Sinopsis My Unfortunate Boyfriend Episode 15

 


Ayahnya Ji Na mau menemui Tae Woon tanpa mengetahui siapa Tae Woon ataupun hubungannya dengan Ketua IM. Dia hanya senang karena akhirnya ada seseorang yang tertarik dengan teknologi ciptaannya dulu. Karena itulah dia penasaran kenapa Tae Woon tiba-tiba tertarik dengan produk ciptaannya dulu.

Tae Woon memulainya dengan memberitahu Ayah tentang proyek pembanguan taman kota dan perannya dalam proses produksi termasuk pemasarannya. Ayah menerima semua penjelasannya dengan senang hati. Tapi begitu Tae Woon memberitahunya kalau dia berasal dari IM, ayah langsung beranjak pergi dengan penuh amarah.


Tapi tepat saat itu juga, Ji Na tiba di cafe. Ayah dan anak itu sama-sama kaget bertemu satu sama lain. Dan Ayah jauh lebih kaget lagi saat menyadari Tae Woon mengenal Ji Na.


Sementara itu, Hee Chul sedang makan siang bersama Senator Jung dimana Senator Jung lagi-lagi menyinggung rasa cinta Hye Mi yang sangat besar pada Hee Chul. Dan karena itulah, Senator Jung berharap agar Hee Chul bisa selalu menjaga Hye Mi terlepas dari apapun hasil akhir kompetisi mereka nanti. Senator Jung berjanji akan selalu berada di sisi Hee Chul walaupun dia kalah nantinya.

Sepertinya Senator Jung mulai sadar diri sejak mendengar ucapan bijak Hye Mi kemarin. Dia mengaku kalau selama ini dia selalu menganggap Hee Chul sebagai kartu As-nya tapi dia tidak pernah mempercayai Hee Chul sepenuhnya. Hye Mi lah akhirnya membuatnya sadar bahwa dia punya banyak orang-orang hebat disisinya tapi tidak ada satupun yang berada di pihaknya. Dia menyadari kalau dirinya sendiri pun bisa saja dimanfaatkan oleh orang lain sebagai kartu As.

"Karena itulah, jangan kau berpikir untuk memanfaatkan Hye Mi sebagai seseorang untuk mencapai tujuanmu sendiri. Tapi sebagai seseorang yang menemanimu di sisimu"

Tapi dia bicara seperti ini bukan berarti Hee Chul tidak perlu menang. Justru Hee Chul harus menang, dengan begitu kan mereka tidak perlu membicarakan hal seperti ini. Hee Chul menyetujuinya dan berjanji kalau dia akan menang agar dia bisa menjaga Hye Mi dan IM.


Ji Na membantu Tae Woon untuk memberi penjelasan pada ayahnya tentang siapa Tae Woon dan ketidaktahuan Tae Woon akan masalah diantara ayah dan ketua. Ayah akhirnya melunak setelah mendengar penjelasan Ji Na. Sekarang ayah menyesal dan merasa bersalah, bahkan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian kedua orang tua Tae Woon.

"Tidak. Itu hanyalah sebuah kecelakaan. Itu bukan salah siapapun. Dan saya minta maaf. Dengan menggunakan ketidaktahuanku sebagai alasan, aku hidup dengan merengek-rengek seperti anak kecil. Mulai sekarang, atas nama ayah dan paman saya, saya akan berusaha yang terbaik untuk mendapatkan maaf dari anda. Bukan cuma dengan kata-kata ataupun perbuatan. Tapi aku akan sungguh-sungguh meminta maaf demi mendapatkan pengampunan anda"

Ayah merasa bersalah melihatnya. Dia meyakinkan Tae Woon kalau dia tidak bersalah karena yang salah adalah orang lain. Ji Na pun jadi merasa bersalah karena selama ini tidak pernah bersikap baik pada ayah.


Ketua IM sepertinya sedang menulis surat saat Ayah datang mengunjunginya bersama Tae Woon dan Ji Na. Ketua kaget melihat kedatangannya, apalagi sikap Ayah yang kali ini jauh lebih ramah padanya, membantunya bangkit dan menanyakan keadaannya.

Ketua IM sangat terharu atas maaf yang akhirnya Ayah berikan padanya hingga ia langsung mengucap terima kasih berkali-kali pada Ayah. Ayah pun meminta maaf atas sikap kasarnya pada Ketua selama ini.


Merasa kalau ketua dan ayah sepertinya akan ngobrol cukup lama, Tae Woon dan Ji Na memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Ji Na penasaran dengan masa kecil mereka dulu, apa Tae Woon benar-benar berpikir kalau dia itu cowok. Tae Woon langsung canggung dan bingung harus bagaimana menjelaskannya.

"Tidak apa-apa, jujur saja"

"Jujur? Jujur?" tanya Tae Woon dengan senyum agak licik.

Hmm, berhubung Ji Na memberi izin untuk mengatakan yang sejujurnya. Tae Woon pun langsung mengatakan yang sejujur-jujurnya bahwa saat dia pertama kali bertemu Ji Na, dia merasa kalau wajahnya Ji Na sangat gelap dan tidak ada cantik-cantiknya sama sekali.

Emosi, Ji Na langsung mengayunkan sepatu high heels-nya tapi untunglah dia berhasil menahan diri dan tidak jadi menghantam Tae Woon. Tapi dia memaksa Tae Woon untuk menarik kembali kata-katanya tentang dirinya yang tidak cantik itu.


"Maaf"

"Aku menyuruhmu untuk menarik kembali kata-katamu, bukannya minta maaf"

Tae Woon malah bingung "Bagaimana bisa aku menarik kembali apa yang sudah kuucapkan?"

"Bilang saja kalau aku cantik! Dasar!"

Bukannya menuruti keinginan Ji Na, Tae Woon malah menanggapinya dengan membantu memakaikan kembali sepatu high heels-nya Ji Na "Saat kau memakai high heels seperti ini, apa tidak sakit? Saat bersamaku, seharusnya kau memakai sepatu yang nyaman saja"


Ji Na mencoba lagi membujuk Tae Woon agar Tae Woon mengatakan kalau dulu dia cantik. Tapi Tae Woon tetap bersikeras kalau dulu Ji Na tidak cantik "Baik kau cantik ataupun tidak. Bagiku, kau tetaplah kau"


Senator Jung tampaknya benar-benar sudah mau berubah. Sekarang dia bahkan membebaskan anak buahnya dan memintanya untuk bekerja pada Hee Chul saja. Dia merasa bersalah karena selama ini membuat si anak buah bekerja pada dua orang bos.

"Kau pasti sangat kesulitan harus kesana-kemari"

"Terima kasih"

"Melihatmu meminta maaf, pasti sangat sulit sekali bagimu memiliki dua orang bos"

"Tidak"

"Bagaimana menurutmu dunia ini? Apa bisa dipercaya?"


Si anak buah bingung dengan pertanyaannya. Senator Jung tidak memaksanya menjawab dan mengizinkannya pergi. Memikirkan kata-kata bijak Hye Mi, Sentor Jung bangga karena Hye Mi sekarang benar-benar sudah dewasa.


Ji Na dan Tae Woon hendak menyeberang tapi Tae Woon melarangnya menyeberang sekarang karena lampu lalu lintas sudah berkedip-kedip. Ji Na heran memangnya kenapa, kan tidak ada mobil yang lewat. Tapi Tae Woon tetap bersikeras menaati aturan lalu lintas.

Jadilah Ji Na menurutinya dan mereka berdiri berdampingan di sana menunggu lampu lalu lintas berubah. Tapi Tae Woon sebenarnya puny niat lain juga, menggenggam tangan Ji Na. Lalu kemudian menyeberang jalan pelan-pelan sambil bergandengan tangan.

Taksi sudah menunggu di seberang jalan dan Tae Woon pun mengucap selamat malam pada Ji Na. Dia meyakinkan Ji Na untuk tidak usah mencemaskan ayahnya karena dia yang akan mengurusnya "Aku berharap bisa mengantarkanmu pulang. Tapi aku tidak bisa hari ini"

Tae Woon langsung kembali ke rumah sakit setelah itu. Tapi dia tidak masuk kamar dan memutuskan untuk bekerja di luar.


Ayah baru keluar dari kamar rawat ketua keesokan paginya dan Tae Woon langsung mengajaknya keluar untuk sarapan bersama. Ayah sebenarnya berniat langsung pulang saja setelah sarapan. Tapi Tae Woon berkata kalau dia membutuhkan bantuan Ayah.

Karena ayah lah orang yang memegang kunci proyek ini. Dia ingin menggunakan teknologi ciptaan ayah dalam proyek ini. Ayah terharu mendengarnya, sudah lama dia tidak membantu seseorang dan akhirnya bersedia dengan senang hati untuk membantu Tae Woon.


Ji Na hendak menyeberang jalan saat lampu lalu lintas berkedip-kedip. Dia ingin langsung menyeberang saja tapi tiba-tiba dia teringat dengan Tae Woon dan akhirnya memutuskan untuk mundur dan menunggu. Bahkan sekarang dia tidak lagi memakai high heels seperti biasanya dan lebih memilih untuk mendengarkan nasehat Tae Woon dengan memakai sepatu yang jauh lebih nyaman.


Sampai di kantor, Ji Na mendapat kabar kejutan. Dua orang sunbae-nya yang mulai pacaran sejak mereka main game di rumah Tae Woon, sekarang sudah mau menantikan kelahiran anak mereka dan mereka akan segera menikah. Ji Na turut bahagia untuk mereka.


Setelah sarapan, Tae Woon membawa ayah ke rumah agar mereka bisa bekerja lebih nyaman dan ayah tampak sangat antusias saat memberitahu Tae Woon tentang produk ciptaannya yang berguna bukan cuma untuk menerangi kegelapan tapi juga bisa berfungsi sebagai pengganti sinar matahari yang bisa membantu petani bercocok tanam di musim dingin. Ide bagus, Tae Woon langsung punya ide untuk menjadikan pertumbuhan sebagai kata kunci utama proyek ini.


Mereka terus bekerja bahkan sampai malam tiba. Tae Woon menelepon Ji Na dan memberitahu Ji Na kalau Ji Na mirip ayahnya, sama-sama orang yang penuh semangat dan energi. Ji Na agak tercengang mendengarnya karena selama ini dia tidak pernah mengira kalau ayahnya seseorang yang penuh semangat dan energik.

"Mungkin karena kau tidak pernah melihat sisi dirinya yang seperti itu"

"Mungkin begitu. Aku selalu memperlakukan ayahku bagai orang yang gagal dan meremehkannya"

"Kurasa sekarang belum terlalu terlambat. Akan kucoba mencari cara juga"

Tapi karena besok ayahnya harus pulang, Ji Na berniat untuk bicara dengan ayah besok sebelum dia berangkat ke kantor. Ah, Ji Na baru ingat kalau besok adalah hari pertama Tae Woon masuk kantor dan memperkenalkan dirinya secara resmi pada rekan satu tim mereka. Apa Tae Woon gugup? Tae Woon mengaku jujur kalau dia memang gugup.

"Ada dua macam kegugupan. Takut dan antusias. Kurasa kau gugup karena kau terlalu antusias" ujar Ji Na berusaha menyemangati Tae Woon.


Ketua mengintruksikan sekretaris untuk mengurus suatu file. Tae Woon datang tak lama kemudian dan Ketua memperhatikan dasi yang Tae Woon pakai adalah dasinya. Tae Woon membenarkannya dan beralasan kalau dia meminjam dasi ketua karena dia tidak punya dasi. Ketua lalu menyuruh Tae Woon mendekat agar dia bisa membenahi dasinya Tae Woon.

"Paman, setelah kompetisi selesai, ayo kita pergi memancing"

"Oke, aku suka itu"

"Kita juga bisa makan ramen disana"


Di kantor, para sunbae sedang menggosipkan kandidat CEO baru yang akan datang hari ini dan masuk ke tim mereka dan kabarnya dia adalah keponakannya ketua. Walaupun aturan mengatakan siapa yang menang akan menjadi CEO baru, tapi manager Choi pesimis kalau kandidat yang ada dalam tim mereka nanti akan bisa jadi CEO mengingat para direktur rata-rata berpihak pada Hee Chul dan pastinya sulit sekali untuk mengalahkan Hee Chul. Ji Na hanya terdiam gugup mendengarkan para sunbaenya berdiskusi.


Mereka lalu kembali ke kantor dan bertemu Tae Woon di depan. Para sunbae tidak ada satupun yang berpikir kalau Tae Woon datang sebagai kandidat CEO baru, mereka hanya mengira kalau Tae Woon datang untuk ikut meeting membicarakan proyek kerja sama mereka.

Tapi mereka heran kenapa Tae Woon memakai setelan jas resmi? Saat itulah Tae Woon akhirnya memperkenalkan dirinya sebagai anggota baru tim mereka "Kandidat Yoon Tae Woon"


Para sunbae langsung shock dan tak percaya. Saking tak percayanya, mereka terus menatapnya sambil terbengong-bengong dan tidak ada satupun bergerak untuk memulai rapat. Tae Woon lah yang kemudian menyadarkan mereka dari lamunan mereka dan rapat pun akhirnya dimulai.


Begitu Tim Tae Woon selesai rapat, kedua sunbae Ji Na langsung menyeretnya pergi untuk menginterogasinya. Ji Na selama ini pasti tahu kan tentang Tae Woon dan hubungannya dengan ketua. Ji Na langsung mengiyakannya dengan canggung, tapi dia mengaku kalau dia mengetahui masalah itu baru-baru ini. Dia langsung menyangkal saat kedua sunbaenya menuduhnya membodohi mereka dan beralasan kalau dia hanya tidak pernah punya kesempatan untuk memberitahu mereka.

Kedua sunbae heran kalau Tae Woon adalah keponakannya ketua, kenapa dia tidak langsung saja meminta Tae Woon untuk menjadikannya pegawai tetap. Salah satu berpikir kalau dia punya pacar orang kaya, kenapa juga dia ingin bekerja.

"Kurasa itu tidak benar" ujar Ji Na

Mereka jadi ingat kalau Ji Na adalah lulusan Universitas Han Gook jadi mungkin dia ingin berkarir. Ji Na langsung terdiam canggung mendengarnya tapi dia tidak berani memberitahu mereka tentang kebenarannya, kalau dia bukan lulusan Universitas Han Gook.


Tim lawan pun sudah memulai rapatnya. Setelah rapat selesai, Hee Chul mengajak Hye Mi ke sungai Han dengan alasan kerja. Tapi nyatanya, Hee Chul mengajak Hye Mi ke tempat yang romantis. Hye Mi mengusulkan agar mereka pergi ke suatu tempat setelah kompetisi selesai nanti. Hee Chul menyetujuinya, kalau mereka kalah mereka akan pergi ke suatu tempat.

"Kalau kalah? Bagaimana kalau menang?"

"Maka kita harus bekerja keras. Kita tidak akan punya waktu untuk bersenang-senang. Bercanda. Kau mau pergi kemana?"

"Kampung halamanmu" Hye Mi penasaran karena selama ini Hee Chul tidak pernah membicarakan tentang masa kecilnya "Kau akan membawaku kesana kan?"

"Baiklah, nanti"

"Nanti kapan?"

"Setelah semua masalah rumit di kepalaku menghilang dan hanya tinggal kau seorang. Sekarang belum saatnya dan kita juga harus memenangkan kompetisi dulu"


Hye Mi tidak mengerti kenapa Hee Chul begitu ingin menang. Hee Chul berkata karena ada sesuatu yang ingin dimilikinya. Lalu apakah Hee Chul pikir, dia akan bisa memiliki hal itu jika dia menang nanti? tanya Hye Mi. Entahlah, jawab Hee Chul. Saat ini satu-satunya hal yang dia pikirkan hanyalah dia harus menang.

Sayangnya acara kencan mereka harus terhenti dengan cepat karena Hee Chul tiba-tiba dapat kabar tak enak tentang apa yang dilakukan ketua. Hee Chul lalu mengantarkan Hye Mi pulang. Teringat ucapan Hee Chul tadi, Hye Mi menduga kalau yang diinginkan Hee Chul mungkin Ji Na dan karenanya dia langsung menelepon Ji Na dan mengajaknya bertemu di bar.


Dia mengeluarkan copy resume Ji Na yang tak ternoda darah laba-laba dan memperlihatkan dengan jelas nama universitasnya. Dia tidak peduli jika Tae Woon menang. Tapi jika Hee Chul yang menang, maka sebaiknya Ji Na meninggalkan perusahaan. Dia mengklaim kalau dia tidak mengancam, hanya minta bantuan Ji Na saja.

"Kalau dia kalah maka dia akan datang padaku. Jika dia menang maka dia akan pergi mencarimu"

Hee Chul sendiri pergi menemui ketua di rumah sakit. Bukan untuk menjenguknya tapi mengkonfrontasinya karena dia sudah tahu kalau ketua baru saja membeli beberapa saham yang dia yakini pasti akan ketua gunakan untuk membantu Tae Woon. Tapi dia bersumpah tidak akan membiarkan rencana ketua berjalan mulus dan dia akan membuat Tae Woon mengundurkan diri. Dan Hee Chul langsung bergerak cepat dengan menyuruh anak buahnya untuk melakukan sesuatu.

Ketua sebenarnya tampak sangat senang saat melihat Hee Chul datang mengunjunginya, tapi dia kecewa saat Hee Chul melabraknya dan menuduhnya seperti itu.


Hari ini adalah hari presentasi kedua kandidat. Para dewan direksi sudah mulai berkumpul di ruang rapat sementara kedua kandidat sedang bersiap dan mempelajari materi di ruangan masing-masing. Tae Woon membawa anting-anting Ji Na lalu memakainya sebagai kancing lengan bajunya. 


Beberapa menit menjelang rapat dimulai, kedua kandidat sama-sama menerima sebuah file yang sama-sama membuat mereka tercengang.

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

0 Comments