan sampai air matanya mengalir. Xiao Bu bingung, Lie terharu banget yah sampai dia menangis?
Mengalihkan topik kembali ke masalah lukisan, Xiao Bu menyuruh Lie untuk melukisnya dulu, nanti Xiao Bu yang akan menganalisis lukisannya Lie. Xiao Bu pun mulai berpose dengan meletakkan apel di atas kepalanya.
Tapi begitu Lie mulai melukis, dia mulai memanfaatkan kesempatan untuk tanya-tanya tentang Kakaknya Lie, terutama sikap Kakaknya Lie dalam memperlakukan mantan pacar.
Lie jelas bingung kenapa Xiao Bu mendadak menanyakan masalah kakaknya. Tapi kemudian dia mendadak kepedean mengira kalau yang dimaksud Xiao Bu pasti tentang dirinya. Mungkin karena Xiao Bu terlalu malu untuk berterus terang, makanya Xiao Bu pura-pura menanyakan kakaknya. Maka jadilah Lie menjawab berdasarkan dirinya sendiri, meyakinkan Xiao Bu bahwa dia sama sekali tidak punya mantan pacar.
"Lalu, kakakmu bisa jatuh cinta terhadap orang yang seperti apa?" tanya Xiao Bu.
Lagi-lagi, Lie mengira kalau Xiao Bu maksud adalah tentang dirinya, jadi dia langsung meyakinkan Xiao Bu kalau dia adalah orang yang setia, dia tidak akan berpindah hati tak peduli bagaimanapun orang lain merayunya.
"Yang kutanyakan adalah kakakmu. Kakakmu!" geram Xiao Bu.
Lie ngotot tak percaya, tapi karena meyakini kalau Xiao Bu cuma malu, jadi dia iyain ajalah. Silahkan Xiao Bu tanya lagi tentang kakaknya. Tapi apa pun pertanyaan Xiao Bu tentang kakaknya, ujung-ujungnya Lie pasti akan tetap menjawab tentang dirinya sendiri yang kesannya malah jadi kayak narsis. Xiao Bu lama-lama menyerah deh.
Tak lama kemudian, hasil lukisannya Lie akhirnya jadi. Errr... tapi yang dia lukis ternyata cuma apelnya doang, Xiao Bu-nya nggak ada. Wkwkwk! Hasilnya kurang bagus dan kurang sesuai sama aslinya lagi.
Xiao Bu langsung mengkritik hasil lukisannya, tapi Lie tidak terima dan langsung ngambek karenanya. Tapi jangan khawatir, Xiao Bu masih punya cara kedua untuk menyenangkan Lie.
Dia memberikan sebuah kacamata khusus untuk Lie, mengklaim bahwa itu adalah Kacamata Imajinasi Ultra yang bisa memproyeksikan apa pun yang Lie inginkan?
"Sehebat itu? Bagaimana jika aku bilang kalau aku ingin ke luar angkasa."
Tentu saja bisa dong. Begitu Lie memakai kacamatanya, Xiao Qi langsung memakai sistem canggihnya untuk memproyeksikan keinginan Lie dan jadilah ruangan di sekitar mereka tampak seperti luar angkasa sungguhan. Bahkan meteor yang meluncur cepat ke arah mereka pun tampak begitu nyata hingga Lie panik menarik Xiao Bu ke dalam pelukannya, melindunginya dari meteor itu.
Sontak saja kedekatan mereka itu membuat keduanya terpana pada satu sama lain... sampai saat Xiao Bu tersadar dan langsung melepaskan diri, memberitahu Lie bahwa semua ini palsu, jadi Lie tidak perlu khawatir. Bukankah Lie mau mencari inspirasi? Cari saja.
Canggung, Lie cepat-cepat mengalihkan perhatiannya ke benda-benda angkasa yang tampak sangat nyata itu. Lie benar-benar kagum, alam semesta begitu luas, mereka hanya setitik debu di alam semesta ini.
"Xiao Bu, apakah kau pernah merasa bahwa keberadaanmu sama sekali tidak penting?"
Biasanya di rumah, Lie adalah anak yang selalu diperhatian oleh kedua orang tuanya dan adik yang dijaga kakaknya. Namun sekarang, bisa dibilang, dia punya rumah tapi tidak bisa pulang.
"Kau cuma perlu memberanikan diri untuk pulang," ujar Xiao Bu, "sedangkan aku harus memperbaiki pusat komputerku dulu, baru bisa pulang."
Walaupun tidak mengerti maksud ucapan Xiao Bu, tapi Lie tiba-tiba berkata bahwa dia tahu beberapa tempat yang bisa membantu Xiao Bu.
Kakak Chai kecewa karena belakangan ini tidak ada pesanan dari perusahaannya Leng, Xiao Qi yakin kalau ini pasti ulah Leng yang melarang para pegawainya untuk memesan di sini, leng kan bertekad untuk terus menghindarinya.
Tepat saat itu juga, Asisten Han membawakan berbagai macam barang yang sesuai keinginan Xiao Qi, pastinya semua itu adalah kompensasi supaya Xiao Qi mau melepaskan Leng.
Jangankan Xiao Qi, bahkan Asisten Han pun sudah mulai lelah dengan semua ini. Dia sungguh tidak mengerti kenapa bosnya bertekad ingin menyingkirkan Xiao Qi padahal Xiao Qi wanita pertama yang akhirnya bisa Leng ingat pasca hujan.
Sebelumnya Leng tidak pacaran gara-gara amnesianya. Sekarang akhirnya dia menemukan seseorang yang tidak dia lupakan, kenapa Leng tidak mempertimbangkannya saja? Lagipula, menurut Asisten Han, Xiao Qi tuh ramah dan baik hati.
Selain itu, Xiao Qi juga orang yang tidak tahu malu, dia tetap bangkit lagi-lagi biarpun Leng sudah berulang kali menolaknya. Kesal mendengar cerocosan asistennya, Leng langsung mengancamnya untuk menulis pengunduran dirinya. Waduh! Asisten Han pun langsung mundur teratur.
Tapi Asisten Han tetap bertekad untuk jadi Cupid dan menyatukan mereka berdua. Tak lama kemudian, Xiao Qi mendapat pesan dari 'Dewa Cinta Tak Dikenal' lagi yang memberitahunya bahwa pria yang terlihat dingin dan keras di luar, sebenarnya sangat penyayang.
Karena itulah, dia menyarankan Xiao Qi untuk pura-pura sakit untuk merangsang hasrat pria untuk melindungi wanita. Hmm, ini ide yang bagus.
Maka malam harinya, Xiao Qi pun mulai beraksi begitu melihat Leng pulang. Dia pur-pura berjalan lemas lalu tak sengaja menabrak Leng dan memanfaatkan kesempatan itu untuk memeluk Leng sambil pura-pura mengeluh sakit.
Aktingnya terlalu kentara yang jelas saja membuat Leng tak percaya. Bahkan saking kesalnya, dia langsung mendorong Xiao Qi tapi dalam prosesnya malah tak sengaja membuat Xiao Qi jadi keseleo.
Leng awalnya tak percaya, tapi sepertinya kali ini Xiao Qi benar-benar kesakitan. Menyadari Xiao Qi beneran terkilir, Leng pun sigap membopongnya. Melihat Leng dari jarak sedekat ini sontak membuat Xiao Qi kesengsem sama Leng, tampan sekali, apakah para penjahat di bumi tuh setampan ini?
Xiao Qi sudah senang saja mengira kalau Leng bakalan merawatnya, tapi begitu sampai depan rumah, Leng langsung menurunkannya dan meninggalkannya begitu saja. Xiao Qi kecewa. Parahnya lagi, entah kenapa password rumah Xiao Qi mendadak tidak bisa digunakan.
Wah! Sepertinya password-nya sudah diganti tanpa sepengetahuannya. Parahnya lagi, bahkan setelah beberapa kali menggedor pintu, tidak ada jawaban dari dalam rumah. Xiao Qi jadi mengira tidak ada orang di rumah. Hadeh! Tragis sekali nasib Xiao Qi hari ini. Kaki terkilir dan sekarang malah tidak bisa masuk rumah.
Tepat saat itu juga, Leng mendadak keluar lalu tiba-tiba saja dia membopong Xiao Qi lagi dan membawa Xiao Qi pulang ke rumahnya sendiri.
Padahal sebenarnya Kakak Chai dan Xiao Bu ada di dalam, tapi Kakak Chai memang sengaja tidak membuka pintu, dan rencananya membantu Xiao Qi berhasil. Apalagi kemudian mereka mendengar suara Xiao Qi jejeritan kesakitan dengan heboh yang sontak saja membuat Kakak Chai mikir kotor. Wkwkwk!
Xiao Bu yang panik dan khawatir, mengira Xiao Qi disiksa sama Leng dan hampir saja mau menerobos masuk, tapi Kakak Chai sigap mencegahnya.
Padahal di dalam, Xiao Qi menjerit kesakitan cuma gara-gara Leng memeriksa lukanya dan menempelkan koyo ke kakinya. Karena di rumah Xiao Qi sedang tidak ada orang, jadi Leng dengan berat hati akan mengizinkan Xiao Qi untuk menginap semalam ini di sini, di kamar tamu ini.
Dia mau langsung pergi setelahnya, tapi Xiao Qi sontak memeluknya kuat-kuat dan merengek manja menolak ditinggal sendirian di kamar tamu dan memaksa Leng untuk menemaninya malam ini di sini, mengklaim kalau dia sangat amat kedinginan.
Leng awalnya kesal, tapi saat tak bisa melepaskan pelukan Xiao Qi, tiba-tiba saja dia mengiyakannya. Wah?! Xiao Qi langsung sumringah. Apalagi kemudian Leng tiba-tiba mendekatkan wajahnya, Xiao Qi langsung antusias monyongin bibir.
Tapi tidak, Leng ternyata cuma mau ambil remote AC untuk menaikkan suhu biar Xiao Qi tidak kedinginan. Beres, kan? (Pfft!) Xiao Qi sontak heboh memeluknya lagi, memaksa Leng untuk tidur di sini bersamanya, mengklaim bahwa dulu Leng selalu tidur sambil memeluknya.
Oh, begitu? Baiklah, Leng setuju. Tapi terlebih dulu dia menyelimuti Xiao Qi dengan beberapa lapis selimut yang jelas membuat Xiao Qi kepanasan, bahkan Leng pun bisa merasakan keringatnya.
Tapi Leng sengaja terus mengerjainya dengan memaksanya untuk tetap di dalam selimut, kan Xiao Qi bilang kalau Xiao Qi kedinginan, jadi pakailah semua ini biar Xiao Qi hangat. Jangan khawatir, Xiao Qi tunggu di sini, Leng janji akan kembali sebentar lagi.
Tapi saat dia kembali semenit kemudian, dia malah membawa sabuk buat cambuk. Widih! Serem! Mau diapain tuh Xiao Qi?
Bersambung ke episode 6
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam