Sinopsis Something About 1% Episode 14 - Part 1

Episode 14: Kebohongan, akankah waktu benar-benar akan menyembuhkan?

Beberapa hari menjelang berakhirnya masa kontrak pacaran mereka, Jae In dan Da Hyun menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin: berkencan, berolahraga bersama, mendengarkan lagu bersama, teleponan sepanjang malam, jalan-jalan.

Suatu pagi, Da Hyun terbangun oleh telepon dari Jae In. Namun kemudian dia melihat kalender yang kontan membuatnya sedih menyadari besok adalah hari terakhirnya bersama Jae In.

Siang harinya, Da Hyun tiba-tiba didatangi ibunya Jae In di sekolah. Ibu terlebih dulu memberitahu Da Hyun bahwa biarpun Jae In bukan anak kandungnya, namun dia sudah menganggap Jae In seperti anaknya sendiri.

Satu-satunya yang dia inginkan hanyalah agar Jae In bisa kembali ke kantor pusat SH Grup dan menjadi presdir kantor pusat SH Grup.

Da Hyun bisa menebak apa maksud dan tujuannya datang kemari. Bahkan sebelum Ibu sempat mengutarakannya, Da Hyun dengan penuh pengertian meyakinkan Ibu untuk tidak khawatir, dia dan Jae In tidak ada niatan untuk menikah.

Dia mengerti bahwa Ibu sangat menyayangi Jae In, makanya dia datang kemari. Jae In pernha bilang bahwa Ibu adalah orang baik dan dia percaya bahwa Jae In tidak akan berbohong. Sekali lagi dia meyakinkan Ibu untuk tidak khawtair, lagipula, hubungan mereka sebentar lagi akan segera berakhir.

Ibu agak tercengang mendengar Da Hyun begitu pengertian. Setelah itu, Ibu langsung mendatangi Kakek dan berkata bahwa dia mengerti kenapa Kakek memperkenalkan Da Hyun pada Jae In, tapi dia tetap menentang hubungan mereka walaupun dia merasa sayang juga karena mereka tidak bisa bersama.

"Aku yakin kalau Da Hyun bahkan tidak tahu kenapa aku memilihnya untuk menjadi pasangannya Jae In. Dia adalah tipe orang yang rela melakukan apa pun demi orang lain tanpa mengharap imbalan apa pun. Wanita seperti dia sangat jarang di jaman sekarang," ujar Kakek.


Malam harinya, Da Hyun menatap kalendernya dengan sedih, melihat tanggal perpisahan mereka besok. Dia teringat saat Jae In memintanya untuk bersamanya sampai akhir. Air mata Da Hyun berlinang saat dia mengulang jawabannya pada Jae In waktu itu, "kita tidak bisa. Kita tidak boleh melakukan itu."

Tiba-tiba Jae In menelepon. Da Hyun cepat-cepat menghapus air matanya dan berusaha menormalkan suaranya sebelum mengangkat telepon itu.

Jae In mengajaknya bertemu saat itu juga. Suasana di antara mereka begitu sendu, tapi Da Hyun berusaha untuk tetap ceria saat dia menanyakan apa rencana mereka untuk hari terakhir mereka besok.

Jae In usul agar mereka liburan ke luar kota, selama ini mereka belum pernah pergi jauh bersama. Da Hyun setuju. 

Jadilah mereka pergi subuh-subuh. Di tengah jalan, Jae In memainkan musik klasik yang tidak disukai Da Hyun. Da Hyun langsung menggantinya dengan lagu pop-nya Ji Su, tapi Jae In tidak suka dengan musik berisik semacam itu.

Da Hyun jadi sedih menyadari bahkan selera musik mereka saja sangat berbeda. Jae In setuju, tapi... "biarpun itu benar, namun selama ini kita baik-baik saja bersama."


Begitu tiba di pantai, Da Hyun bukannya menikmati lautan, malah menatap pegunungan. Jae In bingung, apa Da Hyun tidak suka laut? Da Hyun menyangkal dan berkata bahwa dia justru sedang berpikir menggantikan Jae In. Contohnya, Jae In pasti berpikir bahwa gunung itu adalah lokasi yang bagus untuk membangun resor. Pfft!


Jae In tertawa mendengarnya. Sudah 6 bulan mereka berkencan, tapi masih banyak hal yang belum mereka lakukan. Melihat pasangan yang lagi jalan di tepi pantai sambil nyeker, Da Hyun usul agar mereka melakukan hal yang sama.

Jae In tidak setuju awalnya, ogah membuka sepatunya dan mengotori kakinya. Tapi karena Da Hyun memaksa, akhirnya dia menurut juga. Dia memberikan jaketnya ke Da Hyun sebelum kemudian melepas sepatunya sambil menggerutu tidak mengerti kenapa mereka harus melakukan ini.

Tapi saat Da Hyun mengulurkan tangan untuk dia pegang, Jae In akhirnya mengerti kalau ini memang cukup romantis. Mereka pun jalan-jalan di tepi laut sambil berangkulan dan bercanda mesra.

Puas bermain, mereka pun pindah ke cafe terdekat. Karena ini hari terakhir mereka, jadi Da Hyun ingin melakukan segala hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya agar mereka tidak memiliki penyesalan nantinya.

Jae In mengingatkan bahwa masih banyak hal yang belum mereka lakukan. Da Hyun tahu itu, jadi sisanya, harus mereka lakukan sendiri-sendiri nantinya.

jae In bertanya-tanya apa yang akan Da Hyun lakukan setelah mereka putus nanti. Da Hyun mengaku bahwa dia mau belajar menyetir. Jae In tidak setuju, mending Da Hyun pacaran saja sama cowok yang bisa nyetir seperti dirinya.

Da Hyun mengingatkan bahwa cowok yang bisa menyetir itu ada banyak. Lagipula, cowoknya bisa menyetir atau tidak itu tidak penting bagi Da Hyun.

"Jadi pria seperti apa yang ingin kau kencani?"

"Pria yang baik. Pria yang menyelamatkan anak kecil yang terjatuh. Pria yang memberi hadiah untuk anak kecil yang menangis, pria yang menghormati orang tua, pria yang dermawan," ucap Da Hyun menyebutkan segala kebaikan Jae In.

Namun Jae In malah langsung cemberut, tidak menyadari kebaikan dirinya sendiri, malah mengira bahwa pria idaman Da Hyun itu sangat berbeda darinya. Tiba-tiba dia beranjak bangkit, bukan karena dia ngambek, tapi karena dia mau mencari sesuatu.


Kakek diberitahu Ketua Tim Kang bahwa hari ini adalah hari terakhirnya Jae In dan Da Hyun. Sepertinya fakta itu memengaruhi kesehatan Kakek karena tiba-tiba saja tangannya gemetar hebat. 

Ketua Tim Kang sontak mencemaskannya. Kakek berakting seolah dia baik-baik saja. Ketua Tim Kang hampir saja percaya, tapi kemudian dia melihat Kakek tampak agak sesak napas.

Jelas Kakek tidak baik-baik saja. Tak lama setelah Ketua Tim Kang pergi, Kakek mulai semakin sulit bernapas... hingga kemudian dia roboh dan pingsan. 


Jae In akhirnya kembali tak lama kemudian dan langsung menyodorkan sebuah paper bag kecil di hadapan Da Hyun, itu hadiah ultah untuk Da Hyun. Biarpun ultahnya Da Hyun masih lama, namun Jae In menyadari selama ini dia tidak pernah memberi Da Hyun hadiah apa pun. Hadiahnya berupa sebuah kalung mahal, Jae In lalu membantu Da Hyun memakainya. Namun setelah itu, suasana mulai berubah canggung. Saat mereka hendak pulang, Jae In tiba-tiba usul agar mereka bersama seharian ini.

"Bukankah hari ini seharusnya kita putus?" bingung Da Hyun.

"Betul sekali."

"Betul sekali? Kau ternyata pria nakal, ya."

"Kurasa aku jauh lebih buruk dari yang kau pikirkan. Asalkan kau izinkan, aku akan melakukan lebih daripada sekedar pegangan tangan."

Tiba-tiba Jae In ditelepon ibunya yang mengabarkan kondisi Kakek. Tapi Jae In tak percaya, mengira kalau kakeknya pasti sedang berakting lagi. Tapi Da Hyun khawatir, bagaimana kalau kakek beneran sakit? Karena itulah, dia menyarankan Jae In untuk pulang sekarang.

Hari sudah petang saat Jae In mengantarkan Da Hyun pulang. Sudah waktunya berpisah, Da Hyun pun mengucap terima kasih atas bantuan Jae In terhadap Ji Su dan panti asuhan.

"Itu saja yang ingin kau katakan?"

"Bahkan sekalipun ingin, aku tidak bisa mengucap apa pun lebih daripada ini, iya, kan?"

"Jadi hanya itu saja?"

"Kuakui kalau aku agak sedih, tapi aku akan mengatasinya. Lagipula, kita sudah berjanji tidak akan saling jatuh cinta pada satu sama lain."

"Jadi kau... tidak jatuh cinta padaku? Biarpun cuma sedikit?"

"Bagaimana denganmu? Kau tidak jatuh cinta padaku?"

"Aku berusaha sebaik mungkin (untuk tidak jatuh cinta)."

"Kurasa aku harus bersyukur, kalau begitu."

"Kau yakin kau tidak akan menyesalinya? Kau mungkin tidak akan pernah lagi berkencan dengan pria sepertiku."

"Tentu saja. Bagaimana bisa aku bertemu lagi dengan pria lain yang sesulit dirimu."


Perlahan, Jae In mendekat lalu memeluknya dan berkata bahwa Da Hyun adalah wanita yang baik. Da Hyun tahu itu, justru Jae In yang bukan pria baik. Jae In mengakuinya, karena itulah dia melepaskan Da Hyun. Wah! Da Hyun tidak terima. Yang benar adalah, dialah yang mencampakkan Jae In.

Karena itulah, Da Hyun meminta Jae In untuk tidak bertemu dengan wanita yang baik karena dia akan merasa kasihan pada wanita itu. Tapi Jae In justru berharap Da Hyun akan bertemu dengan pria baik. Karena dengan begitu, rasa bersalahnya terhadap Da Hyun akan sedikit berkurang. Mereka berpelukan erat untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya Jae In pergi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam