Sinopsis Someday or One Day Episode 9 - Part 1

Chen Yun Ru (yang asli) sedang menjaga toko kaset saat Zi Wei dan Jun Jie datang menanyakan apakah kaset pesanannya sudah datang. Yun Ru berbohong menyangkal.

Jelas itu cuma alasan saja, Zi Wei sebenarnya hanya membantu menciptakan kesempatan bagi Jun Jie untuk lebih dekat dengan Yun Ru. Dia lalu sengaja minggir, menyibukkan diri dengan bermain gitarnya Paman Wu, biar Jun Jie dan Yun Ru bisa berduaan. Tapi pada akhirnya, Jun Jie malah mendapati Yun Ru justru terpesona menatap Zi Wei.

Tiba-tiba Paman Wu kembali dan langsung kesal melihat Zi Wei memainkan gitarnya. Zi Wei jadi panik dan bergegas pamit pergi dengan menyeret Jun Jie bersamanya. Tapi saat mereka sudah di luar, Zi Wei malah mendapati Jun Jie masih mengintip Yun Ru dari jendela.

Zi Wei tersenyum melihat sahabatnya sedang kasmaran. Namun tiba-tiba dia mendengar suara sirine. Zi Wei pun berbalik... lalu tiba-tiba saja dia melihat tubuh Yun Ru tergeletak mati di gedung kosong. 

(Sepertinya dia mati dengan melompat dari atas gedung. Hah? Kok aku jadi bingung. Jadi Yun Ru sebenarnya mati karena apa? Dibvnvh Jun Jie atau bvnvh diri? Di mimpinya Zi Wei di episode sebelumnya, dia melihat mayat Yun Ru mati dengan cara ditvsvk sama Jun Jie. Kok sekarang berubah jadi jatuh dari atas gedung? Kalaupun dia mati didorong sama Jun Jie, tetap saja nggak konsisten dengan mimpinya Zi Wei di episode sebelumnya)

Lalu polisi pun datang untuk menangkap Jun Jie, sedangkan Zi Wei hanya bisa teriak-teriak tak berdaya memanggil nama Jun Jie.

Zi Wei (yang berada dalam tubuh Wang Quan Sheng) tersentak bangun dari mimpi buruk itu dengan terengah-engah. Mimpi itu membuatnya semakin merindukan kedua sahabatnya di masa lalu. Maka Jun Jie pun memandangi salah satu foto saat mereka bertiga liburan di tepi pantai, dulu, saat segalanya masih begitu indah dan tanpa beban.

Tainan, tahun 2008...

 

Li Zi Wei (yang asli) menjemput Mo Jun Jie yang baru dibebaskan dari penjara. Namun Jun Jie tidak tampak senang sedikit pun keluar dari penjara. Zi Wei berusaha mengajaknya ngobrol, namun Jun Jie tidak mau bicara sedikit pun.


Setibanya di rumah, dia disambut dengan hangat oleh neneknya yang langsung memeluknya, Nenek juga sudah menyiapkan tungku api di depan pintu untuk Jun Jie lewati (untuk buang sial).


Malam harinya, Zi Wei mendapati Jun Jie duduk termenung di depan toko es serut neneknya. Dia membawakan minuman tapi Jun Jie terus diam mengabaikannya. 

Maka Zi Wei pun berusaha mencairkan suasana dengan nyerocos menceritakan tentang kecelakaannya yang membuat kakinya jadi pincang. Sejak saat itu, dia menetap di Tainan. Dia tinggal di sebuah ruko kecil yang dia gunakan sebagai tempat tinggal sekaligus bekerja. Sesekali kalau ada waktu, dia akan datang kemari untuk mengunjungi neneknya Jun Jie.

Jun Jie yang seharian diam saja, akhirnya menyela cerocosannya dan bertanya-tanya kenapa Zi Wei bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa? Apa Zi Wei tidak membencinya?

"Tidak. Aku tidak pernah membencimu."

Jun Jie tak percaya. Bagaimana bisa Zi Wei tidak membencinya? Yang mati waktu itu bukan hanya Chen Yun Ru, gadis yang Zi Wei sukai juga ikut mati bersama Yun Ru. Zi Wei menegaskan bahwa dia tidak pernah membenci Jun Jie, karena dia percaya kalau Jun Jie tidak akan melakukan apa pun untuk menyakiti Yun Ru.

"Kau percaya atau tidak. Itu sudah tidak bisa diubah. Akulah yang membunuh mereka berdua," ujar Zi Wei lalu masuk kembali ke tokonya dan mengunci pintu, meninggalkan Zi Wei di luar.

Zi Wei akhirnya pulang kembali ke ruko-nya dan menatap papan, di mana dia menulis tahun 1999 lalu di sebelahnya dia menulis tahun 2008. Ada catatan di bawah tulisan tahun 2008 (tapi entah apa isi catatan tersebut).

Taipei, tahun 2010...

Li Zi Wei (yang berada dalam tubuh Wang Quan Sheng) baru saja mendapatkan gaji pertamanya dan memutuskan mentraktir para rekan kerjanya, termasuk Yu Xuan. Dia dengan antusias meminta Yu Xuan untuk memilih boba tea yang dia inginkan, tapi Yu Xuan menolak, malah menasehati Zi Wei untuk tidak menyia-nyiakan uang gajinya.

Tapi Zi Wei tetap bertekad mau membelikannya boba tea, jadi dia mengajak Yu Xuan untuk bertaruh. Jika dia berhasil menebak dengan benar tentang minuman apa yang Yu Xuan inginkan, maka Yu Xuan harus mau menerima traktirannya. Tapi jika salah, maka Zi Wei janji tidak akan menganggu Yu Xuan lagi. Yu Xian setuju, soalnya dia yakin banget kalau Quan Sheng tidak akan bisa menebak dengan benar. 

Yang tak disangkanya, detik itu juga, Zi Wei langsung menyodorkan segelas Americano yang dia tahu memang kesukaan Yu Xuan di masa lalu. Yu Xuan jelas bingung, bagaimana Quan Sheng bisa tahu minuman apa yang disukai?

"Bagaimana aku tahu? Karena... aku bisa memprediksi masa depan (wink)," goda Zi Wei.

Berhubung dia kalah taruhan, Yu Xuan terpaksa menerima Americano itu dengan kebingungan. Setelah restoran tutup, Yu Xuan tiba-tiba mendengar suara Zi Wei yang ngakak keras-keras di dapur. Dia lagi menceritakan lelucon garing Roti Daging dan Mie Instan yang pernah dia dengar dari Yu Xuan di masa lalu.


Dia pikir kalau Yu Xuan bakalan ngakak juga kayak dulu tapi reaksi Yu Xuan yang sekarang malah sama persis seperti saat dia pertama kali mendengar lelucon ini di masa lalu, lempeng dan sama sekali tidak menganggap lelucon itu lucu. Zi Wei jadi bingung. (Jadi sebenarnya lelucon ini nggak jelas asal-usulnya. Dari masa lalu atau masa depan? Dari Yu Xuan atau dari Zi Wei?)

Usai menceramahi Zi Wei tentang lelucon garingnya, Yu Xuan menyuruhnya untuk balik kerja. Namun kemudian mereka mendengar teman mereka, Mao Mao, sedang bicara di telepon, temannya Mao Mao memberitahu bahwa salah satu teman mereka baru putus cinta dan sekarang orang itu menulis status kalau dia mau mati.

Tapi alih-alih bersimpati, Mao Mao justru meremehkannya. Soalnya dia yakin banget kalau tuh orang cuma caper biar mantannya balikan sama dia. Mao Mao benci banget sama orang yang hobi menggunakan ancaman psikologis semacam itu.

Yu Xuan agak khawatir, bagaimana kalau itu beneran dan bukan sekedar ancaman psikologis? Tapi Mao Mao ngotot menolak mempercayainya dan tidak mau repot-repot memikirkan ataupun memedulikan hal-hal remeh semacam itu.

Namun membicarakan masalah bvnvh diri, kontan membuat Zi Wei jadi emosi memprotes Mao Mao dan kecuekannya. Setiap manusia pasti pernah mengalami suatu krisis besar yang membuat mereka tidak tahu bagaimana mengatasinya.

Ada beberapa orang yang cukup beruntung bisa melepaskan diri dari belenggu itu dengan sendirinya atau mungkin memiliki teman yang bisa membantu mereka melewati masa-masa sulit. Namun beberapa orang lainnya tidak seberuntung itu, "seperti... teman baikku." (Hah? Jun Jie mati bunuh diri?)

Sejak saat dia mengetahui itu, setiap hari dia selalu berharap bisa kembali ke masa lalu dan berusaha sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya kejadian itu.

Dia memberitahu Mao Mao bahwa terlepas dari apakah temannya itu hanya melakukan ancaman psikologis atau tidak, tapi intinya, temannya itu sedang mengalami kesedihan yang dalam dan membutuhkan teman. Dan sebagai temannya, sebaiknya Mao Mao pergi menemani temannya itu.


Dia lalu buru-buru menghindar ke belakang gedung. Dan ucapannya itu akhirnya berhasil meyakinkan Mao Mao untuk segera pergi mengecek temannya. Yu Xuan tercengang, baru kali ini dia melihat sisi lain dari Quan Sheng yang biasanya slengean.

Flashback.

Saat Zi Wei mendatangi pertama kali bertemu Paman Wu sebagai Wan Quan Sheng di tahun 2010, dia menanyakan tentang kabar Mo Jun Jie. Tadi sebelum ke toko kaset ini, dia sempat mampir ke toko es serut neneknya Jun Jie, tapi sudah tutup. Dulu Jun Jie hanya dijatuhi hukuman penjara 9 tahun karena waktu itu dia masih di bawah umur, jadi seharusnya sekarang dia sudah keluar dari penjara, kan?

Paman Wu langsung canggung mendengarnya. Dia membenarkan bahwa Jun Jie sudah dibebaskan di tahun 2008. Tapi tak lama setelah... dia bvnvh diri dengan melompat dari gedung yang sama di tempat dia membunuh Yun Ru. Zi Wei begitu shock mendengar kabar itu hingga dia langsung terjatuh lemas.

Flashback end.


Ingatan itu sontak membuat Zi Wei menangis sedih. Tiba-tiba Yu Xuan muncul, Zi Wei pun buru-buru menghapus air matanya dan menyangkal kalau dia sedang menangis. Berusaha membantu Quan Sheng mengalihkan pikirannya, Yu Xuan pun mengajaknya untuk melakukan pengecekan inventaris.

Karena Quan Sheng belum pernah melakukan pengecekan inventaris, jadi Yu Xuan harus mengajarinya dari awal. Tapi Zi Wei jelas tidak fokus dan lebih banyak melamun.

Canggung, Yu Xuan pun berusaha menghiburnya dengan memberitahunya tentang kelebihan melakukan pengecekan inventaris. Karena pengecekan inventaris selalu dilakukan paling akhir dan saat semua orang sudah pulang, jadi dia bisa bebas menyetel musik sekeras-kerasnya.

Mengecek inventaris juga membutuhkan konsentrasi tinggi, makanya mengecek inventaris bisa membantu melupakan semua masalah walaupun cuma sejenak. Tapi kelebihan utamanya adalah... saat sedang memeriksa stok barang, biasanya mereka bisa menemukan hadiah.

 

Yu Xuan lalu mengeluarkan sepiring daging mentah dari freezer yang disembunyikan oleh salah satu rekan mereka, dan mengajak Zi Wei untuk memakannya saja.

Yu Xuan akhirnya memasak daging itu, dan semua usahanya akhirnya berhasil membuat mood Zi Wei membaik. Dia asyik memasak tanpa menyadari Zi Wei sedang menatapnya dengan penuh cinta.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments