Sinopsis Meteor Garden (2018) Episode 3 - Part 1


Pasca kejadian itu, Jing berniat membantu Shan Cai membersihkan bajunya sambil meyakinkan Shan Cai untuk tidak marah pada Ah Si. Dia bukan orang jahat itu, dia hanya kekanak-kanakan. Tapi sebelum Jing sempat menyentuhnya, Shan Cai sontak mencegahnya. Dia tak enak pada Jing dan bersikeras ingin membersihkan bajunya sendiri.
Jing mengaku bahwa walaupun dia sudah lama mengenal Lei, tapi ini pertama kalinya dia melihat Lei emasi. "Kau pasti sangat penting baginya."

"Mana mungkin. Huaze Lei menyukaimu, kak Jing."

"Kurasa begitu."

"Apa kau juga menyukai Huaze Lei?"


Tapi Jing tak menjawabnya dan mengalihkan topik dengan memberikan baju ganti untuk Shan Cai. Shan Cai tak enak dan berusaha menolaknya, tapi Jing bersikeras memaksa Shan Cai untuk menerimanya.

"Wanita harus selalu bersih dan stylish. Pakailah."

Shan Cai akhirnya menyerah dan menerimanya. Bukan cuma baju, Jing bahkan memberinya sepasang sepatu yang bagus.

"Setiap wanita harus memiliki sepasang sepatu yang bagus yang bisa membawamu ke tempat-tempat yang indah." Ujar Jing yang kontan membuat Shan Cai terpesona padanya.


Setelah Shan Cai ganti baju tak lama kemudian, Qing He datang dan langsung mengomentari sepatu barunya. Dia juga minta maaf, seharusnya dia menonjok Ah Si saat Ah Si membuli Shan Cai tadi.

"Jangan. Kau tidak akan bisa menang dari dia. Lagipula bukan kau yang dia tindas."

"Kalau dia menyentuhmu lagi, aku tidak akan pernah memaafkannya. Aku... akan belajar taekwondo." (Pfft!)

Shan Cai jadi merasa bersalah padanya. Qing He berada dalam masalah karenanya. Tapi tentu saja Qing He sama sekali tidak menyalahkannya, dia malah antusias banget ingin melawan F4.

Dan yang paling penting, dia bisa selalu berada di sisi Shan Cai. Rasanya menyenangkan. Seperti di dalam game. Dulu, dia lemah dan tidak bisa mengalahkan lawan-lawannya. Tapi Shan Cai menyemangatinya hingga dia bisa mengalahkan monster-monster di game.

"Kalau begitu aku tidak perlu mencemaskanmu."

Oh, yah. Keluarganya Qing He punya villa di Sanya. Apa Shan Cai mau pergi ke sana saat libur nasional nanti? Shan Cai menolak, dia tidak punya cukup uang untuk berlibur.

"Kita kan teman. Uang bukan masalah. Percayalah padaku, di sana itu menyenangkan."


Dia terus saja nyerocos panjang lebar tentang villanya tanpa menyadari wajah Shan Cai yang mulai memucat. Bahkan dengan santainya dia jalan mendahului Shan Cai sambil terus nyerocos. Tapi saat dia berbalik, dia malah mendapati Shan Cai sudah pingsan.


Keesokan harinya, Shan Cai terbaring sakit di rumahnya. Saat ayahnya merawatnya, tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi lalu Ibu berteriak dari pintu memberitahu Shan Cai bahwa ada temannya yang datang menjenguknya.

"Siapa? Qing He?"

"Bukan. Dia anak yang tinggi dan tampan! Shan Cai cepatlah kemari!" Heboh Ibu

Penasaran, Ayh langsung keluar duluan dan langsung ikutan heboh begitu melihat si tamu yang datang. Benar-benar tampan dan tinggi. Dia datang membawa sekeranjang buah lagi, baik sekali.


Shan Cai akhirnya keluar saking penasarannya dan eng-ing-eng... yang datang ternyata Ah Si. "Berani sekali kau datang ke rumahku! Ayah, ibu, usir dia! Dia Daoming Si, dia yang membuatku sakit."

Ayah dan ibu malah tercengang mendengar nama Ah Si. Tentu saja mereka mengenali nama itu. Daoming Si, putranya pengusaha wanita Daoming Feng.

"Ibu saya sukses karena beliau pekerja keras."

Shan Cai langsung memutar matanya dengan sinis. "Berhentilah berakting. Kau itu brengsek kekanak-kanakan yang suka menindas orang lain."


PAK! Ibu sontak mengeplak kepala putrinya itu. Berbeda dengan sikapnya di hadapan Shan Cai selama ini, Ah Si benar-benar sangat sopan dan ramah di hadapan ayah dan ibu.

Dia mengaku kalau dia datang kemari untuk minta maaf pada Shan Cai. Ibu juga minta maaf atas sikap putrinya, Shan Cai itu tidak pernah berpikir dulu sebelum bicara. Jadi Ah Si jangan tersinggung karenanya.

"Betul. Betul. Kami merasa sangat terhormat kau mau berkunjung ke kediaman kami yang sederhana ini."

Ah Si langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah itu dan blak-blakan mengomentari rumah ini memang benar-benar kecil.

"Itu karena kau sangat tinggi. Tempat ini sempurna bagi kami." Kata Ayah


"Apa kau sudah selesai, Daoming Si? Terima kasih sudah berkunjung. Pintunya di sana, silahkan pergi."

Ibu sontak menabok kepala putrinya itu dan memberitahu Ah Si bahwa putrinya itu masih demam, makanya dia mengucap kata-kata tidak sopan. Ayah bahkan mengundang Ah Si untuk makan malam bersama mereka.

"Kurasa Daoming Si tidak akan menyukai makanan normal yang biasanya kita makan. Makanan kami tidak lezat sama sekali. Kalau kau tidak menyukainya lalu melemparnya ke mukaku, maka ibuku pasti akan menghajarmu."

"Omong kosong! Memangnya ibu kelihatan sejahat itu?"

"Anda adalah ibu terbaik yang pernah saya temui." Puji Ah Si

"Tentu. Aku sangat pintar masak, bagaimana kau makan malam bersama kami?"

"Saya harus setuju." Duh, sopannya Ah Si.


Bahkan sepanjang makan malam, dia tidak sedikitpun terpengaruh oleh nyinyirannya Shan Cai dan terus bersikap sopan dengan memuji-muji masakan Ibu yang dulu pernah di hina.

Ayah dan Ibu tentu senang mendengar pujiannya dan berterima kasih padanya. Ah Si dengan sopan balik berterima kasih pada Ibu, yang sontak saja membuat Shan Cai ngakak sinis sampai dia terbatuk-batuk.


Tapi Shan Cai benar-benar tertegun saat memperhatikan Ah Si yang tampak begitu tenang menikmati masakan Ibu. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya dia melihat Ah Si bersikap sangat sopan. Dia bahkan menghabiskan semua makanan di mangkoknya.


Selesai makan, Ah Si berterima kasih sekali lagi pada Ayah dan Ibu lalu pamit pulang. Ibu langsung menyuruh Shan Cai untuk mengantarkan Ah Si keluar, tak peduli biarpun Shan Cai mengeluh kalau dia masih demam. Terpaksalah Shan Cai harus menuruti Ibu sambil ngedumel sebal.

"Sepertinya ayah dan ibumu menyukaiku."

"Baiklah. Kita sudah di luar sekarang. Berhentilah berpura-pura, apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Aku pura-pura? Aku tidak pernah berbohong."

Shan Cai tak percaya. "Kau datang kemari pasti untuk mengejekku, kan? Sekarang aku sakit, apa kau senang?"

"Aku tidak senang sama sekali." Ucap Ah Si, dan dia benar-benar terdengar tulus sampai Shan Cai tercengang dibuatnya.


Ah Si berniat mau mengecek suhu tubuh Shan Cai. Shan Cai berusaha menghalanginya, tapi Ah Si sontak mencengkeram tangannya lalu mengecek dahi Shan Cai dengan tangan satunya.

Dia tampak benar-benar cemas, tapi dengan cepat dia balik ke dirinya yang biasanya, mengomeli Shan Cai karena demam di cuaca sepanas ini. Shan Cai jelas kesal mendengar omelannya, apa sih sebenarnya tujuan Ah Si datang kemari?

"Apa rencanamu selama libur nasional 7 hari?" Tanya Ah Si

"Tidak banyak."

"Aku mau pergi ke Hawaii. Apa kau tertarik?"

"Hawaii? Tiketnya mahal."

"Sekitar 50 ribu yuan." Santai Ah Si

"50 ribu yuan? Apa aku kelihatan punya uang sebanyak itu?"


Ah Si malah kaget mendengar ucapan Shan Cai itu. Pfft! Mungkin baginya uang segitu kecil, tapi tidak bagi Shan Cai. Dia bahkan tidak punya uang 500 yuan. Jadi mana mungkin dia punya uang 50 ribu yuan?

Kalau begitu, Ah Si akan membayarkan tiket itu untuknya. Shan Cai kaget, kenapa? Yah karena Shan Cai tidak punya uang dan tidak punya tempat tujuan.

"Siapa bilang aku tidak punya tempat tujuan?"

"Terus kau mau pergi ke mana?"

"Aku... aku akan pergi ke villa keluarganya Qing He di Sanya. Tempatnya besar dan indah. Kau bisa surfing, snorkeling, dan makan seafood sepuas hati di sana."

"Kau akan pergi bersama Qing He si cowok bodoh itu?" Ah Si cemburu.

"Benar. Kami sudah merencanakannya. Aku sangat senang karena selama 7 hari nanti, aku tidak perlu melihatmu."

"Kau! Kau pikir aku mau melihatmu?"

"Baguslah."

"Dadah!"

"Dadah selamanya!" Shan Cai sontak melangkah ke arah lain saking kesalnya.

"Rumahmu di sebelah sana, gadis kecil."

"Aku tahu!" Shan Cai pun balik arah dengan kesal dan Ah Si pun pulang dengan hati dongkol.


Tapi begitu dia tiba di rumah dan Kepala Pelayannya memberikan daftar packing-nya untuk acara liburannya ke Hawaii, Ah Si mendadak mendapatkan ide bagus.

 

Shan Cai akhirnya pergi liburan berdua dengan Qing He, dan mereka tampak benar-benar menikmati perjalanannya sambil nyanyi-nyanyi, foto-foto, bahkan jejeritan mengutuki F4.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments