Sinopsis Wayla Kammathep (The Love Proposal) Episode 1 - Part 2

Methee Grup tengah merayakan HUT perusahaan mereka yang ke-60 tahun. Acara dibuka oleh sambutan dari CEO baru mereka, Touch. Kecuali Time dan ibunya yang kesal setengah mati, yang lain tampak begitu bangga pada Touch.

Tapi tiba-tiba ada masalah, beberapa orang dengan sengaja menyiram bensin ke ladang tebu milik perusahaan gulanya Methee Grup, dan yups, orang-orang itu adalah orang-orang suruhannya Chun.

Time mendapat kabar itu di pertengahan pesta. Tanpa memberitahu kakaknya, dia langsung saja pergi ke sana dan mendapati para pekerja dan pemadam kebakaran sedang berusaha keras memadamkan api yang semakin membesar.

Paranya lagi, api juga merambat ke perumahan pekerja ladang. Salah seorang ibu menjerit-jerit panik karena anaknya masih terperangkap di dalam rumah. Time dengan penuh keberanian dan tanpa ragu menyiram dirinya sendiri dengan seember air lalu menembus api demi menyelamatkan anak itu.

Tapi saat dia berhasil menemukan anak itu, tiba-tiba lemari kayu di hadapannya roboh dan menghalangi jalan keluar mereka. Berusaha untuk tidak panik, Time dengan cepat menilai keadaaan rumah itu dan menyadari dinding rumah itu hanya terbuat dari triplek. Maka Time pun menendang dinding triplek di belakangnya yang masih aman dari kobaran api, dia dan si anak pun berhasil keluar dengan selamat.

Time baru melaporkan kejadian ini ke Touch malam harinya. Tidak ada korban jiwa, namun yang terbakar adalah petak percobaan yang hendak mereka tunjukkan pada investor Filipina. Karena itulah Time yakin bahwa kebakaran ini pasti ulah seseorang.

Touch langsung mengerti siapa orang yang dimaksudnya. Tapi untuk apa Chun melakukan itu, perusahaan ini kan juga perusahaannya Chun? Time mengingatkan bahwa Chun menginginkan dirinya sendiri untuk menjadi CEO perusahaan ini.

Nuch kembali ke rumah sakit mengantarkan Anon untuk kontrol. Tapi saat dia hendak membayar, Time mendadak muncul dan langsung menyodorkan kartu kreditnya sendiri untuk membayari biaya perawatan Anon.

Nuch menolak, tapi Time ngeyel mau bertanggung jawab sepenuhnya, dan jadilah kedua orang itu otot-ototan, saling tarik ulur kartu kredit itu... sampai Time harus menabok tangan Nuch, baru dia berhasil menyodorkan kartunya ke kasir.

"Kau orang yang baik," puji Nuch.

Tapi Time malah narsis, "kau tidak tahu, ya? Aku ini orang yang ramah dan mudah bergaul."

Pfft! Nuch sontak memutar bola matanya saking cringe-nya mendengar kenarsisan Time. Pembayaran selesai, Time langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Anon pulang... dan hmm, dia juga bisa loh mengantarkan Nuch pulang. Anon ternyata cukup cerdas dan langsung bisa melihat ada sesuatu di antara kedua orang dewasa itu.

Ibunya Anon datang tak lama kemudian untuk menjemputnya pulang, Ibu juga ingin mengantarkan Nuch pulang. Tapi bahkan sebelum Nuch sempat menerima ajakannya, Anon dengan cepat menolak tawaran itu dan terang-terangan memberitahu ibunya bahwa Nuch akan diantarkan pulang oleh Time.

Jadilah Nuch diantarkan pulang oleh Time. Nuch ternyata tinggal di asrama dan itu kontan membuat Time kepo tanya-tanya tentang kenapa Nuch tidak tinggal bersama orang tuanya, atau apakah Nuch tinggal bersama pacarnya.

Nuch awalnya malas menjawab, tapi karena Time kepo terus, Nuch akhirnya jujur mengaku bahwa kedua orang tuanya sudah berisah sejak dia lahir, dan sejak ibunya menikah lagi semasa dia masih bersekolah, dia mulai tinggal di asrama. 

Dia masih tinggal di sini biarpun dia sudah bekerja karena tempat ini lebih dekat dengan sekolah tempatnya bekerja. Dan dia tidak punya pacar. Oooow, baiklah, Time senang mengetahui Nuch ternyata tidak punya pacar.

Nuch bergegas turun dari mobil, tapi Time tiba-tiba berkata bahwa sekarang sudah larut malam lalu bertanya apakah Nuch lapar, dia sendiri lapar. (Ow, mau ngajakin Nuch makan kah?) Tapi Nuch tidak bisa segera menjawab karena dia mendapat telepon dari ibunya saat itu.

Sementara dia bicara di telepon, Time berjalan mendekat sambil menatapnya lekat-lekat. Nuch akhirnya selesai dengan teleponnya dan tanya balik, "kau lapar, terus?"

Jelas dia sendiri mengharap Time akan mengajaknya makan, eeeeeh, si Time malah berkata, "kupikir kau juga lapar, jadi jangan lupa untuk beli makan."

Dia langsung pergi setelah itu. (Wkwkwk! Maksudnya apa, Bambang!) Nuch jelas agak kecewa dan kesal juga. Di tengah jalan, Time juga sebenarnya kesal dan menyesali kebodohannya sendiri tadi.

Tak lama kemudian, Nuch baru saja kembali dari membeli makan malam. Tapi jalannya tiba-tiba dihadang dua orang preman penagih hutang. Ternyata pamannya Nuch punya hutang besar pada bos mereka dan tidak mampu membayar. 

Yang jadi masalah, Ibunya Nuch malah menjadi penjaminnya Paman, makanya sekarang kedua preman itu mendatangi Nuch untuk meminta pertanggungjawaban Nuch terhadap hutang-hutang pamannya.

Nuch sontak berusaha melarikan diri dari mereka, tapi gagal. Untungnya Time kembali saat itu dan langsung menyelamatkan Nuch dan menghajar kedua preman itu seorang diri. Untungnya satpam datang saat itu, para preman pun bergegas kabur. (Salah satu kekurangan drama Thai tuh kurang ahli dalam adegan action, kurang natural, nggak kayak drama Korea atau Cina yang sudah ahli dalam adegan action. Padahal dari segi kualitas cerita sudah oke, malah beberapa drama Thailand menurutku ceritanya lebih bagus daripada drama Cina yang belakangan ini gitu-gitu aja, Lakorn tuh cuma kurang di segi produksinya aja sih, kayak kurang modal apa gimana gitu)


Time sontak mencemaskan Nuch karena para preman tadi sempat mendorongnya dengan cukup keras sampai kepalanya terjedot aspal. Time langsung memapahnya berdiri Tapi Nuch penasaran kenapa Time malah balik?

"Aku ingin mengajakmu makan."

Kaki Nuch sepertinya juga keseleo dan tiba-tiba saja dia kuat jalan dan hampir terjatuh. Time langsung saja membopongnya lalu membawanya ke rumah sakit.

Setelah beberapa lama menunggu, Time akhirnya melihat dokter keluar dengan membawa Nuch, dia meyakinkan bahwa Nuch tidak terluka parah. Tapi kemudian Dokter memperhatikan interaksi mata kedua orang itu dan langsung tahu bahwa ada sesuatu di antara mereka.

Dokter langsung saja terang-terangan mengomentari hubungan mereka yang cukup dekat dekat. Tapi Time sontak memberinya tatapan peringatan, jadi Dokter buru-buru beralih topik, memberitahu Nuch untuk setiap hari datang ke rumah sakit untuk membersihkan lukanya.

Tapi dia menyarankan agar sebaiknya Nuch jangan datang sendirian, takutnya dia pingsan, jadi lebih baik dia datang bersama seorang pendamping. Dokter dengan penuh arti menyarankan agar Time saja yang menemani Nuch kontrol. Nuch berniat menolak, tapi Time langsung setuju dengan senang hati. 

"Apa kau tidak punya pekerjaan sehingga kau punya banyak waktu untuk mengantarku?"

"Punya. Tapi aku juga bisa mengantarkanmu. Apa kau lupa bahwa aku adalah orang yang sangat ramah? Ngomong-ngomong... apa kau ingin makan sesuatu? Aku lihat tadi, makanan yang kau beli sudah hancur."

Tapi Nuch dengan canggung menolak dengan alasan pencernaannya bisa terganggu kalau makan terlalu larut malam. Time dan dokter jadi canggung juga mendengar penolakannya.

Gara-gara kebakaran itu, pertemuan mereka dengan investor Filipina dibatalkan. Touch sebenarnya sudah berusaha beralasan pada mereka bahwa itu kecelakaan. Tapi pihak investor tak percaya, mereka yakin ada masalah internal di perusahaan Methee Grup dan menyuruh mereka untuk menyelesaikan dulu masalah internal mereka itu.

Time jelas kesal mendengarnya. Hasil investigasi mereka, menemukan jejak bensin. Namun mereka masih belum bisa menemukan pelakunya sampai sekarang. Tapi Time pantang menyerah, dia akan terus berusaha menyelidikinya.


Dia mau pergi, tapi dia penasaran apakah hari ini Touch akan pulang. Touch menyangkal, dia beralasan kalau dia mau menyelesaikan beberapa tugasnya karena pertemuan hari ini sudah dibatalkan.

Hmm... Time tak percaya kalau dia mau mengerjakan tugas, apalagi melihat senyum bahagia Touch, dia pasti mau bertemu someone spesial.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments