Sinopsis Something About 1% Episode 14 - Part 2

Dalam perjalanan pulang, Jae In mendapat telepon tentang kondisi Kakek yang kontan membuatnya bergegas secepat mungkin ke rumah sakit. Dokter memberitahu bahwa untungnya Kakek sempat meminum obatnya sebelum dia pingsan sehingga kondisinya tidak begitu parah.

Namun yang tak disangkanya, ternyata selama ini keluarga Kakek tidak ada satu pun yang mengetahui kondisi kesehatan Kakek yang sebenarnya, tidak ada yang tahu bahwa Kakek pernah menjalani tes MRI dan pernah mengalami kondisi serupa sebelumnya.

Karena ini situasi darurat, Jae In menginstruksikan Ketua Tim Kang untuk merahasiakan masalah ini, terutama dari media. Sebar berita bahwa Kakek tidak sedang berada di Korea, jadi dialah yang akan menangani manajemen perusahaan. Dia juga memerintahkan agar menyebar berita tentang manajemen baru dan ahli waris perusahaan.

Dan juga, Jae In setulus hati memohon dan menyerahkan segala urusan pada Ketua Tim Kang, karena hanya Ketua Tim Kang satu-satunya yang bisa dia percayai.

Jae In memberitahu ibunya bahwa Kakek sudah mengubah surat wasiatnya, dia sudah putus dengan Da Hyun, jadi dia sudah memenuhi persyaratan Kakek. Dia akan mengurus perusahaan untuk sementara waktu.

Ibu penasaran apakah Da Hyun mengatakan sesuatu? Jae In bingung, mengatakan apa? Ibu cepat-cepat menyangkal dan beralih topik meyakinkan Jae In untuk tidak mencemaskan Kakek, Ibu yang akan mengurus Kakek. Sebaiknya Jae In jangan terlalu sering keluar-masuk rumah sakit, takutnya ada orang yang curiga nantinya. Bagaimanapun, Ibu lega karena akhirnya Jae In akan berada di kantor pusat.

Jae In langsung sibuk mengecek berbagai dokumen. Saat dia mulai lelah, dia beristirahat sejenak dan melihat foto kenangannya bersama Da Hyun yang mereka ambil di pantai yang kontan membuatnya sedih.


Sementara itu, Da Hyun mencoret tanggal berakhirnya kontrak mereka hari ini. Tak lama kemudian, ibunya menelepon untuk memastikan berakhirnya hubungan mereka dan langsung lega mendengar mereka sudah putus.

Ibu langsung semangat mau menyuruh Da Hyun kencan buta lagi. Tapi Da Hyun dengan cepat memotongnya. Dengan suara bergetar menahan tangis, Da Hyun meminta ibunya untuk memberinya waktu untuk menenangkan diri dulu. Dia lalu cepat-cepat menutup teleponnya dan menangis sedih.

Keesokan harinya, Jae In datang ke kantor pusat SH Grup sebagai Direktur Eksekutif baru dengan dikawal sekumpulan bodyguard. Hari demi hari terus berlalu, Jae In mulai kembali jadi dirinya yang dulu, pemimpin yang handal dan penggila kerja. Setiap hari dia menyibukkan diri dengan segudang pekerjaan dari pagi sampai pagi lagi.

Pengacara Park sampai prihatin melihatnya seperti ini. Dia sungguh sangat menyayangkan putusnya hubungan Jae In dan Da Hyun. Padahal dia mengira kalau mereka akan bisa melewati segala rintangan dan pada akhirnya menikah.

Jae In mengingatkan bahwa jika Da Hyun bersamanya, maka Da Hyun bakalan harus menjalani hidup seperti dirinya juga yang harus dikawal ke mana-mana sama sekumpulan bodyguard. Tidak ada jaminan bahwa apa yang pernah dilakukan Joo Hee pada Da Hyun, tidak akan terjadi lagi.

Da Hyun juga bakalan harus menjalani berbagai event sosial di mana dia harus selalu memperhatikan dan menjaga tata krama. Da Hyun juga bakalan harus menghadiri banyak meeting sebagai pendampingnya. Setiap tahun akan ada banyak sekali event semacam ini.

Akan ada banyak orang yang selalu mengawasi gerak-gerik Da Hyun. Para reporter juga akan selalu mengejarnya biarpun dia tidak melakukan apa pun. Da Hyun pasti tidak akan tahan hidup seperti itu.

"Tapi tetap saja, asalkan kau di sisinya..."

"Aku bahkan tidak bisa menjanjikan itu padanya."

Jika kakeknya masih terus dalam kondisi seperti itu, atau jika dia sampai meninggal dunia, maka Jae In akan bakalan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja, dan pada akhirnya Da Hyun akan sendirian sepanjang hari.

Jika Da Hyun menjadi istrinya, maka bakalan ada banyak sekali event sosial yang harus Da Hyun hadiri seorang diri. Dia tidak tega meminta Da Hyun untuk menjalani dan menanggung semua itu sendirian. Dia tidak mungkin meminta Da Hyun untuk menikah dengannya


Tak lama setelah Pengacara Park pergi, Jae In menatap nomor teleponnya Da Hyun dengan galau, antara ingin sekali meneleponnya, tapi ragu, dan akhirnya mengurungkan niatnya.


Da Hyun juga sulit melupakannya. Bahkan di sekolah, dia terus menerus melohat foto-foto kenangan mereka bersama. Salah satu guru memperhatikan Da Hyun agak pucat, namun Da Hyun bersikeras mengklaim dirinya baik-baik saja.


Dalam perjalanan pulang, tak sengaja dia menonton siaran berita tentang Jae In dan kesuksesannya dalam mengambil alih kepimpinan SH Grup. Dengan sedih dia berkomentar bahwa Jae In memang sangat kaya raya, dia tampak seperti orang berbeda.


Tapi sesampainya di rumah, Da Hyun benar-benar lemah... hingga tiba-tiba saja dia pingsan. Pada saat yang bersamaan, Hyun Jin mencoba menelepon Da Hyun tapi tidak diangkat-angkat, lama-lama dia jadi cemas, maka dia memutuskan untuk mendatangi rumah Da Hyun, tapi malah menemukan Da Hyun pingsan di lantai.


Tak lama kemudian, Hyun Jin memindahkan Da Hyun ke kasur dan berusaha mengurusnya sebaik mungkin. Sun Woo datang tak lama kemudian untuk membantunya mengurus Da Hyun. Sebenarnya Sun Woo bukan dokter yang tepat karena dia dokter gigi, tapi tetap saja seorang dokter yang punya ilmu untuk mengurus orang sakit. 

Tak lama kemudian, dia sudah menginfus Da Hyun. Kakak dan adik itu bersama-sama menjaga Da Hyun sepanjang malam. Hyun Jin kesal banget sama Jae In, haruskah dia membunuh Jae In? Sun Woo tidak setuju. Dia rasa kedua orang itu sama-sama serius dalam hubungan mereka, jadi Jae In juga pasti sama menderitanya dengan Da Hyun.

Jae In sendiri mengunjungi Kakek yang masih belum siuman. sembari berusaha menahan tangisnya, dia memberitahu Kakek bahwa dia sudah putus dengan Da Hyun.

"Apa Kakek tidak akan mengatakan apa pun? Apa Kakek tidak akan memarahiku dan mengataiku bodoh karena kehilangan dia?" 

Jae In sontak menangis saat dia berusaha memohon pada Kakek untuk memujinya bahwa dia melakukan hal yang benar, "tolong katakan bahwa segalanya akan baik-baik saja walaupun sekarang sangat sulit. Kakek, aku akan berusaha yang terbaik untuk menanggungnya."

Da Hyun masih berkeringat dingin sampai keesokan paginya. Hyun Jin yang begitu mencemaskannya, sontak mendesis kesal mengutuki Jae In. Untungnya saat itu Da Hyun akhirnya sadar juga. Da Hyun dengan mata berkaca-kaca meminta maaf karena sudah membuat Hyun Jin khawatir dan meyakinkan kalau dia baik-baik saja. 

Di tengah kesibukannya, Jae In tiba-tiba mendapat teleponn dari ibu kandungnya di Kanada yang dia panggil 'Bibi', yang memberitahunya tentang Soo Jung yang diam-diam pergi ke Korea.

Jae In pun bergegas pergi mencari Soo Jung di agensinya Ji Su yang sedang mengadakan audisi. Dia langsung menyeret Soo Jung pergi dan memaksanya untuk pulang ke Kanada, tapi Soo Jung ngotot menolak.


Sun Woo memasakkan bubur untuk Da Hyun sambil bercanda bahwa melakukan semua ini untuk Da Hyun, membuatnya merasa jadi seperti pacarnya Da Hyun. Hyun Jin sontak pasang badan melindungi Da Hyun sambil memperingatkan Sun Woo untuk tidak macam-macam sama Da Hyun selama dia pergi.

Da Hyun cepat-cepat menyela dan dengan lemah meminta mereka pergi saja, dia meyakinkan kalau dia sudah baikan kok. Hyun Jin tidak terima, dia semalaman menjaga Da Hyun, seperti inikah Da Hyun membalasnya? Da Hyun tersenyum lemah mendengarnya.

Jae In membawa Soo Jung ke hotelnya. Soo Jung langsung merengek minta tinggal bersama Jae In saja, dia tidak mau tinggal di hotel ini. Jae In tegas menolak dan memaksa Soo Jung untuk segera kembali ke Kanada.

"Apa Oppa membenciku karena aku cuma adik tirimu? Oppa berpikir kalau ayahku merebut ibumu darimu, kan?" 

"Mendengarmu mengucap kata-kata yang sangat kekanak-kanakan, kau memang harus lebih mendewasakan diri. Belajarlah lebih banyak lagi," ujar Jae In sambil mengusap sayang kepala Soo Jung lalu merangkulnya.


Tapi tepat saat itu juga, Hyun Jin mendadak muncul dan jelas salah paham melihat mereka tampak begitu mesra. Dengan nada sarkas dia menyindir Jae In yang sepertinya sudah move on padahal Da Hyun terbaring sakit.

Jae In jelas kaget mendengar Da Hyun sakit. Tapi Hyun Jin menolak mengatakan apa pun lebih jauh saking kesalnya sama Jae In. Apalagi kemudian dia mendengar Soo Jung memanggil Jae In dengan sebutan 'Oppa', yang dia pikir adalah panggilan sayang. Dia jadi semakin salah paham hingga dia dengan lantang menyatakan bahwa dia tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di hotel sialan ini.


Malam harinya, Jae In mendatangi rumah Da Hyun. Tapi dia tidak masuk, dan hanya menatap rumah rooftop Da Hyun dari bawah dan berharap agar Da Hyun tidak sakit. Tak lama kemudian, Da Hyun keluar untuk cari angin, taai saat dia menatap jalanan di bawah, Jae In sudah tidak ada.

Kakek akhirnya siuman dan langsung minta pulang, bersikeras kalau dia tidak akan mati. Jae In dan Ibu lega melihatnya sudah sadar, tapi jelas mereka tidak setuju memulangkan Kakek sekarang karena keadaan Kakek masih belum pulih sepenuhnya.

Di kantor, Jae In dan para pegawainya meeting sampai malam. Tapi setelah beberapa lama, Jae In akhirnya cukup pengertian untuk mengakhiri meeting sampai di sini dan mengizinkan mereka pulang. 

Begitu dia pergi, sontak saja para pegawai langsung mengeluhkannya seperti biasanya, mengatainya bukan manusia karena dia tidak kenal lelah dalam bekerja dan terus menerus memaksa mereka untuk bekerja sepanjang hari.

Hanya Ketua Tim Kang yang justru mengkhawatirkan Jae In. Keesokan paginya, Ketua Tim Kang mendapati Jae In masih memakai bajunya yang kemarin, yang itu artinya, dia tidak pulang semalaman. Ketua Tim Kang khawatir, kalau Jae In terus begini, bisa-bisa dia bakalan pingsan. Tapi Jae In bersikeras menyatakan dirinya baik-baik saja.

Ibunya datang tak lama kemudian untuk mengajaknya sarapan. Ibu mengaku bahwa tadi dia mampir ke rumah Jae In dan mendapati kulkasnya Jae In kosong. Ucapan Ibu itu kontan membuat Jae In jadi teringat bagaimana dulu Da Hyun juga mengomentari kulkasnya yang kosong.

Cepat-cepat menyadarkan diri dari kenangan itu, Jae In berkata bahwa itu tidak penting karena dia tidak pernah punya waktu untuk makan di rumah.

Mengalihkan topik, Ibu mencoba menjodohkannya dengan salah satu putri konglomerat. Jae In langsung menolak, dan memberitahu Ibu bahwa perusahaan keluarga wanita itu tengah mengalami masalah gugatan dari investor luar negeri, jadi mereka pasti sedang butuh uang. Jadi sebaiknya Ibu berhati-hati terhadap mereka.

Tapi saat matanya teralih ke meja di belakang Ibu, Jae In langsung sedih teringat bagaimana dulu dia pernah sarapan bersama Da Hyun di meja itu. Jae In berusaha mengontrol emosinya, dan saat itulah Ibu mulai memperhatikan ekspresinya.


Siang harinya, Jae In mengunjungi sekolahnya Da Hyun, tapi dia tidak mencari Da Hyun dan hanya menatap gedung sekolah itu dan taman bermainnya dengan sedih. 


Tak lama setelah dia pergi, Da Hyun juga duduk di depan sekolahnya, menatap taman bermainnya yang menyimpan kenangan indahnya bersama Jae In dulu. Sungguh dia berharap bahwa mereka hanya bertengkar saja, sehingga Jae In akan meneleponnya dan meminta maaf. Tapi nyatanya... tidak ada satu pun di antara mereka berdua yang bisa melakukan itu.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam