Sinopsis Leh Ratree Episode 4 - Part 2


Sesampainya di rumah, Sake mendengar Kate sedang bergosip dengan kedua pembantunya tentang apa yang diperbuatnya pada kopinya tadi.
Karena tak tahu kalau Sake pulang, mereka menggosip dengan santai sambil tertawa terbahak-bahak... sampai saat Kate membeku di tengah jalan karena melihat Sake di depannya.

"Dasar anak nakal. Kemari kau!"


Panik, Kate langsung mendorong Bee ke arah Sake lalu melarikan diri dan bersembunyi di bawah kursi meja makan. Sake melewati area itu tapi tak melihat Kate.

Setelah memastikan Sake pergi, Kate keluar dari persembunyiannya. Tapi saat hendak keluar ruang makan, Sake mendadak kembali. Kate langsung mundur dan jadilah mereka kejar-kejaran mondar-mandir keliling meja kayak anak kecil.


"Apa kau tahu kalau aku sangat marah sampai-sampai aku tidak bisa konsen di dalam rapat? Apa sebenarnya maumu?"

"Karena kau minta kopi terus padahal tidak seharusnya kau meminumnya. Apa yang harus kulakukan? Apa kau ingin aku membuatkan kopi untukmu, lalu saat kau sakit perut, aku yang musti bertanggung jawab? Aku cuma berbuat sesuatu hal yang baik tapi malah berubah jadi sesuatu yang buruk"


Sake tambah marah mendengarnya. Kejar-kejaran pun kembali berlanjut seru, Kate melarikan diri ke dapur dan jadilah mereka kejar-kejaran sambil berdebat di dapur.

Baiklah, Sake memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal yang satu itu. Tapi yang paling membuatnya marah adalah perbuatan Kate yang ikut campur menata meja kerjanya tanpa izin, apa Kate sengaja melakukannya untuk menantangnya.

"Aku cuma melihat meja kerjamu berantakan, jadi aku berniat untuk menata..."

"Tukang ikut campur! Kau melakukan sesuatu diluar tugasmu. Mulai sekarang, jangan pernah melakukan sesuatu yang kelewat batas lagi!"

"Aku juga tidak mau ikut campur. Aku juga muak dengan diriku sendiri karena menjadi seperti ini. Kukasih tahu yah. Kalau bukan karena ayahku, aku tidak akan datang dan tinggal di rumah ini, apalagi bekerja untukmu"

"Kalau bukan karena perbuatan bodoh ayahmu, aku juga tidak akan berurusan dengan wanita psiko sepertimu"

Tanpa mereka sadari, saking serunya berdebat, tangan mereka tak sengaja saling bersentuhan. Sake lah yang menyadarinya duluan dan langsung menarik tangan Kate.

Kate langsung memukul-mukul tangan Sake dengan panik lalu melarikan diri dan mereka pun kembali kejar-kejaran keliling meja.


Khun Ying dan Pa datang saat itu dan langsung ikut menonton bersama para pembantu. Tapi kemudian Khun Ying melerai mereka dan mengomeli Sake yang bertingkah seperti anak kecil.


Tiba-tiba mereka mendengar suara pecahan dari luar rumah. Seorang pelayan buru-buru datang dan memberitahu kalau Id dan ibunya datang lagi dan merusak pot-pot tanaman yang ada di luar rumah.

Ibunya Id memecah pot-pot bunga itu sambil tertawa histeris kayak orang gila sementara Id cuma berpose santai menanti semua orang keluar.

A dan Bee langsung kesal karena pot-pot bunga yang pecah itu adalah hasil pekerjaan mereka. Khun Ying muncul dan berusaha menghentikannya. Tapi Ibunya Id malah semakin menggila dengan melempar pot bunga ke arah Khun Ying.

Ibunya Id dengan gaya sintingnya mengklaim kalau dia punya hak untuk memecahkan pot-pot tanaman itu karena putrinya adalah istrinya Sake dan begitu Khun Ying mati nanti, dia juga akan ikut mewarisi setengah bagian dari istana Suttagarn ini.


Sake dan Kate tidak ikut keluar tapi mereka melihat semuanya dari jendela lantai atas. Kate bertanya-tanya kenapa Sake tidak bicara saja dengan Id.


Setelah ibunya diam, giliran Id yang bicara dan menyatakan keinginannya datang kemari adalah untuk bicara dengan Sake.

Pa dengan tenangnya mengusir mereka dan menyuruh Chard untuk 'membersihkan sampah-sampah itu'. Ibunya Id jadi semakin menggila dan langsung memecah lebih banyak pot bunga.

Chard langsung memerintahkan A dan Bee untuk menangkap Ibunya Id, jadilah semua orang menggila.

Id berusaha memberontak dari pegangan kedua pembantu sementara ibunya menjerit-jerit histeris sambil berusaha menjambaki dan menendangi A dan Bee.

Berkat nasehat Kate, Sake akhirnya keluar dan menghentikan semua kegilaan ini. Pa berusaha menyeret Sake masuk kembali, dia tidak mau Sake bicara dengan kedua orang sinting itu.

Tapi kali ini Sake tidak mau menghindar, dia ingin segera menyelesaikan segalanya. Jika Id memang ingin bicara padanya, maka dia akan membiarkan Id bicara lalu menyuruh Id untuk menunggunya di ruang tamu.


Khun Ying kesal dengan perbuatan Sake, dia takut kalau Sake akan terpengaruh dan luluh lagi pada Id. Tapi setelah melihat reaksi Sake tadi, Pa justru berpikir sebaliknya.

Sake memang sangat mencintai Id, tapi dia bukan orang bodoh yang bisa ditipu untuk kedua kalinya. Dia yakin kalau Sake pasti sudah punya caranya sendiri untuk menyingkirkan Id.


Id dan ibunya senang, sepertinya mereka merasa sudah menang. Mereka pun menunggu dengan tenang di ruang tamu.

Sake akhirnya turun tak lama kemudian. Id pun langsung memeluknya, menci~minya dan menyatakan betapa rindunya dia pada Sake.

Tapi Sake tak membalas pelukannya. Dan saat itulah Id menyadari kehadiran orang lain, Sake datang dengan membawa Kate bersamanya.


Begitu Id melepaskan pelukannya, Sake langsung merangkul Kate dan memperkenalkan Kate sebagai istrinya.

Id tak percaya, dia tahu betul kalau Sake bukanlah pria yang mudah berpindah hati secepat itu. Maka untuk membuktikan penyataannya, Sake langsung mengecup pipi Kate. (Err... sebenarnya yang nempel cuma hidungnya Sake doang sih. hahaha!)

Kate kaget tapi dia diam saja. Sake memberitahu Id bahwa pada siang hari Kate bekerja sebagai sekretarisnya di kantor dan malam hari Kate mengurusnya di rumah... "Dan yang paling penting, kami akan punya anak bersama"


A dan Bee yang menonton dari balik pintu, kontan tercengang mendengar ucapan Sake itu.

Id dan ibunya juga sama tercengangnya. Tapi Id tetap menolak mempercayainya, dia yakin kalau Sake masih mencintainya.

Dia bahkan langsung menjauhkan Sake dari Kate, menyuruh Sake menatap matanya dan menantang Sake untuk mengatakan secara langsung padanya jika memang Sake sudah tak lagi mencintainya dan melupakannya.

Sesaat Sake tampak ragu "Aku tidak pernah lupa..."


Id langsung senang mengira kalau Sake masih belum melupakannya, tapi kemudian Sake melanjutkan "Aku tidak pernah melupakan apa yang telah kau perbuat padaku. Hubungan kita sudah berakhir Id"

Id tak terima, dia istrinya Sake dan Sake tidak bisa menggantikannya dengan wanita lain. Ibunya juga langsung mengompori Id dengan menyuruh Id menampar si perebut suami orang itu.

Dia bahkan langsung maju untuk menyerang Kate sendiri, tapi Sake menghentikannya dan memerintahkannya mundur.

Id tak terima dengan sikap Sake yang begitu melindungi Kate padahal seharusnya Sake melindunginya karena dia istrinya Sake.

"Aku hanya melindungi orang yang kucintai. Berhentilah datang kemari lagi dan berhentilah mengangguku. Pergilah, Idsaya"

Id tak terima. Dia tidak mau menyerah begitu saja. Dia tidak akan pernah mau mengalah pada wanita lain.

Id langsung pergi dengan kesal dan lebih kesal lagi saat melihat beberapa pembantu yang menonton kejadian ini.


A dan Bee langsung kembali ke kamar mereka dan menggosipkan masalah ini. A tak menyangka kalau pekerjaan Kate untuk melunasi hutang adalah melakukan pekerjaan semacam itu.

Bee malah iri dengan Kate. Dia merasa kejadian tadi sangat romantis dan dia ingin sekali jadi Kate.


Kate mengikuti Sake sampai ke kamarnya. Tak ingin Kate salah paham, Sake cepat-cepat memberitahunya bahwa apa yang terjadi barusan hanyalah akting jadi Kate tidak perlu berpikir macam-macam.

Kate tahu itu, tapi dia merasa cara yang Sake gunakan tadi terlalu berlebihan. Masalah mereka tidak akan selesai jika mereka saling bersikap kasar pada satu sama lain.

"Kau tahu apa? Jika aku tidak melakukan hal seperti itu lalu menurutmu aku harus bagaimana?"

"Aku tidak tahu kenapa kalian berpisah. Tapi jika kalian sungguh-sungguh saling menyukai maka aku yakin kalau kalian bisa saling memaafkan"

"Kate, kau tidak akan mengerti. Cinta yang penuh dusta itu namanya bukan cinta, tapi pengkhianatan"

"Aku tahu. Tapi saat kau marah, kau juga tidak merasa bahagia, bukan? Aku pernah marah pada ayahku dan aku tidak bahagia sama sekali. Tapi saat aku berhenti marah-marah, segalanya menjadi lebih baik. Setidaknya kita akan merasa lebih tenang, iya kan? Seseorang mengatakan padaku bahwa memaafkan adalah hadiah yang sangat besar. Aku tahu itu sulit. Tapi jika kita bisa melakukannya maka itu akan berfaedah bagi diri kita sendiri, kan?"

Sake tersenyum mendengarnya dan mulai memikirkan ucapan Kate itu.


Id dan ibunya pulang dengan marah-marah. Ibunya Id yang paling emosi dan terus menerus menggerutui Sake yang sudah berpindah hati dalam tempo yang sangat cepat.

Dia meyakinkan Id untuk tidak cemas, dia bersumpah akan berusaha melakukan apapun agar Id tidak kehilangan kekayaannya.

Id tetap tak percaya, dia yakin Sake bukanlah orang semacam itu. Pasti ada udah dibalik batu, dia harus mencari tahu apa itu.


Khun Ying sangat puas sampai tak bisa berhenti senyam-senyum sendiri. Dia yakin kalau malam ini, dia akan mimpi indah. Dia sangat senang, ternyata Sake bukan orang bodoh. Chard pun ikut senang menyadari Id sudah tak lagi memiliki pengaruh dalam hati Sake.

Khun Ying lebih senang lagi melihat perkembangan hubungan Sake dan Kate. Tapi Pa cemas mengingat Kate sudah punya pacar. Jika Sake dan Kate benar-benar saling jatuh cinta, lalu bagaimana dengan pria itu.


Pu termenung sedih menatap pesannya Kate yang minta putus. Ibunya turun tak lama kemudian. Dia sedih melihat putranya tampak sedih walaupun Pu pura-pura tetap ceria di hadapannya. Dia lalu memberikan cincinnya Kate yang pernah Pu berikan padanya.


Ternyata Kate menitipkan cincin itu pada Nun yang kemudian Nun sampaikan pada Ibunya Pu dan meminta Ibunya Pu untuk mengembalikan cincin itu pada Pu.

Ibunya Pu sebenarnya penasaran dengan apa yang sebenarnya dilakukan Kate di rumah Suttagarn sampai dia mengembalikan cincinnya Pu. Tapi Nun tak mau menjawabnya.


Pu lah yang akhirnya memberitahunya tentang pekerjaan Kate yang sebenarnya di rumah itu. Dia harus membayar hutang Pattapon dengan cara mengandung keturunan Suttagarn, karena itulah Kate minta putus. Tapi dia tidak mau melupakan Kate.

Jika Kate bersedia mengorbankan dirinya dan bertahan demi keluarga yang sangat dicintainya, maka dia pun akan melakukan hal yang sama. Dia mencintai Kate dan dia akan menunggunya kembali, perasaannya pada Kate tidak akan pernah berubah.


Pattapon akhirnya pulang. Pat dan Paet menyambutnya gembira. Nun dan kedua anaknya sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuknya.

Tapi saat Paet hendak menyajikan minuman untuknya, dia malah mendapati Pattapon masih mengocok kartu-kartunya. Cemas, Paet langsung melaporkan hal ini pada Nun.


Semua orang langsung keluar dari dapur dan mendapati Pattapon sedang berada di halaman belakang. Nun langsung menghampirinya sambil marah-marah, mengira kalau Pattapon kumat lagi.

Tapi Pattapon ternyata hanya ingin menghancurkan kartu-kartu yang telah menghancurkan keluarga mereka itu. Dia pun langsung membakar kartu-kartu itu di pemanggang.


"Paet, Pat. Maafkan ayah. Nun, aku tahu kalau aku banyak melakukan kesalahan sampai tidak pantas mendapat maaf. Tapi maukah kau memberiku kesempatan kedua? Aku janji aku akan berusaha menjadi ayah dan suami yang baik lagi"

Pat dan Paet bangga pada ayah mereka dan langsung memeluknya. Nun tampak ragu sejenak tapi kemudian dia juga ikut bergabung.


Di kantor, Kate lagi-lagi menyembunyikan dirinya dibalik layar komputer saat melihat Sake datang. Kali ini Sake benar-benar tak melihatnya dan langsung melewati ruang sekretaris.

Tapi saat dia masuk ke ruangannya, dia malah tercengang mendapati banyak vas-vas dan berbagai macam bunga menghiasi ruangannya.

Minuman di mejanya juga cuma ada jus jeruk dan air putih dan pesan dari Kate "Keras kepala dan tidak minum obat adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan orang dewasa. Jadi, kalau kau tidak mau kupanggil anak cupu maka minumlah semua obatmu"


Bertekad untuk mendapatkan Kate kembali, Pu datang ke Empire mencari Kate. Mereka bertemu saat Kate hendak keluar menemani Sake meeting di luar kantor.

Pu ingin mengembalikan cincinnya Kate ke jari telunjuknya, tapi Kate langsung menarik kembali tangannya.

Kate sekarang merasa sudah tidak lagi berharga untuk menerima cinta Pu. Tapi Pu menyangkalnya, baginya Kate masih tetaplah sama seperti dulu. Dia bahkan mengusulkan bagaimana kalau Kate melarikan diri saja bersamanya, sejauh mungkin dari tempat ini.

Tapi Kate tidak bisa karena jika dia melakukan itu maka kedua orang tuanya lah yang akan bermasalah.

Dia meminta Pu untuk melupakannya saja, dia sudah tidak pantas lagi untuk Pu. Tapi Pu tidak peduli dan bersikeras agar mereka tetap bersama.

Tepat saat itu juga, Ladda menelepon dan menyuruh Kate untuk segera keluar karena Sake sudah menunggu.


Kate pun cepat-cepat pamit dan sekali lagi meminta Pu untuk melupakannya. Dia langsung berlari pergi. Pu langsung mengejarnya. Tapi di tengah jalan, dia terhalang karena tak sengaja dia bertubrukan dengan Pa.

Pa heran untuk apa Pu datang kemari. Tapi Pu tak mempedulikannya dan kembali mengejar Kate.

Dari Ladda, Pa mengetahui kalau Kate hendak pergi bersama Sake. Takut kakaknya dan Pu saling bertemu lagi, Pa langsung pergi menyusul Pu.


Pu berhasil menyusul Kate ke parkiran tepat saat Kate hendak naik mobil bersama Sake.

Sake cepat-cepat menyeret Kate masuk mobil dan menyuruh sopir berangkat sekarang. Tapi Pu tiba-tiba berlari menghadang mereka.

Dia tetap bersikeras ingin bicara dengan Kate dan memberitahu Kate kalau dia akan selalu mencintai Kate apapun yang terjadi.

Supirnya Sake dan beberapa satpam langsung menyeretnya menjauh. Kate cemas tapi Sake melarangnya keluar. Pu terus berusaha memberontak sampai orang-orang itu harus berusaha keras menundukkannya ke lantai. Sake menyuruh supirnya untuk segera berangkat sekarang.


Pa tiba di parkiran tak lama kemudian dan menyelamatkan Pu dari cengkeraman para satpam lalu membawa Pu ke ruangannya dan mengomelinya, apa Pu pikir caranya itu akan membuatnya bisa menang dari kakaknya.

Pu bersikeras kalau dia cuma ingin menyatakan cintanya pada Kate tidak akan pernah berubah. Pu tidak mempermasalahkan tujuan Kate tinggal di rumah itu, karena Kate cuma akan mengandung anaknya Sake. Setelah anak itu lahir maka segalanya akan selesai.

"Pria dan wanita tinggal bersama dan si wanita akan mengandung anak si pria selama 9 bulan. Apa kau benar-benar berpikir kalau setelah anaknya lahir, segalanya akan selesai begitu saja?"


Kate terus bersedih dan menangis bahkan saat rapat dimulai dan membuat suasana rapat jadi canggung. Dia bahkan tidak mendengar perintah Sake.

Kesal, Sake langsung berbisik mengomelinya dan mengancam akan memecatnya kalau Kate menangis terus.


Walaupun belum sembuh benar, Pattapon bersikeras ingin segera mencari pekerjaan baru. Dia tidak enak pada Kate yang sekarang harus berjuang demi keluarganya.

Tapi tiba-tiba dia batuk-batuk, keluarganya jadi cemas karena belakangan ini Pattapon sering batuk-batuk.

Pattapon bersikeras kalau dia baik-baik saja. Tapi saat turun tangga, batuknya tiba-tiba jadi semakin parah sampai dia terjatuh dari tangga dan pingsan.


Kate baru kembali ke kantor saat Paet menelepon dan mengabarkan ayah mereka masuk rumah sakit. Kate pun bergegas ke rumah sakit dan mendapatkan kabar mencengangkan, ayah mereka menderita kanker paru-paru.

Pattapon sangat senang saat Kate datang dan langsung memeluk ketiga anaknya. Dia berusaha untuk tetap tabah sementara ketiga anaknya menangis dalam pelukannya.


Chard memberitahu keluarga Suttagarn bahwa Kate tidak akan ikut makan malam karena ayahnya sedang sakit.

Khun Ying dan Pa memperhatikan reaksi Sake yang tampak cemas mendengar kabar ini. Tapi saat Pa menggoda ekspresi cemasnya, Sake langsung pura-pura cuek.


Chard mendapati Bee sedang menangis, ada apa dengannya, kenapa dia menangis. Bee emosi dan langsung keceplosan memberitahu Chard bahwa Pattapon menderita kanker paru-paru.

A langsung mengomelinya karena Kate sudah memperingatkan mereka untuk merahasiakan masalah ini. 

Dan berhubung Chard sudah terlanjur mengetahuinya, A mengancam Chard untuk tutup mulut. Tanpa mereka sadari, sebenarnya Sake mendengarkan percakapan mereka dan mencemaskan Kate.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments