Padiwarada adalah istri yang setia dan penuh integritas terhadap suaminya.
Tahun 1959, Provinsi Rachaburi...
Seorang nenek sedang memasak sambil mendengarkan siaran radio memberitakan seorang perampok yang melarikan diri bersama temannya. Warga diminta untuk berhati-hati dan segera lapor polisi jika mengetahui jejak kedua perampok.
Nenek itu santai saja memasak tanpa menyadari kedua perampok itu diam-diam menyelinap masuk ke dalam rumahnya. Bisa dimaklumi karena kedua perampok itu masuk tanpa alas kaki sehingga tidak menimbulkan suara.
Nenek berbalik sambil mengangkat masakannya, tapi malah mendapati si perampok sudah ada di hadapan matanya. Nenek sontak menjerit, tapi si perampok membekapnya dengan cepat.
Kakek buru-buru datang karena mendengar suara jeritan Nenek, tapi malah mendapati istrinya sudah diikat dan si perampok langsung meninju si kakek.
Perampok satu menyuruh temannya untuk segera mandi dan ambil beberapa baju. Dia sendiri lalu membuka-buka laci untuk mencari benda-benda berharga. Dengan mudah dia menemukan sekotak perhiasan dan beberapa gepok uang.
Di luar, tampak ada seorang pria muda yang sepertinya mencurigakan, tapi kemudian dia berteriak-teriak menjajakan kopinya pada pemilik rumah itu.
Perampok satu mengintipnya dari jendela dan langsung cemas. Dia lalu menginstruksikan perampok dua untuk tidak bertindak gegabah dan menyuruhnya membayar si penjual kopi itu biar dia cepat pergi.
Perampok dua langsung keluar untuk menjalankan perintahnya dan si penjual kopi pun menerima uangnya. Tapi perampok dua memperhatikan si penjual kopi seperti orang kaya. Sudah berapa lama dia berjualan kopi?
Si penjual kopi berkata kalau ayahnya sebenarnya kaya raya, tapi kemudian beliau bunuh diri. Makanya dia sekarang miskin dan berjualan kopi keliling. Si perampok dua mengerti, jadi begitu?
Tapi si penjual kopi tiba-tiba berkata bahwa ucapannya tadi cuma setengahnya saja yang benar lalu menghajar si perampok dua. Dia tampak benar-benar ahli bela diri dan berhasil mengalahkan perampok dua dengan mudah.
"Memang benar ayahku membunuh dirinya sendiri. Tapi aku tidak berjualan kopi, aku deputy sheriff." Kata Pak Sheriff itu lalu menonjok si perampok dua sampai pingsan.
Perampok satu turun dengan hati-hati, tapi langkahnya mendadak terhenti karena menyadari kehadiran seseorang. Pak Sheriff ganteng pun langsung menyerangnya. Dan jadilah mereka bertarung dengan sengit.
Pak Sheriff dengan mudah mengalahkannya, tapi perampok satu tiba-tiba mengambil pistol yang terjatuh di lantai. Pak Sheriff berusaha merebutnya sekuat tenaga dan DOR! Pelurunya menembus p***t si perampok satu.
Pak Sheriff lalu dengan santainya menyeret si perampok keluar lalu memutar-mutar pistolnya dengan ahli yang sontak membuat para sheriff lainnya bertepuk tangan kagum untuknya. Perkenalkan, Pak Sheriff ganteng kita ini adalah Saran (James Jirayu).
Sukses mengalahkan para perampok itu, Saran pergi ke Bangkok untuk menemui atasannya dan minta izin menangkap seorang penjahat bernama 'Tiger' seorang diri. Kepala Sheriff heran, apa sebenarnya yang Saran mau dengan melakukan itu seorang diri?
"Uang, gelar, ketenaran dan kehormatan. Saya menginginkan semua itu." Tutur Saran
"Kuperingatkan kau, kalau kau melakukan ini umurmu tidak akan panjang, Khun Nu (panggilan untuk anak konglomerat)."
Tapi Saran menolak nama panggilan itu. "Aku bukan Khun Nu lagi sekarang."
Kepala Sheriff terdiam mendengarnya, teringat hubungan baiknya dengan Ayah Saran dulu. Pernah dulu dia pernah membawakan sebotol madu untuk Ayahnya Saran di rumah mewah mereka. Ayah Saran tampaknya orang baik dan menyambut Kepala Sheriff dengan ramah.
Tapi walaupun sekarang Saran sudah bangkrut, tapi dia tegas menyatakan kalau dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Karena ayahmu memilih untuk mengalah pada kematian, bukan?"
Flashback.
Suatu hari, entah mengapa Ayah Saran tampak begitu depresi. Tiba-tiba ia mengambil pistol lalu menembak dirinya sendiri.
Sejak kematian Ayah, Saran dan Ibunya terjerat oleh hutang yang sangat besar hingga mereka terpaksa harus kehilangan rumah mewah mereka. Dan bahkan setelah rumah mereka dijual, mereka hanya mendapat sisa uang sangat sedikit.
Setelah mereka pergi dari rumah mewah itu, Ibu Saran menyuruh Saran untuk tinggal di sebuah biara sambil meneruskan studinya, sementara Ibu sendiri akan tinggal bersama Bibinya Saran di luar kota. Saran tidak mengerti, padahal ayahnya adalah orang baik, tapi kenapa jadi begini?
"Ayahmu mendapat sial. Dia ditipu."
"Bagaimana aku bisa hidup sendirian di sini, Bu?"
"Bertahanlah, nak. Menjadi miskin tidak akan membunuh siapapun. Justru ini akan membuatmu semakin kuat. Percayalah pada ibu."
Begitulah bagaimana kemudian Saran menjalani hari-harinya mengurus biara sembari belajar.
Flashback end.
Kepala Sheriff terus mengkritiki kekeraskepalaan Saran untuk menangkap si penjahat. Saran tidak peduli. Jika para penjahat itu tidak mati, maka mereka akan semakin makmur.
Kepala Sheriff lalu menyerahkan amplop yang berisi uang bonus berkat kehebatan Saran menangkap kedua perampok itu. Isinya banyak loh, mau Saran pakai buat apa?
Saran langsung menerima amplopnya dengan antusias. "Membeli cincin pertunangan. Aku mau melamar gadis paling cantik di ibu kota ini."
Tak lama kemudian, Saran mendatangi sebuah mansion mewah yang ternyata rumah kekasihnya, Duangsawat. Dia datang untuk menjemput kekasih tercinta ke sebuah pesta.
Hmm... Saran tampaknya benar-benar mencintai kekasihnya itu, dia bahkan memanggil Duang sebagai 'Malaikat kekuatanku'. Tadi dia mau menyapa orang tua Duang, tapi pelayan bilang kalau mereka tidak di rumah. Apa mereka tidak ingin melihatnya?
Anehnya, Duang tampak canggung memberitahu Saran bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Saran lalu cepat-cepat menarik Saran pergi.
Tapi tepat saat itu juga, Saran malah melihat kedua orang tua Duang baru muncul dari balik tembok. Tapi mereka tampak jelas tidak menyukai Saran, mereka bahkan hanya menatapnya dari kejauhan tanpa mengucap sepatah kata.
Bahkan sampai mereka tiba di tempat pesta, Duang cuma diam saja sampai membuat Saran khawatir. Tapi Duang tampak terlalu ragu mengatakan apa masalahnya dan cepat-cepat mengajak Saran untuk masuk dan berdansa.
Saat mereka berjalan masuk, tampak dua orang saudara perempuan sedang duduk bersama dua orang pria. Si adik perempuan dengan antusias membacakan sebuah buku yang menjelaskan tentang jenis-jenis istri pada mereka.
Misalnya, istri yang kejam pasti ingin selingkuh dengan pria lain. Dia menyarankan pada kedua lelaki itu untuk tidak berhubungan dengan wanita jahat semacam ini. Istri yang kejam tapi bermulut manis adalah orang yang tidak punya belas kasihan.
"Apa sih yang sedang kau baca, Bu?" Tanya si kakak.
"7 Jenis Istri. Istri yang seperti permata, seperti orang jahat, seperti bos, dan seperti seorang ibu. Kalau kau segalak ini, kau akan jadi seperti apa saat kau menikah nanti?" Ejek si adik, Buranee.
Si kakak, Braralee, sontak malu-malu pada pria di sebelahnya, Panit. Pria itu lalu mengajak Braralee berdansa.
Braralee berusaha meminta pria kedua, Arunlerk, untuk mengajak Buranee berdansa. Tapi Buranee menolak dan lebih memilih untuk membaca bukunya saja.
"Kalian bersenang-senang saja. Biar aku yang menjaga si kutu buku ini." Ujar Arun.
Setelah Braralee dan Panit pergi ke lantai dansa, Buranee lanjut membaca bukunya tentang berbagai jenis istri-istri beserta kepribadian mereka. Ada istri yang ramah, ada istri yang penurut, dll.
Tapi di atas semua jenis-jenis istri itu, ada satu jenis istri yang terbaik di antara jenis istri lainnya. Arun jadi penasaran, istri yang terbaik itu yang seperti apa?
Buranee memberitahu Arun bahwa istri yang terbaik adalah wanita yang cantik luar-dalam, perangainya baik, cerdas, penuh cinta dan anggun. Sikapnya selalu baik. Istri seperti itu adalah Padiwarada.
Secara bersamaan saat Buranee menjelaskan jenis istri terbaik itu pada Arun, kita melihat seorang wanita muda cantik yang sedang membuatkan minuman untuk kedua tuan dan nyonya-nya.
Dia benar-benar perhatian pada kedua tuan dan nyonya-nya hingga dia tahu betul minuman seperti apa yang diinginkan dan disukai tuan dan nyonya-nya masing-masing. Wanita itu adalah Rin Rapee (Bella Champen). Hubungan mereka tampak jelas sangat baik dan Rin tampak begitu menyayangi dan mengagumi kedua tuan dan nyonya-nya.
Setelah itu, dia beres-beres rumah, memasak, dll. Sikapnya tampak begitu lemah lembut, anggun dan baik... persis seperti padiwarada yang digambarkan oleh Buranee.
Kembali ke pesta, Arun berkomentar bahwa siapapun pria yang mendapatkan istri seperti itu, pasti akan hidup bagai di surga biarpun dia belum mati.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam