Recap Who Rules The World Episode 35 & 36

Lan Xi akhirnya resmi diangkat sebagai penerus tahta Yongzhou. Seusai acara penobatan, Lan Xi membawa Bai ke altar ibunya untuk memperkenalkannya sebagai calon istrinya. Bai pun setuju untuk menikah dengannya.

 

Namun kemudian, Lan Xi secara tak sengaja menyaksikan Bai didatangi seseorang dari Qingzhou yang menyapanya sebagai 'Tuan Putri'. Dari sinilah Lan Xi akhirnya mengetahui identitas Bai yang sebenarnya adalah Tuan Putri Feng Xi Yun. 

Orang itu datang membawa kabar tentang sakitnya Raja Qingzhou dan keadaan negara yang sedang kacau karena tengah berperang dengan Qingzhou dan Jizhou, karena itulah, Xi Yun diminta pulang. 

Xi Yun yang mencemaskan keluarganya, langsung pamit pada Lan Xi malam itu juga dengan sedih, mengira inilah perpisahan terakhir mereka. Namun yang tak disangkanya, Lan Xi tanpa ragu menyatakan mau menemani Xi Yun pulang dan membantu Qingzhou sebisanya.

Betapa bahagianya Raja Qingzhou saat melihat putri kesayangannya akhirnya pulang. Ia berpura-pura baik-baik saja, namun Xi Yun yang mengerti sedikit ilmu medis, jelas bisa langsung tahu kalau usia ayahandanya itu sudah tidak lama lagi.

Raja khawatir jika Xie Yue turun langsung ke medan perang mengingat putranya itu jelas bukan lawan yang setara dengan Huang Chao. Xi Yun berusaha menawarkan diri untuk menggantikan Xie Yue ke medan perang, tapi Xie Yue ngotot tak setuju dan memerintahkan Xi Yun untuk tetap di ibu kota, menggantikannya mengurus negara dan menjaga ayah mereka. Begitulah, Xi Yun akhirnya sibuk mengurus urusan negara, sedangkan Xi Yue pergi ke medan perang. 

 

Raja Qingzhou memanggil Lan Xi hanya untuk melihat dan menilai calonnya Xi Yun itu, dan Raja cukup puas. Raja hanya berpesan dan meminta agar Lan Xi selalu baik pada Xi Yun.

Lan Xi berjanji, "saya akan selalu menempatkannya di posisi pertama."

Raja percaya padanya dan berpesan agar mereka selalu tulus pada satu sama lain agar bisa saling bahu-membahu menghadapi segala rintangan di masa depan. Sesibuk-sibuknya Lan Xi dalam mengurus negara nantinya, dia tetap harus menyempatkan waktu untuk memberi perhatian bagi keluarganya.

Prediksi semua orang memang benar, Xie Yue bukanlah lawan Huang Chao yang jelas lebih unggul dalam kemampuan berstrategi di medan perang. Namun di tengah kekacauan pertempuran, Wu Yuan punya agendanya sendiri dengan memerintahkan Sekte Duanhun untuk membunuh Xie Yue secara diam-diam. 

Dia menciptakan situasi seolah Xie Yue mati di tangan Jizhou dan Youzhou, biar Qingzhou dendam pada kedua prefektur itu, lalu perang dunia pun akan dimulai dan Xi yun sudah pasti akan ikut berperang.

 

Benar saja, begitu Xi Yun melihat kakaknya pulang tak bernyawa, dia sontak dendam kesumat pada kedua prefektur dan bersumpah akan membalas kematian Xie Yue. 

Dia berusaha menutupi kematian kakaknya dari Raja yang sudah semakin sekarat agar kondisi Raja tidak semakin parah. Namun Raja sebenarnya sudah punya firasat karena semalam Raja bertemu Xie Yue di dalam mimpi.

Dalam mimpinya, Xie Yue berkata bahwa dia sudah berjuang sampai detik terakhir untuk melindungi negara dan rakyat, dan dia bangga dengan itu, namun yang paling dia khawatirkan adalah Xi Yun.

Sekarang, hanya Xi Yun satu-satunya harapan Qingzhou. Raja pun mengangkat Xi Yun sebagai Ratu Qingzhou, ratu regnant kedua di Negara Dong setelah Ratu Feng pendiri Qingzhou.

Di atas segalanya, sebenarnya Raja lebih menginginkan kebahagiaan Xi Yun. Karena itulah, selama ini Raja membiarkan Xi Yun berkelana di dunia luar. Namun jika sekarang Xi Yun memiliki ambisi, Raja berharap Xi Yun bisa menjadi jauh lebih hebat dari Ratu Feng.

Dengan itu, Raja pun meninggal dunia dan Xi Yun pun diangkat menjadi Ratu Qingzhou, menjadi orang pertama di generasi mereka yang naik tahta. Memang tidak mudah baginya harus kehilangan kedua anggota keluarganya sekaligus dalam satu waktu dan masih harus menjadi pemimpin negara secara tiba-tiba dengan perang berkecamuk di depan mata, namun untungnya dia memiliki Lan Xi di sisinya dan para pejabat negara yang setia.

Xi Yun pun terjun ke medan perang, dan dengan cepat membuktikan diri dan kemampuannya dalam strategi militer. Ditambah dengan pengalamannya berkelana di dunia luar selama bertahun-tahun membuatnya jadi lebih mengerti daerah mana saja yang cocok untuk melakukan penyergapan. Dia juga pintar dalam hal mengacaukan mental lawan. 

Raja Youzhou begitu angkuhnya mengira dirinya hebat, tidak sadar kalau dia sedang dipermainkan bukan hanya oleh Xi Yun tapi juga oleh menantunya sendiri, Huang Chao. 

Huang Chao sengaja tidak segera mendatangkan Kavaleri Zhengtian-nya, sengaja untuk mengorbankan pasukan Youzhou lebih dulu. Tapi pada Raja Youzhou, dia berkata bahwa Kavaleri Zhengtian-nya pasti akan datang pada saat yang tepat karena Kavaleri Zhengtian adalah senjata rahasia mereka.

Berbeda dengan Wu Yuan, biarpun Huang Chao rela melakukan apapun demi menguasai dunia, namun sebenarnya dia masih memiliki sisi kemanusiaan dan sadar betul bahwa apa yang dia lakukan pada Youzhou ini sebenarnya kejam. Tapi karena hasutan Wu Yuan, dia akhirnya tetap melanjutkan rencananya.

Raja Youzhou sangat keras kepala dan jadi semakin agresif jika dia semakin diprovokasi yang pada akhirnya membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih dan logis. Fakta inilah yang dimanfaatkan oleh Xi Yun.

Saat mendengar 30.000 pasukannya mati di tangan Qingzhou yang dipimpin Xi Yun, Raja Youzhou malah tambah agresif untuk terus menyerang Qingzhou, bersikeras meremehkan dan meyakini kalau Xi Yun itu cuma gadis kecil. Padahal Huang Chao dan Wu Yuan sadar betul bahwa dengan gabungan Lan Xi dan Xi Yun, lawan mereka kali ini tidak bisa diremehkan. 

Wu Yuan dan Xi Yun sama-sama menarget satu hal, yaitu senjata pemusnah massal Youzhou, meriam. Namun tujuan mereka berbeda. Wu Yuan ingin mempelajarinya agar bisa memproduksi meriam sendiri, sedangkan Xi Yun ingin menghancurkannya.

Raja Youzhou dengan terpancing dengan cepat untuk mengeluarkan meriamnya, Xi Yun dengan dibantu Lan Xi, berhasil menghancurkan satu meriam. Namun saat Lan Xi hendak menghancurkan meriam kedua, Huang Chao mendadak muncul menangkis serangannya.

Dari satu meriam yang hancur itu, Wu Yuan bisa mempelajarinya untuk memproduksinya lebih banyak. Di saat ini, Huang Chao sebenarnya mulai agak aneh dengan Wu Yuan karena biasanya Wu Yuan selalu memikirkan keselamatan semua makhluk. Namun Wu Yuan dengan cepat menangkis keraguannya dengan mengklaim bahwa dia melakukannya demi Huang Chao.


Keesokan harinya saat pasukan Youzhou mau menyerang lagi, jenderal Youzhou melapor bahwa gerbang kota justru terbuka lebar dan tidak ada siapa pun di dalamnya. Wah! Raja Youzhou sontak jumawa mengira dirinya sudah berhasil menakuti musuh dan menguasai kota dengan mudah.

Dengan keyakinan itu, Raja pun memerintahkan pasukannya untuk menduduki kota dan menyimpan semua meriamnya di gudang. Padahal semua ini memang strateginya Xi Yun, Strategi Kota Kosong. 

Hanya Huang Chao dan Wu Yuan yang bisa membaca strateginya Xi Yun ini, namun mereka memutuskan untuk diam saja karena Raja Youzhou sangat keras kepala dan tidak mau dengar omongan orang lain.

Tapi mereka tetap berusaha membantu secara diam-diam dengan menyergap Lan Xi dan Bai saat mereka hendak membakar gudang senjata. Namun entah bagaimana dan siapa yang melakukannya, gudang senjata itu tiba-tiba saja terbakar biarpun Lan Xi dan Bai terkepung. Berkat itu, Lan Xi dan Xi Yun pun berhasil melarikan diri dengan mudah.

Insiden itu kontan membuat Raja Youzhou jadi semakin heboh, dia benar-benar kayak anak kecil yang tantrum karena mainan kesayangannya rusak. Bahkan Huang Chao harus mengakui kalau dia kagum dengan strategi Xi Yun dalam menghancurkan mental musuh.

Lang Hua datang bersama Han Pu untuk memberitahu Xi Yun tentang menghilangnya giok patah yang seharusnya ada di antara barang-barang peninggalan ayahnya. Giok itu sepertinya bukan milik mendiang ayahnya, tapi dia pernah melihat ayahnya beberapa kali tampak muram sembari menatap giok patah itu dan waktu mereka di penjara Yongzhou, ayahnya pernah menanyakan masalah giok itu pada seorang pengrajin giok yang dipenjara bersama mereka, dan si pengrajin giok berkata bahwa giok itu adalah milik Keluarga Yu.

Karena itulah, Lang Hua sekarang curiga kalau giok itu dicuri oleh Wu Yuan, hanya Wu Yuan satu-satunya Keluarga Yu yang tersisa, dan Wu Yuan juga ada di tempat saat ayahnya meninggal dunia. Jika giok itu ada hubungan dengan penyelidikan yang dilakukan ayahnya, maka besar kemungkinan bahwa orang yang mengambil giok itu adalah pembunuh ayahnya.

Karena itulah Sekte Tianshuang berusaha menyelidiki dan membuntuti Wu Yuan yang pada akhirnya malah membawa mereka menyaksikan peperangan antara Qingzhou dengan Youzhou. Tentu saja mereka tidak bisa tinggal diam, makanya mereka membantu Xi Yun dengan membakar gudang senjata Youzhou.

Han Pu juga turut ambil bagian membakar barak musuh. Han Pu kagum banget sama jenderal Qingzhou, makanya dia bercita-cita untuk menjadi seorang jenderal militer juga di Qing Zhou, dan Xi Yun langsung setuju untuk mengangkatnya jadi jenderal saat Han Pu besar nanti.


Tapi jika benar-benar Wu Yuan pelakunya, Xi Yun bisa menduga kalau orang itu pasti akan melakukan berbagai persiapan untuk terlepas dari jerat hukum mengingat cara kerja Wu Yuan yang selalu berhati-hati.

Lang Hua rasa juga begitu, makanya mereka kesulitan mendapatkan bukti. Makanya dia ingin pergi mencari pelindung pelat lain yang kabarnya ada di perbatasan untuk mengumpulkan bukti.

Bersambung ke episode 37

Post a Comment

0 Comments