Sinopsis Love Between Fairy and Devil Episode 3

Lan Hua dan peri bunga didorong paksa ke sebuah jembatan yang di bawahnya ada tungku api. Siapa pun yang jatuh ke tungku itu, jiwanya akan hancur menjadi iblis. Sayangnya si peri bunga tak tertolong saat dia didorong ke tungku itu.

Lan Hua berikutnya, namun untungnya sebelum dia benar-benar jatuh ke dalam tungku itu, bulan mendadak muncul menyinari langit hitam tempat itu lalu muncullah Qing Chang dalam tubuh raksasanya yang dengan mudah menyelamatkan dan mengambil Lang Hua ke dalam genggaman tangannya. (Wuih! CGI-nya keren banget. Nih drama kayaknya high budget)

Tidak ada seorang pun yang tahu siapa Qing Chang sehingga mereka semua meremehkannya. Namun hanya dengan sekali memancarkan kekuatan bulannya, semua anak buah Die Yi musnah tak berbekas. Bahkan Die Yi pun hampir tak selamat.

Parahnya lagi, Qing Chang dengan sengaja mematahkan tungku itu sehingga jiwa-jiwa iblis di dalamnya langsung terlontar keluar dan merasuki semua orang di kota itu.

 
 
Qing Chang akhirnya melepaskan Lan Hua setelah keadaan sudah aman. Tapi tiba-tiba dia membelai wajah Lan Hua dengan sarung tangannya yang menyeramkan dan tatapan dingin menakutkan yang jelas saja membuat Lan Hua ketakutan. Apakah Qing Chang mau membunuhnya?

Tentu saja Qing Chang sebenarnya ingin sekali membunuh Lan Hua, tapi dia TIDAK BISA melakukannya... "Bukan saja aku tidak bisa membunuhmu, tapi aku juga tidak akan mengizinkan siapa pun menyakitimu. Siapa pun yang berani menyentuhmu sedikit saja, aku akan mengulitinya dan membuatnya jadi lampion kulit manusia. Mulai sekarang, kau adalah milikku. Nyawamu adalah milikku. Napasmu adalah milikku. Detak jantungmu adalah milikku. Setiap tetes darah yang ada di tubuhmu adalah milikku. Tanpa persetujuan dariku, kau tidak boleh menghilang dari pandangan mataku." ucap Qing Chang dengan nada penuh ancaman yang sungguh menyeramkan.

Errr... tapi di sisi lain, ucapannya itu memang terdengar kayak ucapan cowok bucin dan posesif sehingga si peri anggrek kita ini dengan polosnya berpikir kalau Qing Chang pasti jatuh cinta sama dia dan ingin memilikinya. Wkwkwk!

Maka dengan sopan dia menolak pengakuan cinta Qing Chang dan menyarankan Qing Chang untuk mencari wanita lain saja yang lebih baik darinya di luar sana. Dadah!

"Lepaskan sihirku," perintah Qing Chang.

"Sihir apa?"

Qing Chang langsung memperlihatkan tanda sihir berbentuk bunga di dahinya dan Lan Hua langsung mengenalinya sebagai Segel Suci Xilan, itu adalah sihir tingkat tinggi yang sebenarnya sudah lama hilang sejak 30.000 tahun yang lalu. 

Jelas Lan Hua tidak tahu cara melepaskan segel itu, dia cuma seorang peri bunga anggrek yang bahkan sampai sekarang masih mengkhawatirkan masalah ujian peri, jadi mana mungkin dia bisa melepaskan sihir tingkat tinggi seperti itu. Lan Hua lalu langsung pergi tanpa sadar kalau botol obatnya terjatuh dan ditemukan Qing Chang.

Die Yi kewalahan menghadapi semua orang yang kerasukan jiwa-jiwa iblis, untungnya Tuannya, Kepala Kota Laut, yang misterius menyembunyikan wajahnya di balik topeng, muncul saat itu juga dan mengatasi keadaan dengan mudah.

Dengan kekuatan hebatnya dia berhasil melepaskan semua jiwa-jiwa iblis itu dari semua tubuh manusia yang mereka rasuki lalu mengembalikan tungku api birunya utuh seperti sedikala, dan mengembalikan semua jiwa-jiwa iblis ke dalamnya.

Dari percakapan mereka, sepertinya buku kehidupan yang diambil Lan Hua itu sangat penting bagi mereka dan merupakan bagian inti dari entah apa rencana besar mereka. Karena itulah Kepala Kota Laut memerintahkan Die Yi untuk mencari buku kehidupan itu sampai ketemu.

Die Yi tidak tahu siapa si pria misterius itu, namun dia tahu bahwa yang mengambil buku kehidupan mereka adalah peri dari Langit Shuiyun. Jadi dia yakin kalau mereka akan bisa menemukan kembali buku kehidupan itu.


Shang Que memberitahu Qing Chang bahwa setelah perang besar berakhir dulu, Klan Xilan dan Dewi di dalamnya dimusnahkan. Shang Que jadi curiga kalau si peri anggrek itu kemungkinan adalah anggota Klan Xilan yang selamat.

Sejak zaman kuno awal, Klan Xilan tinggal di sudut Gunung Xi untuk melindungi Tiga Dunia dari  Dewa Kejahatan Taisui. Klan Xilan selalu netral tidak memihak mana pun. Jika benar si peri anggrek adakah anggota Klan Xilan yang selamat, maka Shang Que menyarankan Qing Chang untuk tidak membunuh si peri anggrek karena itu tidak etis. (Pfft! Ya memang nggak akan dan nggak bisa sih)

Qing Chang sinis mendengar tentang Dewa Taisui, dia bahkan tidak yakin kalau Dewa Taisui itu benar-benar ada, itu kan cuma legenda kuno. Qing Chang merasa dirinya jauh lebih hebat daripada Dewa Taisui, dia tidak terikat dengan Tiga Dunia dan tidak memiliki kelemahan. Tidak mungkin dia akan mengikat keselamatannya dengan siluman bunga rendahan itu.


Tapi sedetik kemudian, Qing Chang mendadak berlinang air mata tanpa sebab. Pfft! Qing Chang kesal, ini pasti si siluman bunga itu.


Iya, Lan Hua memang lagi mewek heboh gara-gara obat yang didapatkannya dengan susah payah, sekarang malah hilang dan itu gara-gara si peri pendosa sialan itu. Dia tidak akan bisa mengikuti ujian perinya dan tidak akan bisa bertemu Dewa Chang Heng lagi.

Kesal gara-gara tangisan Lan Hua, maka Qing Chang dengan menggunakan kekuatan sihirnya, membuat dirinya sendiri menjadi transparan sehingga dia bisa menyelinap masuk ke Langit Shuiyun, berjalan santai di hadapan para pengawal Langit Shuiyun karena mereka memang tidak bisa melihatnya, lalu dengan mudah untuk mendatangi Kuil Si Ming yang jelas saja mengagetkan Lan Hua.

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?"

"Biarpun kau pergi ke ujung dunia, aku tetap bisa menemukanmu dan memastikan kau benar-benar aman."

Mengira kalau Qing Chang cuma bermaksud baik saja padanya, Lan Hua meyakinkannya untuk menjauh darinya dan jangan pernah mencarinya lagi kalau Qing Chang benar-benar ingin dia aman. Dia bisa mendapat masalah besar kalau sampai ada yang melihatnya bersama peri pendosa yang kabur.

Qing Chang menegaskan bahwa dia pasti akan pergi, kecuali Lan Hua membuka segel sihirnya ini. Lan Hua bersikeras meyakinkan kalau dia bukan bagian dari Klan Xilan karena dia cuma peri bunga anggrek biasa, tapi Qing Chang sama sekali tidak mempercayainya .


Qing Chang santai saja memaksa masuk ke tempat itu yang jelas saja membuat Lan Hua panik menghadangnya dan berusaha mengancamnya untuk tidak macam-macam padanya atau Qing Chang akan akan mendapat masalah dengan pasukan surgawi.

Ancaman yang sama sekali tidak terdengar menakutkan bagi Qing Chang. Namun jangan khawatir, Qing Chang meyakinkan kalau dia pasti tidak akan melukai Lan Hua, tapi... jangan pikir kalau dia tidak bisa melakukan apa pun pada Lan Hua.

Jelas saja Lan Hua jadi bingung dengan omongannya yang tak tentu arah ini. Dia jadi berpikir kalau Qing Chang pasti cuma cari-cari alasan untuk menemuinya, Qing Chang kan jatuh cinta sama dia. Namun saat dia berusaha melepaskan diri dari Qing Chang, tak sengaja buku kehidupan yang diambilnya dari Kota Laut, terjatuh.

Qing Chang dengan cepat mengambilnya dan bisa melihat kalau itu adalah buku kehidupannya Gadis Chidi. Dari situlah Qing Chang mengetahui bahwa ternyata inti jiwa Gadis Chidi tidak sepenuhnya musnah dan sekarang dia bereinkarnasi menjalani hidup di Dunia Fana. 

Dia jadi penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi 30.000 tahun yang lalu. Bagaimana caranya Gadis Chidi masih menyimpan inti jiwanya? Tapi sudahlah, semua itu tidak penting. Yang penting sekarang inti jiwa gadis Chidi masih ada, yang itu artinya, Qing Chang sekarang jadi punya harapan untuk membuka segel pasukannya yang mematung jadi patung pasir.

Lan Hua panik berusaha merebut buku kehidupan darinya, tapi gara-gara aksi perebutan itu, buku kehidupan itu jadi rusak dan sekarang Qing Chang kesal sama Lan Hua. Dia bahkan mempermainkan Lan Hua bagai yoyo, menaik-turunkannya dengan hanya jari telunjuknya saat dia menuduh Lan Hua menyembunyikan buku kehidupan sepenting itu darinya. 

Lan Hua jelas panik dan ketakutan bukan main. Dia berusaha meyakinkan Qing Chang bahwa dia benar-benar tidak tahu apa-apa, dia bahkan tidak tahu siapa pemilik buku kehidupan itu. 

Oh, baiklah, kalau begitu Qing Chang menuntutnya untuk melakukan sesuatu. Jika Lan Hua tidak mau, maka Qing Chang mengancam akan membakar rumah bunganya ini.


Chang Heng masih agak murung gara-gara kehilangan saputangannya. Di sebuah kotak, tampak ada sebatang bunga anggrek yang ditatapnya dengan sedih, dan itu adalah anggrek yang diambilnya dari Lan Hua kemarin.

Dari flashback ingatannya 500 tahun yang lalu, Chang Heng pernah terluka sangat parah. Saat itulah, dia bertemu dengan Lan Hua yang menyelamatkannya. (Hmm, jadi mereka pernah bertemu? Tapi kenapa kemarin waktu ketemu Lan Hua dia pura-pura tidak ingat? Dan kenapa Lan Hua tidak ingat sama dia?)

Lamunannya mendadak tersela saat dia mendapat laporan bahwa mereka tidak menemukan jejak mencurigakan apa pun di seluruh Langit Shuiyun pasca insiden kaburnya para peri pendosa. Mereka jadi berpikir bahwa semua peri pendosa sudah ditangkap.

Akan tetapi... mereka mengaku belum memeriksa Kuil Si Ming karena mereka pikir tempat itu terpencil. Sontak saja Chang Heng marah karena seharusnya mereka tidak melewatkan satu tempat pun.

Akhirnya Chang Heng memutuskan untuk pergi sendiri memeriksa tempat itu. Namun setibanya di sana, tidak ada seorang pun yang menjawab bel pintunya. Heran, Chang Heng pun langsung masuk, namun yang menyambutnya hanya Pa Shan Hu, teman peri bunganya Lan Hua.

Dia tampak jelas agak gugup, apalagi cerocosannya agak aneh saat dia memberitahu Chang Heng bahwa tidak ada peri berdosa yang masuk kemari dan merebut buku kehidupan dan membakar rumah bunga.

Chang Heng jelas bingung mendengar ucapan nggak jelasnya itu, dan di mana muridnya Si Ming? Kenapa hari ini dia tidak kelihatan? Pa Shan Hu dengan agak gugup berkata kalau Lan Hua sedang sibuk berlatih untuk ujian perinya. 

Tapi Pa Shan Hua juga sebenarnya mencoba mengisyaratkan Chang Heng untuk mencari Lan Hua di seluruh sudut rumah, maksudnya dia ingin Chang Heng menolong Lan Hua. Namun sayangnya, Chang Heng tidak memahami maksudnya dan memutuskan untuk pergi saja agar tidak menganggu latihannya Lan Hua.


Hadeh! Padahal Lan Hua saat itu sedang dibungkam dan disembunyikan dengan kekuatan transparannya Qing Chang. Lan Hua ketakutan banget sampai dia mau nangis. 

 

Qing Chang berusaha mengancamnya untuk tidak menangis, tapi ancamannya malah membuat Lan Hua menangis makin kencang menyalahkan Qing Chang. Gara-gara Qing Chang dia jadi tidak bisa bertemu Chang Heng, padahal jarang-jarang Chang Heng menanyakan dirinya.

"Semuanya gara-gara kau! Sejak bertemu denganmu, aku selalu sial! Pil semesta yang kubeli dengan susah payah juga hilang. Obat peri juga hilang, sekarang akar periku tidak bisa diobati lagi! Aku sangat sedih, apa kau tahu?!"

Saking kesal dan sedihnya, Lan Hua sampai tidak melihat kalau Qing Chang juga berlinang air mata gara-gara dia. Wkwkwk! Qing Chang kan malu, jadi dia langsung memalingkan mukanya dan buru-buru menghapus air matanya dengan sejantan mungkin.

Dia sungguh berharap tidak tahu bagaimana perasaan Lan Hua, tapi tentu saja dia tahu, tahu banget malah. Dia juga tahu banget apa yang Lan Hua inginkan, obat yang dipungutnya waktu itu.

Tapi Qing Chang menolak mengembalikannya dengan mudah. Dia hanya akan mengembalikannya kalau Lan Hua berhasil memperbaiki buku kehidupannya Gadis Chidi.

 

Lan Hua mengklaim kalau dia bisa melakukannya. Tapi sebenarnya sih tidak, soalnya gurunya belum pernah mengajarinya memperbaiki buku kehidupan yang sudah rusak parah seperti ini. Tak peduli seberapa keras usahanya untuk memperbaikinya, tetap saja dia gagal.

Qing Chang lama-lama jadi kesal, dia jadi yakin kalau Lan Hua sudah membohonginya. Lan Hua berusaha membela diri dan beralasa. kalau dia hanya sedang kelelahan dan kesakitan setelah segala kesialan yang menimpanya. Dia pasti bisa memperbaikinya setelah beristirahat semalam.

"Baiklah. Kalau begitu, malam ini aku tidur di mana?" tanya Qing Chang.

Hah? Dia mau tidur di sini? Tidak boleh! Cepat pergi! Tapi Qing Chang memaksa, dia bermalam di sini atau Lan Hua yang ikut bermalam di tempat lain bersamanya. Pilih!

Jelas saja Lan Hua kesal mendengarnya. Biarpun dia cuma peri biasa yang wajah dan kekuatannya bias asaja, tapi tetap saja dia harus menjaga reputasi dan harga dirinya. Dan lagi, bagaimana dia bisa mengumpulkan energi kalau dia terus menerus disiksa seperti ini. Pokoknya dia tidak akan pergi ke mana-mana.

Baiklah, kalau begitu Qing Chang memutuskan bahwa malam ini dia juga akan tetap tinggal di Kuil Si Ming saja. Jadi dia tidur di mana? 

Hadeh! Terpaksalah Lan Hua akhirnya mengantarkan Qing Chang ke kamar gurunya yang kosong tak berpenghuni. Lan Hua sendiri akan tidur di kamarnya sendiri. Sebelum pergi, Lan Hua sekali lagi mencoba menolak perasaan Qing Chang padanya dengan memberitahunya bahwa dia sudah memiliki pria yang dia sukai.

Qing Chang bingung, "kau menyukai siapa, tidak ada hubungannya denganku. Tapi kau adalah milikku..."

BRAK! Lan Hua malas banget bicara dengannya dan langsung membanting pintu sebelum dia nyerocos lebih lanjut.

Tapi saat Lan Hua kembali ke kamarnya, dia malah kaget mendapati Qing Chang sudah tidur di kasurnya, bersikeras menolak melepaskan Lan Hua dari pandangan matanya, jadi mereka harus tidur sekamar. Bodo amat sama aturan langit bahwa pria dan wanita tidak boleh tidur sekamar. Pokoknya dia harus menjaga Lan Hua tetap aman di hadapan matanya.

Hadeh! Terpaksa Lan Hua yang harus mengalah dan cuma bisa terkantuk-kantuk di meja... sampai kepalanya kejedot meja, dan Qing Chang langsung mengerang kesakitan. Lan Hua jadi bingung kenapa dia yang kejedot tapi malah Qing Chang yang mengerang kesakitan?

"Kuperintahkan kau, kelak kau tidak boleh lagi membenturkan dirimu."

Lan Hua sontak tersenyum mendengarnya, mengira kalau si peri pendosa ini ternyata perhatian juga pada orang lain. Kalau begitu, biar tidak terjadi insiden kejedot lagi, Lan Hua langsung usul agar mereka tidur saja di kamar masing-masing.

Kali ini Qing Chang akhirnya setuju dan langsung pergi. Akhirnya! Lan Hua bisa tidur di kasur juga. Tapi tak lama kemudian, tiba-tiba muncul pasukan surgawi yang datang menyeretnya menghadap Chang Heng yang tampak marah, dan Qing Chang sudah ada di sana dalam keadaan terikat dan ketakutan.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments