Sinopsis Leh Ratree Episode 9 - Part 1


Setibanya kembali ke rumah, Pu langsung disidang ibunya karena tidak pulang semalaman.

Dia mengaku mengetahuinya dari Pa. Sepertinya Pa sangat mencemaskan Pu hingga dia bertekad untuk mencari Pu. Apa mereka bertemu semalam? Pu ragu menjawabnya.

 

Pa melamun memikirkan kejadian semalam sampai kaget sendiri saat sekretarisnya datang. Sekretaris lalu memberitahu semua jadwal kegiatan Pa hari ini, termasuk meeting dengan Pu.

Tapi Pa tidak mau bertemu Pu dan menyuruh Sekretaris membatalkannya dengan alasan dia sibuk.

 

Berita tentang Id jadi headline di koran. Master Ad membaca koran itu dan menduga kalau Id dicampakkan karena Sake terpikat pada Kate yang masih muda dan mempesona. Masih dendam, Master Ad menyatakan kalau dia akan membalas dendam pada Sake.


Kate dan kedua orang tuanya juga membaca berita itu. Sekarang mereka mengerti alasan Khun Ying memanfaatkan Kate sebagai tameng untuk melawan Id.

Pattapon menduga jika mereka sampai bertarung di persidangan maka hasilnya akan 50/50. Tapi jika persidangannya memakan waktu lama maka sudah bisa dipastikan Id lah yang akan kalah. Khun Ying bukan tipe orang yang mau mengalah.

A dan Bee datang tak lama kemudian. Mereka sebenarnya dilarang kembali, tapi Sake memberi mereka izin datang kemari dan meminta mereka untuk menjaga Kate. Kate senang mendengarnya.

Mereka berdua berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Nun, mereka cemas kalau-kalau Sake melakukan sesuatu pada Kate. Nun berbohong kalau Kate pulang cuma karena kangen orang tuanya.


Kate berterima kasih pada ibunya karena merahasiakan masalah ini dari A dan Bee. Tapi Nun merasa mereka berdua pada akhirnya pasti akan tahu saat mereka kembali ke rumah Keluarga Suttagarn nantinya. Kate yakin tidak, dia percaya dengan janji Khun Ying bahwa Sake tidak akan mengganggunya lagi.

Nun mengaku kalau dia sebenarnya mendengar pembicaraan Kate dengan Pu waktu itu, saat Kate mengaku kalau dia tidak dipaksa. Kate menyukai Sake, bukan? Kate langsung menunduk malu mendengarnya, menyesal karena dia tidak bisa menjadi anak yang sesuai harapan Nun.

Nun langsung memeluknya. Dia tidak marah kalau Kate menyukai Sake, dia hanya berharap Kate tidak berharap terlalu tinggi mengingat banyaknya rintangan antara Kate dan Sake. Dia tidak mau Kate jadi sedih.


Sekretarisnya Sake kelabakan menolak berbagai telepon dari para wartawan yang minta interview dengan Sake.

Sake juga stres didalam kantornya, dia tidak bisa keluar dari sana karena ada beberapa wartawan yang menunggunya di bawah.

Pa memberinya jalan keluar dengan memberikan kunci mobilnya sendiri pada Sake. Beberapa saat kemudian, para wartawab berhasil terkecoh saat mereka melihat mobilnya Sake keluar.

Mereka langsung membuntuti mobil itu tanpa menyadari Sake sedang menunggu keadaan aman di mobilnya Pa lalu pergi.

Pa juga hendak pergi saat dia mendapat sms dari Pu yang memintanya bertemu malam ini. Pu gelisah menunggu pesan balasan dari Pa tapi Pa lagi-lagi tak membalas pesannya.


Ibu Pu melihat keanehan sikap Pu beberapa hari ini, tapi Pu tetap bersikeras diam. Ibu Pu cemas melihat anaknya seperti ini dan berusaha menasehati Pu untuk tidak menyimpan masalahnya sendiri atau dia bakalan gila suatu hari nanti.

Memikirkan ucapan Ibunya, Pu akhirnya curhat secara ambigu. Dia punya teman, tapi dia tidak baik pada temannya itu, dia membuat temannya itu sedih dan sekarang dia merasa menyesal.

"Lalu kenapa kau tidak minta maaf padanya?"

Masalahnya, temannya itu bersikap seolah tak pernah terjadi apapun tapi dia tahu kalau temannya itu sedang marah padanya karena temannya tidak tidak mau bicara, menerima teleponnya dan tidak mau bertemu dengannya juga. Dan sekarang dia bingung harus bagaimana.

"Sepertinya kau sangat peduli dengan temanmu yang satu ini" komentar Ibu.

Baru kali ini Ibu melihat Pu begitu peduli dan cemas seseorang marah padanya atau tidak. Ibu jadi penasaran siapa teman Pu itu. Pu dengan canggung mengaku teman yang dimaksudnya itu adalah Pa.


Sake menenangkan diri di sebuah coffee shop. Saat kopi pesanannya datang, dia teringat dengan omelan Kate yang dulu bersikeras tidak mau memberinya kopi demi kesehatannya. Sake langsung mengabaikan kopinya dan pergi mencari Kate.

Tidak ada orang di rumah selain Kate, kedua orang tuanya pergi checkup ke rumah sakit sementara kedua pembantu ke pasar. Sayangnya mereka semua pergi tanpa menyadari bahaya yang tengah mengintai.

Kate hendak menjemur baju-bajunya saat bel pintu rumahnya berbunyi. Beberapa pria menyamar sebagai pekerja pengiriman barang menanyakan alamat padanya. Dan tanpa mencurigai apapun, Kate langsung memberi mereka arahan.

Dia sama sekali tidak menyadari saat pria itu mengeluarkan kain dan saat Kate lengah, dia langsung membekap Kate dan mereka langsung memasukkannya kedalam mobil.

Sake sebenarnya ada tak jauh dari sana. Tapi dia hanya melihat Kate dari kejauhan dan perhatiannya teralih sejenak saat dia mendapat telepon dari sekretarisnya.

Teleponnya tiba-tiba mati karena lowbet dan dia terlalu bingung mencari charger ponselnya sampai tidak melihat saat para pria itu menculik Kate. Saat akhirnya dia menoleh kembali ke rumah Kate, segalanya sudah terlambat.

Kate dan mobil itu sudah tak ada. Tapi dia tahu ada yang tidak beres saat melihat keranjang pakaian yang tadinya Kate bawa, sekarang terjatuh di jalan begitu saja dan Kate juga tidak ada di dalam rumah.


Sake berusaha mencari Kate dan kebetulan dia melihat mobil pengantar barang yang dilihatnya tadi, tiba-tiba berhenti di tengah jalan entah karena apa sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

Pat pulang tak lama kemudian dan menemukan keranjang pakaian itu tergeletak di depan rumah. Tapi dia tidak berpikir macam-macam dan hanya sebal saja mengira Kate sembrono. Dia juga tidak sempat memikirkan keanehan itu lebih jauh karena temannya menelepon dan mengajaknya pergi.

Sake buru-buru membuntuti mobil itu hingga sampai di sebuah hotel. Sayangnya, dia juga tidak bisa memanggil bantuan karena ponselnya mati. Anak buahnya Master Ad menyogok satpam parkiran, satpam pun dan mereka membawa masuk Kate dengan aman.

Dari luar parkiran, Sake melihat anak buah Master Ad membawa Kate masuk. Dia terlambat mengejar mereka yang sudah naik lift, tapi dia memperhatikan ke lantai berapa lift berhenti lalu mengejar mereka dengan menaiki tangga, tidak ada waktu menunggu lift.


Sake kebingungan mencari kamar yang mana tempat Kate disekap. Dia baru saja mau naik ke lantai selanjutnya, saat lift membuka dan Master Ad dan dua bodyguardnya keluar dari dalamnya.

Sake langsung bersembunyi dan membuntuti mereka. Tapi dia bingung harus bagaimana. Di tengah kebingungannya, dia melihat troli room service.

Sebelum masuk kamar, Master Ad memerintahkan semua anak buahnya keluar. Sake keluar dari persembunyiannya setelah semua anak buah Master Ad pergi.

Master Ad hampir saja melakukan perbuatan bejat saat tiba-tiba pintunya diketuk room service yang mengaku anak buahnya memesankan room service untuknya.


Master Ad mengintip dari lubang pintu tapi hanya melihat nampan. Dia membukanya sambil menggerutu tapi begitu pintu terbuka, Sake langsung menyerangnya.

Kedua pria itu langsung saling menyerang dan mencekik hingga akhirnya Sake mampu mengungguli Master Ad dan menjedotkan kepalanya berulang kali sampai Master Ad roboh.


Sake berusaha membangunkan Kate tapi Master Ad tiba-tiba menodongkan pistol ke punggungnya. Berpikir cepat, Sake berbohong kalau dia sudah memanggil polisi dan mereka akan segera kemari. Master Ad percaya dan perhatiannya seketika teralih untuk menghubungi anak buahnya.

Sake langsung balik menyerangnya sampai dia pingsan, mengikatnya di kamar mandi dan menceburkan ponsel dan pistol master Ad kedalam wastafel. Kate akhirnya sadar walaupun dia masih lemah, Sake pun langsung membopongnya keluar.


Keluarga Kate mulai cemas saat tak mendapati Kate di rumah dan tidak pula pulang ke rumah Keluarga Sutttagarn. Ponselnya juga tidak dibawa dan parahnya lagi, Sake tidak bisa dihubungi dan tidak diketahui keberadaannya.


Kate benar-benar sadar di mobil dan langsung menjerit-jerit panik, mengira Sake penculiknya.

Sake langsung menepi dan membangunkan Kate dan meyakinkannya kalau dia sudah aman. Kate akhirnya membuka mata dan menangis dalam pelukan Sake.

Saat akhirnya dia mulai tenang, Kate mulai teringat dengan orang tuanya yang pasti sedang mengkhawatirkannya. Dia ingin segera pulang, tapi Sake ragu memulangkan Kate dalam keadaan seperti ini, takut membuat orang tua Kate cemas.


Sake akhirnya menelepon Pattapon lewat telepon umum dan memberitahunya kalau Kate sedang bersamanya dengan alasan ada hal penting yang harus mereka bicarakan.

Dia berjanji akan segera memulangkan Kate setelah mereka selesai bicara nanti. Pattapon mempercayainya dan mengabarkannya pada semua anggota keluarga.


Kate berterima kasih karena Sake mau bicara pada ayahnya. Dia takut kalau dia yang bicara, ayahnya akan tahu kalau dia bohong karena dia tidak pandai berbohong.

"Maksudmu aku pandai berbohong?" protes Sake

Kate menduga kalau mereka tidak akan bisa menuntut Master Ad. Sake berkata bahwa mereka sebenarnya punya bukti.

Tapi orang seperti Master Ad paling cuma akan membayar denda. Kate memutuskan untuk melupakan masalah ini saja. Lagipula ada banyak masalah lain di rumahnya saat ini.

Tapi Kate penasaran, dari mana Sake tahu kalau dia diculik. Sake mengaku kalau dia tadi mau menemui Kate dan tak sengaja melihat kejadian itu. "Sebenarnya aku... rindu padamu." aku Sake malu-malu.


Sake lalu duduk di samping Kate dan mencegah Kate saat dia mau pulang. Dia sengaja ingin berlama-lama berduaan dengan Kate dengan mengajaknya makan malam bersama. Dia bahkan memakai alasan sakit perutnya agar Kate mau makan bersamanya.

Mereka akhirnya pergi ke pasar dan Sake memberikan sebelah sepatunya untuk Kate sementara dia sendiri nyeker sebelah.

Mereka mampir di kios sepatu untuk membeli sepasang sandal untuk Kate dan Sake membantu memakaikannya.


Sake makan dengan sangat lahap, sementara Kate hanya diam memandanginya. Sake heran, bagaimana bisa Kate sudah merasa kenyang padahal ada banyak menu pencuci mulut yang enak-enak.

"Apa perutmu sudah baikan sekarang?" tanya Kate.

"Err, iya. Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak sakit perut"

"Bukan. Maksudku, apa kau masih marah padaku?"

Kate menghindari pertanyaan itu dengan mengajak pulang. Tapi saat dia beranjak pergi duluan, Sake mencegahnya untuk menggandeng tangannya lalu membawanya pergi.


Pa hendak pulang tapi malah mendapati Pu sudah menunggunya di luar dan menuntut bicara. Pu meminta maaf atas malam itu.

Saat Pa masih saja tersenyum seolah tak ada masalah apapun, Pu langsung menggerutu frustasi. Lebih baik Pa meneriakinya seperti biasanya daripada marah dalam diam seperti ini.

Pa hendak mengatakan sesuatu tentang kejadian malam itu. Tapi Pu langsung menyela dan menyatakan kalau kejadian malam itu sangat memalukan dan dia merasa bersalah karenanya. Pa semakin kecewa mendengarnya hingga ia berubah sinis. Tapi begitu Pu pergi, dia langsung menangis.


Sake memulangkan Kate. Tapi sebelum Kate masuk rumah, Sake menghentikannya dan menuntut jawaban dari pertanyaannya yang tadi. Kate akhirnya menjawabnya dengan menggeleng malu-malu.

Sake tidak terima jawaban ambigu dan bersikeras memeluk Kate sampai Kate memberi jawaban pasti. Dia bahkan langsung mengancam Kate dengan mencondongkan dirinya untuk menci~m Kate tapi kate menghindar dengan berseru memanggil ibunya dan membuat Sake jadi tambah gemes.

Dia menuruti Kate dengan berbalik pergi... dan langsung kembali lagi hanya untuk mengecup pipi Kate. Baru setelah itu akhirnya dia pulang.


Kedua orang Kate masih belum tidur menunggunya. Mereka menduga kalau Sake dan Kate bertemu untuk membicarakan tentang kejadian waktu itu.

Kate menyangkal dan beralasan kalau Sake kangen padanya saja lalu cepat-cepat menghindar ke kamarnya.


Kedua orang tua Kate jadi semakin galau memikirkan Kate menyukai Sake. Nun cemas kalau Sake tidak sungguh-sungguh menyukai Kate, mengingat perbedaan dunia mereka.

Pattapon berusaha menenangkannya, dia yakin Sake bukan pria semacam itu dan Kate adalah anak yang baik jadi dia pasti akan mendapatkan sesuatu yang baik.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments