Malam pertama Rin tidur di rumah Saran, dia malah bermimpi buruk Saran melabrak kebohongannya dan identitas palsunya lalu menembaknya tanpa ampun sambil ketawa jahat.
Rin sampai teriak ketakutan saat terbangun. Untung saja Ibu Saran tidak terbangun karenanya. Rin jadi berpikir kalau dia mungkin berdosa besar di kehidupanku yang sebelumnya hingga dia harus menebusnya di kehidupannya yang sekarang.
"Seolah dibuang jadi yatim piatu belum cukup, hidupku mulai sekarang akan sulit."
Sementara itu di Bangkok, terdengar siaran radio di sebuah resto yang memberitakan bahwa polisi sedang memburu kelompok gangster bernama White Tiger di Pak Tai. (Waduh, Rin dalam bahaya dong). Kelompok gangster itu dikabarkan suka merampok warga hingga membuat warga ketakutan.
Tepat saat itu juga, Khun Ying ke resto itu. Tapi si penjual malah sibuk mendengar siaran berita di radio hingga dia tidak mendengar panggilan Khun Ying.
"Kau mendengarkan radio terus, aku mau Nasi Ayam Hainan 2 bungkus." Tegur Khun Ying.
"Maaf, Khun Ying. Aku sedang mendengarkan radio. Anakku bekerja di Paktai, makanya aku mendengarkan beritanya."
Khun Ying jelas penasaran mendengarnya, memangnya apa yang terjadi di Paktai. Si penjual memberitahu bahwa di sana para pemberontak sedang meneror warga dan membunuhi orang-orang setiap hari.
Bahkan polisi pun takut pada mereka. Dan kalau mereka bertemu wanita, mereka akan menculiknya. Khun Ying jelas shock mencemaskan Rin.
Begitu sampai rumah, ia dan kedua putrinya langsung mengkonfrontasi Tuan Bumrung. Kenapa Tuan Bumrung tidak memberitahu mereka tentang berita di Paktai? Ini sih sama saja mengirim Rin ke dalam bahaya.
Tuan Bumrung mengaku bahwa dia menyembunyikan berita ini karena menurutnya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Adanya kelompok White Tiger itu dimulai dari gosip para warga yang mengatakan bahwa ada sekelompok perampok yang menggunakan ilmu sihir.
Pemimpin kelompok pemberontak itu bernama White Tiger, dia menunjuk dirinya sendiri sebagai pimpinan para geng pemberontak lainnya.
Pada saat yang bersamaan, Ibu Saran juga baru mengetahui alasan Saran pindah ke Paktai dari koran-koran yang disembunyikan Saran. Dan ia mengkonfrontasi Saran tepat saat Rin lewat dan mendengarkan percakapan mereka.
Secara bergantian, kita mendengar Tuan Bumrung dan Saran sama-sama menjelaskan pada keluarga masing-masing tentang geng ini.
Sementara itu, kita diperlihatkan bagaimana geng bandit itu dan pemimpin mereka saat meneror warga dan membunuhi mereka tanpa ampun.
Awalnya geng perampok itu hanya merampok ternak atau para pelancong. Tapi saat semua geng bersatu dalam satu kelompok, mereka jadi lebih berani masuk ke area perkotaan dan merampok warga.
Karena daerahnya yang berupa pegunungan dan banyak hutan, geng perampok itu punya banyak tempat untuk bersembunyi. Bahkan polisi paling pintar pun menolak pergi ke sana.
"Aku kasihan pada para warga yang harus hidup dalam ketakutan." Ujar Tuan Bumrung.
Ibu Saran tidak mengerti kenapa Saran mendadak pindah kemari, jangan-jangan... Benar. Saran mengaku kalau dia sendiri yang meminta dipindahtugaskan kemari.
Flashback.
Saat Kepala Sheriff mengkonfrontasi kegilaannya karena menawarkan diri ke Paktai, Saran ngotot kalau dia tidak takut. Dia sudah terlatih dengan persenjataan dan keahlian lainnya, kenapa juga dia takut pada orang-orang seperti mereka?
Kepala Sheriff tak percaya mendengarnya. Dia sudah gila apa? Dia melakukannya demi mendapatkan uang hadiah untuk melamar wanitanya, kan?
"Sudah tidak ada wanita lagi. Dia sudah menikah. Saya ingat ajaran anda. Pemerintahan sangat berharga bagi Raja dan melayani masyarakat. Jika kita tidak melindunginya, maka kita harus berhenti. Saya selalu ingat dan tak pernah lupa ajaran anda."
Flashback end.
Tuan Bumrung ternyata juga sudah mengetahui tentang apa yang diucapkan Saran pada Kepala Sheriff itu. Sebelum mengirim Rin, ia sudah menyelidiki segala sesuatu pada Saran dengan bicara pada orang-orang yang mengenal Saran.
Tuan Bumrung tidak berani bertemu Saran secara langsung. Tapi semua orang bilang kalau Saran itu sheriff yang pintar dan ahli bela diri.
Ia memang pernah bilang bahwa manusia bisa mati di mana saja. Tapi ia mengenal Rin sejak Rin masih bayi dan membesarkan Rin layaknya putrinya sendiri, jadi tidak mungkin ia akan membahayakan Rin.
"Aku yakin bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan. Pemberontak mana yang akan berani melawan seorang petugas yang cakap?"
"Tapi kita tidak tahu apakah Rin sudah mengetahui masalah ini atau tidak? Dia mungkin akan sangat shock kalau dia tahu, Yah." Cemas Braranee
Memang benar. Rin shock mendengar cerita Saran itu. Dia bukan cuma tidak disukai oleh Saran, sekarang dia malah harus berurusan dengan geng pemberontak.
Ibu Saran jelas cemas mendengar hal itu hingga ia bersikeras memohon agar Saran tidak memulangkannya ke ibukota. Ibu tidak akan bisa tenang kalau hanya berdiam diri di rumah dan menunggu berita dari Saran.
"Biarkan Ibu menemanimu di sini. Ibu mencemaskanmu. Kumohon Saran, kumohon."
Tersentuh mendengar kecemasan ibunya, Saran akhirnya mengalah dan setuju Ibu tinggal bersamanya.
Tuan Bumrung yakin akan satu hal, istrinya Saran nantinya pasti mampu membantu Saran untuk bertahan.
Jika pria yang suka bertindak gegabah seperti Saran memiliki seorang wanita yang menunggunya di rumah, maka Saran akan lebih menghargai hidupnya dan selalu pulang dengan selamat.
Khun Ying mengerti. Tuan Bumrung mengkhawatirkan Saran dan ingin menjaga Saran demi mendiang Ayah Saran.
Tuan Bumrung membenarkan, ia lalu menyuruh Buranee untuk menulis surat ke Rin dan suruh Rin untuk bersikap seperti seseorang yang berharga dan membuat rumah terasa seperti rumah agar Saran akan merasa aman, dan Rin juga akan aman.
Terlepas dari nama belakang aslinya, Khun Ying yakin wanita seperti Rin akan bisa membuat rumah terasa seperti rumah.
Saran dan Ibu baru menyadari kehadiran Rin saat itu. Tapi kedua muda-mudi itu hanya saling bertatapan sengit sebelum akhirnya Rin memutuskan pergi.
Pada saat yang bersamaan, Buranee dan Chalat hendak pergi ke kantor pos. Tapi tiba-tiba angin nakal berhembus menerpa Bu hingga suratnya terbang mengenai muka Chalat.
Gara-gara itu, Chalat jadi tak sengaja membaca alamat tujuan yang tertulis di suratnya Bu. Saat Bu menoleh mencari suratnya dan Chalat tampaknya mulai terpesona.
Saat Bu mengedip-ngedipkan matanya karena kelilipan, Chalat dengan senang hati meminjamkan saputangannya. Tapi Bu menolak, dia tidak mau mengotori saputangannya Chalat.
Dia bergegas masuk ke kantor pos. Dan Chalat pun langsung ikutan masuk dan duduk di belakangnya. Tapi dia terus menerus memandangi Bu sampai Bu tak nyaman dibuatnya.
Bu berusaha mengalihkan perhatian dengan membaca bukunya, tapi Chalat malah pindah duduk di sebelahnya. Dia ingat pernah bertemu Buranee. Tidak mungkin dia tidak mengingat wanita cantik. Bu tak percaya, dia yakin sekali mereka tidak pernah bertemu.
"Namaku Chalat. Aku pernah melihatmu bersama Khun Braralee di pesta dansa."
"Aku tidak mengingatmu. Apa kau teman kakakku?"
"Kakak? Berarti kau adiknya?"
"Iya. Aku Buranee."
"Aku pernah bertemu Khun Braralee di student club di Inggris. Aku lulusan sana."
Dalam flashback, Chalat langsung tertarik saat pertama kali dia melihat Braralee. Dan dari salah satu temannya lah dia mengetahui wanita itu adalah Braralee. Tapi waktu itu dia tidak memperkenalkan dirinya.
Bu mengoreksi, kakaknya yang dia temui waktu itu adalah Braranee dan bukan Braralee. Braralee sudah menikah, Chalat sudah salah mengenali orang.
Chalat jelas bingung dengan keanehan informasi ini. Saat Bu dipanggil oleh petugas untuk menyerahkan suratnya, Chalat dengan sengaja memasukkan saputangannya ke dalam tasnya Bu biar mereka ada alasan untuk bertemu lagi nantinya.
Bu langsung pergi setelah menyerahkan suratnya dan baru menyadari keberadaan saputangan itu di tasnya saat dia keluar. Bu jelas bingung, bagaimana ceritanya saputangan ini ada di tasnya?
Tapi saat dia balik ke kantor pos, Chalat sudah tidak ada. Terpaksalah dia pergi sambil membawa saputangan itu tanpa menyadari kalau Chalat sebenarnya sedang bersembunyi di balik kotak pos.
"Simpan saputangan itu untukku sebentar yah, cantik. Aku akan kembali untuk mengambilnya saat aku punya kesempatan."
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam