Sinopsis Gasohug Episode 2

 Sinopsis Gasohug Episode 2



Mobil itu pun akhirnya terhenti setelah menabrak pembatas jalan. Dalam ketidaksadarannya, Eve kembali memimpikan pria arsitek itu. Pria itu memberikan denah rumah yang dibangunnya... saat tiba-tiba saja denah yang ada di tangan Eve itu berubah jadi papan iklan oli dan pria arsitek itu seketika berubah jadi petugas pom bensin yang menagih hutangnya.

Eve tersentak bangun dari pingsannya dan dalam dekapan Pun yang memeluknya demi melindunginya dari efek tabrakan. Pun sendiri meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya. Saat Eve melihatnya, dia langsung panik melihat kepala Pun berdarah.


Dia langsung memanggil Mit, tapi Mit malah sudah teler duluan. Tepat saat itu juga, Bos pom bensin membuka pintu mobil mereka dan langsung jejeritan gaje.


Beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah diderek pergi dari sana dan Eve langsung dapat omelan dari, Nom, Bos pom bensin. Apa yang sebenarnya mereka lakukan? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Pun, siapa yang akan bertanggung jawab.

Eve sungguh meminta maaf dan menawarkan untuk membiayai biaya perawatannya Pun, tapi Nom menolak. Dia sendiri yang akan mengurus orangnya. Apa sebenarnya yang Eve mau dengan tidak membayar bensinnya semalam dan sekarang dia malah menculik Pun. Eve terdiam tak bisa memberi jawaban apapun.

"Baiklah kalau kau tak mau menjawab. Tapi mulai sekarang, pom bensinku tidak menerima pelanggan sepertimu. Ingat itu. Jangan lagi datang dan mengganggu Pun-ku!"


Anak buahnya yang bernama Kitty malah protes tidak terima. Sejak kapan Pun jadi miliknya Nom? Jadilah bos dan pegawai itu ribut sendiri rebutan Pun. Nom bahkan mengklaim kalau Pun itu bapaknya anaknya. Dia bos jadi Pun wajib mencintainya. Sementara kedua wanitu ribut sendiri, Eve merasa bersalah menatap Pun yang kepalanya berdarah.


Pasca kejadian itu, Eve mulai membrowsing informasi tentang orang Lahu. Dia begitu fokus sampai tidak mendengar Mit memanggilnya. Dia lagi mikiran bocah pom bensin itu, yah? Mit rasa sebaiknya Eve melupakannya saja dan berhentilah membohongi dirinya sendiri. Bocah pom bensin itu orang Lahu dari suku bukit, bagaimana bisa dia jadi pria dalam mimpinya Eve.

"Tapi mimpiku tak pernah salah."

"Tapi ini, pasti ada yang salah. Kurasa tidak seharusnya kau terlalu serius soal masalah ini."

Lebih baik dia menggunakan waktunya untuk memikirkan hal lain. Apalagi mereka sekarang kontrak sewa cafe mereka diputus dan diusir dari sini, mereka harus segera mencari tempat lain.


Berusaha mengalihkan pikirannya, Eve malah mendapati sebatang bunga mawar yang diberikan Pun waktu itu, bunga yang kontan membuatnya kembali teringat pada Pun.

 

Di depan pom bensin, foto-foto Eve dan Mit terpajang bak dua orang buronan berbahaya yang dilarang masuk pom. Sementara di dalam, Nom sedang sibuk mengkhawatirkan kepala Pun. Apa wanita itu masih datang? Tanya Bos. Pun menyangkalnya, Nom pun langsung menarik Pun kedalam pelukannya dan menimangnya sayang.

Kitty tiba-tiba masuk dengan panik, "Ada masalah!"


Mereka pun terburu-buru ke stan cafe yang baru buka di sana. Nom bingung apa sebenarnya masalahnya, dia sudah tahu kok kalau coffee shop baru, buka hari ini. Jadi apa masalahnya? Kitty balik tanya, apa Nom tahu siapa yang buka di situ?


Bingung, Nom pun membuka berkas pemilik cafe. Dan tepat saat itu juga, dia mendengar suara tak asing, sedang menyapa para pelanggan yang baru datang. Nom menengadah dan langsung kaget melihat si pemilik cafe ternyata Eve.

"Jika aku tidak bisa menjadi pelangganmu, aku bisa jadi temanmu yang berbagi SPBU." Ujar Eve dengan senyum sinis.


Tapi gara-gara keputusannya memindahkan cabang cafe kemari, Eve lagi-lagi harus mendengarkan omelan dari Mit. Bagaimana tidak kesal, Eve membuka cabang cafe di sini tanpa melakukan penelitian pasar lebih dulu. Jika cafe ini bangkrut maka sudah pasti dia akan dipecat.

Eve yakin tidak, soalnya dia pernah bermimpi mendapat promosi sampai dia bekerja di Italia. Tapi tetap saja Mit pesimis, tidak seharusnya Eve melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa dan tanpa memikirkan konsekuensinya.

"Kenapa kau ribut, sih? Kau kan ingin aku menemukan lokasi baru, nih udah kutemukan. Aku membuka toko baru sekaligus bisa menyelidikinya juga."

Mit stres mendengarnya, terserah deh. Lakukan saja apapun yang dia inginkan. Dia sudah sampai sejauh ini. Kalau Eve memang ingin mengejar cowok itu, yah lakukan saja, biar semua ini berakhir.

"Bagaimana caranya mengejar? Aku tidak tahu."


Eve mengintip Pun dengan galau. Tapi akhirnya menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri mendekatinya. Begini, dia membawakan kue dan teh hijau untuk Pun. Pun hendak mengambilnya, tapi Kitty tiba-tiba menempeli Pun dengan membawakannya makanan kesukaan Pun lalu membawa Pun menjauh dari Eve agar mereka bisa makan berduaan saja. Pun yang lugu nurut aja kemauan Kitty walaupun dia tak enak meninggalkan Eve sendirian.


Baru saja mereka pergi, Nom menghampiri Eve. Ngapain dia di sini? Walaupun Eve buka toko di sini, bukan berarti dia bisa menganggu anak-anak buahnya.

"Aku hanya ingin mengenalnya, Jae."

"Dengan ini? Dia tidak tahu cara memakannya. Kau terlalu berani. Kau bahkan tak tahu apapun tentangnya, tapi masih berani menganggunya."


Sedih, Eve pun berniat membuang makanan itu ke tong sampah. Tapi tiba-tiba teman-temannya Pun mencegahnya membuang makanan itu. Jadilah makanan itu akhirnya dimakan teman-temannya Pun sambil saling kenalan. Yang gemuk memperkenalkan dirinya bernama Ya dan yang satunya Mong.

Mereka mengaku kalau mereka dan Pun sama-sama berasal dari Mae Taeng yang terletak di selatan Thailand. Jadi mereka semua sama-sama suku bukti? Ya membenarkan, dia dan Pun adalah orang Lahu, sementara Mong berasal dari desa tetangga. Melihat mereka makan kuenya dengan lahap, Eve bertanya bagaimana rasanya? Enak?

"Agak hambar," jawab Mong terus terang.

Ya langsung menempeleng kepalanya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu pada orang yang sudah memberi mereka kue. Mereka lalu pamit untuk kembali kerja dan Ya menawarkan bantuan mereka jika Eve butuh bantuan.


Mendengar itu, Eve dengan agak ragu memberitahu mereka kalau dia ingin mengenal mereka lebih dekat. Dia ingin tahu segala hal. Misalnya apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai, bagaimana hidup mereka, apa yang mereka makan, dll. 

"Kau sungguh ingin mengenal kami?" tanya Ya. Eve mengiyakannya. Ya dan Mong langsung berpandangan dengan senyum penuh arti.


Beberapa saat kemudian, Eve sudah ganti memakai seragam SPBU mereka sementara Ya dan Mong sudah bersiap pergi. Eve jelas bingung, ini apa maksudnya. Loh, kan Eve sendiri yang bilang kalau dia ingin mengenal mereka. Kalau dia ingin mengenal mereka maka dia harus menggantikan mereka bekerja agar mereka bisa istirahat.

Eve mau protes tapi Ya langsung memakaikan topi seragam mereka lalu pergi meninggalkannya. Jadilah Eve yang musti kerepotan sendirian melayani para pelanggan yang mau beli bahan bakar.


Nom dan Kitty sedang bekerja di kantor saat tiba-tiba mereka mendengar bunyi gaduh dari stasiun. Saat Nom melihat ke jendela, dia malah mendapati Eve memakai seragam mereka, baru saja menjatuhkan rak oli. Nom langsung ngomel-ngomel kesal, sedang apa dia sini? Dan kenapa dia memakai seragam mereka? Kemana Ya dan Mong pergi?

Eve bingung harus menjawab apa, tapi Kitty tiba-tiba menyuruh Nom memeriksa kartu ID-nya yang ternyata kartu ID-nya Ya. Nom mengerti, jadi ini yang Eve inginkan? Oke!


Jadilah Eve tersiksa harus membersihkan lantai toilet pria. Eve protes, kenapa dia harus melakukan ini, sih? Salah siapa dia menyingkirkan Ya dan Mong. Kalau Eve tidak mau tidak apa-apa. Eve langsung senang mendengarnya.

Tapi kemudian Nom meneruskan, dia bisa minta Pun untuk melakukannya. Terpaksalah akhirnya dia tetap melanjutkannya dan menuruti semua perintah Nom. Bahkan Kitty pun sok bossy padanya, sementara Eve cuma bisa mendesah menahan kesal. Parahnya, saat dia harus bekerja keras, dia malah melihat Nom sedang memanjakan Pun dengan mesra.


Dia benar-benar bekerja keras seharian sampai pom bensin tutup. Ya dan Mong baru kembali saat itu. Eve langsung marah-marah, tapi mereka dengan manisnya membungkam protes Eve dengan membawakannya makanan. Dia pasti lapar, kan? Eve kan mau tahu makanan kesukaan mereka, inilah makanan yang biasanya mereka makan.

Eve berterima kasih pada mereka, tapi matanya terus memandang ke arah lain seperti mengharapkan seseorang. Ya tahu siapa yang sedang Eve cari. Jangan khawatir, dia sudah memanggil Pun kemari kok. Pun sedang membereskan sesuatu, nanti juga dia datang. Tunggu saja sebentar. Eve malu menyangkalnya, tapi mereka tak percaya. Mereka bisa melihatnya dengan jelas kalau Eve menyukai Pun.

"Jangan khawatir. Kami akan membantumu, Jae." Janji Ya. Tapi dia memperingatkan Eve untuk bersiap diri, soalnya Pun itu bodoh banget. Dia cuma menang cakep.


"Dia bukan cuma bodoh. Ada Nom dan Kitty juga," ujar Mong.

Ya langsung mengomelinya, dia mau bikin Eve stres apa? Mong cuma mengkhawatirkannya saja. Jangan khawatir, Eve pasti akan menang. Iya kan Eve? Tapi saat mereka menoleh, Eve malah sudah ketiduran. Sepertinya kecapekan, mereka pun sepakat untuk tidak membangunkan Eve.


Dalam tidurnya, Eve lagi-lagi memimpikan si arsitek. Mereka candlelight dinner romantis lalu pria itu menyuapinya... tepat saat Eve membuka mata dan mendapati Pun sedang membersihkan bekas makan teman-temannya sambil bernyanyi.

Eve menatapnya terpesona, apa itu lagu Lahu? Pun membenarkannya. Lagu yang bagus, tapi tiba-tiba perutnya berbunyi minta makan. Eve langsung cengengesan malu, Pun tersenyum geli melihatnya.


Dia lalu menemani Eve selama Eve memakan makan malamnya. Eve bertanya-tanya bagaimana dengan kepalanya Pun, apa masih sakit? Tidak, lukanya tidak serius kok.

"Maaf karena aku membuat kepalamu terluka."

"Tidak masalah. Tapi hari itu, kenapa kau menculikku?"

"Oh, itu... tidak kenapa-kenapa sih. Aku cuma ingin mengenalmu saja."

"Karena itu kau menculikku? Kau bilang ingin mengenalku, lalu menurutmu aku bagaimana?" tanya Pun penasaran.

"Kau... tidak seperti yang kubayangkan."


Cukup kecewa dengan jawaban Eve, Pun cepat-cepat beralih topik mengantarkan Eve pulang dengan sepeda motornya. Tapi saat Eve melewati pembatas jalan, tiba-tiba dia kesandung dan oleng kedepan. Untunglah Pun sigap menangkapnya kedalam dekapannya. Eve kontan canggung dengan kedekatan mereka.


Gara-gara itu, sepeda motornya Pun jadi terjatuh dan mesinnya tiba-tiba mogok. Tapi tak perlu cemas, karena Pun langsung memperbaikinya dengan cepat dan cekatan sampai Eve kagum melihatnya dan berpikir kalau Pun mempelajari mekanik. Tapi Pun menyangkalnya.

Lalu dia belajar apa? Pertanyaannya terjawab dengan sendirinya saat dia membantu mengambilkan tasnya Pun dan melihat buku teknik arsitektur didalamnya. Dan Pun mengkonfirmasi kakau dirinya belajar teknik. OMG!


Begitu pulang, Eve langsung jejeritan heboh sendiri dan menulis catatan tentang Pun yang masih belajar dan akan menjadi arsitek masa depan. Kali ini dia yakin kalau dia tidak salah. Dia hanya perlu menunggu Pun menyelesaikan studinya dan menjadi arsitek.

Saat melangkah, tak sengaja dia menginjak salah satu post-it yang terjatuh. Post-it yang tertulis kalau pria itu akan menyatakan cinta di hari ultah Eve yang ke-27.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments