Sinopsis Drama Taiwan Bromance Episode 11 - Part 1

Ya Nuo hampir menangis saat Zhe Rui mengakui dirinya sebagai pelaku yang menyebar gosip hubungan Zi Feng dengan Ya Nuo. Dia jelas teta tidak percaya, bahkan langsung kesal sama Han Sheng saat Han Sheng menonjok Zhe Rui. 

Ya Nuo sontak menjegal kaki Han Sheng dan mengancam para anak buahnya Han Sheng untuk tidak mendekat atau dia akan menghajar Han Sheng.

Zi Feng dan Qing Yang juga jelas tidak mempercayainya biarpun Han Sheng bersikeras menyatakan dirinya tidak bersalah, tapi karena situasinya terlalu membingungkan dan mereka juga tidak memiliki bukti apa pun, jadi tak ada yang bisa mereka lakukan.

Zhe Rui berkaca-kaca mendengar Ya Nuo masih sangat mempercayainya biarpun dia terus bersikeras mengklaim dirinya bersalah. Zhe Rui setulus hati meminta maaf dan langsung pergi.

Zi Feng khawatir sama Ya Nuo saat mereka berjalan pulang tak lama kemudian. Dia ingin mengantarkan Ya Nuo pulang, tapi Ya Nuo menolak karena dia butuh waktu sendirian hari ini. Tapi dia meyakinkan Zi Feng bahwa Zhe Rui bukan jenis orang yang akan melakukan hal semacam ini. Ya Nuo berjanji akan membuktikannya.

Dia langsung pergi ke kliniknya Zhe Rui tapi tempat itu tutup dan Zhe Rui tidak bisa dihubungi sama sekali. Ya Nuo bahkan rela menunggu sepanjang malam di depan toko tak peduli biarpun udara dingin berangin. Tapi tetap saja Zhe Rui tidak muncul-muncul.


Keesokan harinya, Ya Nuo membawa Tuan Du jalan-jalan di taman hiburan. Tuan Du senang melihat para pengunjung yang bahagia bermain air di air mancur. Tempat ini memang menyenangkan karena membuat orang-orang bahagia.

Ya Nuo setuju, taman hiburan ini memang menyimpan banyak sekali kenangan indah dan bahagia. Karena itulah, Ya Nuo harus berterima kasih pada Tuan Du.

"Berterima kasih padaku?"

"Karena Zi Feng bilang bahwa taman hiburan ini adalah impian dan kegigihan Paman. Anda ingin menciptakan tempat yang bisa membahagiakan orang-orang di tengah kesibukan mereka. Zi Feng selalu menempatkan impian anda sebagai tujuan hidupnya. ini adalah impian yang selesaikan oleh pasangan ayah dan putra. Paman, dalam keluarga itu, anda bagaikan gunung yang tinggi, anda adalah suami dan ayah yang baik. Anda adalah tulang punggung keluarga."


Tepat saat itu juga, Zi Feng mendadak muncul. Ya Nuo yang memberitahunya tentang kedatangan Tuan Du, makanya dia menyempatkan waktu keluar kantor untuk menemui ayahnya. Tapi karena sekarang masih jam kerja, Tuan Du tidak enak kalau harus mengganggu pekerjaannya Zi Feng, jadi dia pamit sekarang.


Guang Chao sedang memayungi Zi Han sambil cekikikan gaje dan hampir saja keceplosan bahwa beberapa hari yang lalu dia membantu Zi Feng mengurus 'ayah mertua'. (Pfft! Kepedean amat) Untungnya dia berhasil mengerem mulutnya tepat waktu.

Pikirannya dengan cepat teralih saat dia melihat mobilnya yang kemarin dicuri, entah bagaimana sekarang sudah kembali. Pastinya ini berkat kehebatan Zi Feng. Guang Chao girang banget hingga dia langsung menggotong Zi Han dan memutar-mutarnya. Zi Han sontak kesal menabokinya, tapi... sebenarnya dia tidak marah sih. Hanya saja Guang Chao hanya boleh menggendongnya kalau dia mengizinkan.

Mereka tidak sadar kalau mereka dilihat oleh Ya Nuo dan Tuan Du dari kejauhan. Tuan Du mengenali Guang Chao, sayangnya, dia tidak mengenali Zi Han sama sekali. Ya Nuo memberitahunya bahwa wanita yang bersmaa Guang Chao itu adalah putrinya Tuan Du, putri kandungnya.

Tuan Du sontak galau mendengarnya. Sebenarnya, sejak dia hilang ingatan, biarpun awalnya dia kebingungan, namun pada akhirnya dia memutuskan untuk menerima keadaannya ini, berpikir bahwa hilang ingatannya ini adalah berkat Tuhan untuk memulai hidup baru.

"Tapi barusan... jika gadis itu benar-benar putriku... apa dia benar-benar putriku?"

"Benar."

"Jika aku bahkan tidak mengingat putriku, kurasa itu bisa menjadi penyesalan terbesar dalam hidupku."

"Benar. Keluarga adalah yang paling penting. Jika Paman mengingat keluarga dan teman-teman Paman yang menangis, tertawa dan melewati berbagai rintangan bersama Paman, bukankah hidup Paman akan sempurna? Bagi keluarga yang menyayangi Paman, bukankah itu sesuatu yang membahagiakan bagi mereka?"

Itu memang benar. Tuan Du akhirnya setuju untuk memeriksakan diri ke rumah sakit bersama Ya Nuo. Mereka kemudian pergi bersama naik bis. Di halte, Ya Nuo sedang sibuk mengecek nomor dan jadwal kedatangan bis, jadi Tuan Du menunggu di sampingnya, di area yang lebih terbuka.

Kebetulan Han Sheng tengah turun dari eskalator di gedung sebelah halte dan tak sengaja melihat Tuan Du yang sontak membuatnya kaget bukan main. Anehnya, tidak seperti yang lain yang senang dengan kembalinya Tuan Du, Han Sheng malah tampak panik dan ketakutan. (Hmm, mencurigakan)

Dia langsung bergegas turun secepat mungkin. Namun begitu dia tiba di luar tak lama kemudian, Tuan Du sudah menghilang entah ke mana. (Jangan-jangan dia dan ayahnya ada hubungan dengan insiden kapal itu)


Usai menemani Tuan Du check up, Ya Nuo dibawa Zi Feng ke sebuah butik di mana Zi Feng mau memesan setelan jas, untuknya sendiri dan untuk Ya Nuo. Seperti biasanya, Ya Nuo berusaha menolak, tapi Zi Feng bersikeras memaksanya untuk mengukur badan.

Walaupun suka dengan desain setelan jasnya, tapi Ya Nuo jelas galau saat harus ukur badan. Apalagi waktu mengukur lingkar dada, Zi Feng ngotot melakukannya sendiri. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut. 

Pfft! Jelas Zi Feng curi-curi kesempatan untuk nempel-nempel ke Ya Nuo. Namun saat tangannya menyentuh bagian depan, matanya mendadak melotot kaget. OMG! Ketahuan kah?

"Ya Nuo... bukan saja wajahmu lembut seperti wanita, badanmu juga sekecil wanita." 

Pfft! Ternyata cuma itu toh. Ya Nuo lega dan langsung buru-buru menyangkal, mana mungkin badannya kayak cewek. Dia lalu buru-buru beralih topik mengajak Zi Feng jalan-jalan dan makan-makan. Zi Feng setuju.


Maka malam harinya, mereka pun kencan, err... maksudnya jalan-jalan di pasar malam, makan street food kesukaan Ya Nuo, bahkan main game tembak yang hadiahnya boneka.

Zi Feng dengan ahlinya berhasil menembak banyak balon tepat sasaran. Ya Nuo awalnya kesulitan, tapi berkat ajaran Zi Feng, akhirnya dia berhasil juga melakukannya. Dan berkat kehebatannya, Zi Feng pun dikasih hadiah boneka kucing.


Mereka pun berjalan pulang bersama sambil menggandeng boneka kucing itu bak menggandeng anak mereka sambil sepakat untuk memelihara boneka itu bersama-sama seperti memelihara hewan peliharaan dan Ya Nuo usul untuk menamainya Dupi yang merupakan perpaduan kedua marga mereka, Du dan Pi.

Di tengah jalan, langkah Ya Nuo mendadak terhenti gara-gara melihat moge. Ya Nuo suka, soalnya tuh moge kelihatannya keren banget. Dia penasaran bagaimana rasanya mengendarai sesuatu sekeren ini.

"Kau menyukai segala sesuatu yang keren. Sudahlah, ayo pulang!"

"Hei, kau tidak suka?"

Keesokan harinya, Zi Feng membawa ayahnya ke sebuah kedai teh, berdua saja. Kedai teh ini, dulunya adalah kedai teh kesukaan Tuan Du. Dulu Tuan Du sering membawanya ke kedai ini.

Dulu, Tuan Du pernah bilang padanya bahwa banyak orang yang jika sudah menjadi kaya dan terkenal, mereka lupa dengan akarnya, mereka lupa dengan perjalanan mereka mencapai kesuksesan mereka, mereka lupa dengan tujuan awal mereka.

"Tapi, orang yang benar-benar ramah, akan puas hanya dengan seteko teh. Seorang pria sejati, tak peduli sekeras apa pun kehidupannya di luar, namun saat dia pulang dan bertemu keluarganya yang merindukannya, dia akan melupakan semua kesusahannya. Itu adalah kata-kata yang Ayah katakan padaku, aku mengingat semuanya."

"Sepertinya kau sangat menyayangi..."

Tuan Du hampir mengucap 'ayahmu', namun pada akhirnya dia ragu untuk mengutarakannya karena jelas terdengar seolah dia mengomentari tentang orang lain. Zi Feng yang bisa merasakan ketidaknyamannya, akhirnya memutuskan untuk mengubah panggilannya dengan memanggilnya 'Paman Hai'. Namun yang tak disangkanya, Tuan Du justru tidak keberatan jika Zi Feng memanggilnya 'Ayah' seperti biasanya.

Zi Feng tersentuh mendengarnya. Dia benar-benar berterima kasih pada Tuan Du karena Tuan Du telah memberinya sebuah keluarga dan hidup baru. Tuan Du juga banyak mengajarinya tentang prinsip hidup.

Waktu Tuan Du menghilang di pulau Shiyuan, Zi Feng awalnya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Namun kemudian dia ingat ucapan Tuan Du tentang 'harus takut untuk menjadi berani'. Itulah yang kemudian membuatnya menjadi kuat sehingga dia juga bisa menjadi penopang bagi Kakak Feng dan Zi Han.

Tuan Du prihatin mendengarnya, Zi Feng pasti merasa sangat tak berdaya waktu itu. Sebenarnya, belakangan ini Tuan Du mulai merasakan banyak hal di dalam hatinya. Tuan Du penasaran ingin melihat foto ibu dan adiknya Zi Feng.

Zi Feng dengan senang hati memperlihatkan foto terakhir yang mereka ambil waktu mereka pergi ke Pulau Shiyuan. Dia memberitahu Tuan Du bahwa mereka berdua sangat merindukan Tuan Du, terutama Kakak Feng. 

Kakak Feng setiap tahun selalu mengajak mereka ke pulau Shiyuan, ke tempat menghilangnya Tuan Du, karena dengan cara itu, dia akan bisa lebih dekat dengan Tuan Du. Itu adalah cara Kakak Feng mengenang Tuan Du.

"Sebenarnya aku tidak ingin merahasiakannya lebih lama. Jika mereka tahu Ayah masih hidup, mereka pasti akan sangat bahagia."

Tuan Du akhirnya setuju, "lakukan saja apa pun yang ingin kau lakukan."

"Terima kasih, Ayah."

Saat mereka berjalan ke parkiran mobil habis nge-teh, sebenarnya mereka hampir saja berpapasan dengan Han Sheng. Apalagi kedua mobil terparkir tepat di seberang satu sama lain.

Namun karena banyaknya mobil-mobil lain yang wara-wiri di hadapan mereka, mereka jadi tidak saling melihat. Sebenarnya Tuan Du sempat sekilas melihat Han Sheng, namun jelas dia tidak mengenalinya dan dengan cepat ada mobil lain yang menghalangi pandangannya.

Di cafe, cuma ada Nana dan Qing Yang. Nana awalnya sok jaim mengklaim kalau dia tidka peduli ke mana Paman Tian pergi. Namun jelas dia langsung penasaran saat Qing Yang memberitahu bahwa setiap bulan di tanggal ini, biasanya Paman Tian memang tidak ada di rumah. Tapi Qing Yang tidak pernah tahu ke mana Paman Tian pergi dan dia juga tidak pernah berani menanyakannya. 

Qing Yang penasaran akan satu hal tentang Nana. Apa yang sebenarnya hendak Nana lakukan dengan uang 20 juta NTD yang dia dapatkan dari Zi Feng itu? Nana tidak langsung menjawab, tapi dia akan mengajak Qing Yang ke suatu tempat kapan-kapan. Di sana, Qing Yang akan mendapatkan jawabannya. Nana tidak akan menyembunyikan apa pun darinya.

"Kenapa?"

"Karena kau adalah matahari kecil spesialku."

Qing Yang tersenyum tipis mendengarnya. Melihat itu, Nana tiba-tiba saja menyatakan kepemilikannya terhadap Qing Yang dengan menegaskan bahwa di masa mendatang, Qing Yang hanya boleh tersenyum padanya, tidak boleh pada gadis lain.

Tapi Qing Yang malah nggak ngeh apa maksudnya. Astaga! Masa Qing Yang tidak mengerti sih apa maksud Nana? Qing Yang dengan polos mengiyakannya, dia sama sekali tidak mengerti.

"Aku sedang menyatakan perasaanku padamu. Aku bilang, aku menyukaimu."

Qing Yang sontak canggung mendengarnya. Dadakan banget soalnya. Tapi bagi Nana, ini tidak dadakan kok. Dia memang sudah ingin menyatakan perasaannya sedari dulu. Gara-gara kemunculan Paman Tian, Nana jadi ragu-ragu sesaat. Jadi... apa jawaban Qing Yang? Apa Qing Yang juga menyukainya?

Tapi Qing Yang tamak jelas terlalu gugup untuk menjawabnya, jadi dia sengaja cari-cari alasan untuk menghindar. Tapi Nana menolak melepaskannya begitu saja. Jadi dengan alasan mau membisikinya sesuatu, Nana menyuruhnya untuk menunduk sebentar. Padahal itu cuma triknya untuk mengecup pipi Qing Yang.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments