Sinopsis Something About 1% Episode 9 - Part 2


Da Hyun menghela nafas lega melihat Jae In yang datang, sepertinya dia masih ketakutan dengan kejadian waktu itu. Jae In memeluknya dari belakang sambil meyakinkan Da Hyun bahwa segalanya baik-baik saja. Da Hyun heran kenapa Jae In pulang lebih cepat.


"Aku ingin memastikan kau baik-baik saja" ujar Jae In dengan romantisnya "Dan untuk makan siang juga. Siapa tahu makanan hari ini enak"

"Aku tidak membuat bagianmu"

"Dingin sekali dan aku masih membiarkanmu tinggal di sini gratis"


Ayah Tae Ha mengajak Tae Ha makan siang bersama untuk memperlihatkan surat wasiat kakek yang didapatnya entah dari mana dan bagaimana. Ayah memberitahu bahwa surat wasiat itulah alasan Jae In mengencani wanita itu. Ayah yakin Jae In dan Da Hyun tidak serius pacaran, karena itulah Ayah menyuruh Tae Ha untuk mencoba merayu wanita itu untuk dirinya sendiri.

Tae Ha keberatan, mereka serius atau tidak, wanita itu tetaplah pacar sepupunya. Tapi Ayah memberitahu Tae Ha bahwa dalam surat wasiat itu disebutkan Jae In mendapat kesempatan pertama, jadi jika dia gagal maka Tae Ha akan punya kesempatan.


Jae In memperhatikan ada beberapa pot tanaman. Da Hyun mengaku itu hadiah darinya dan menperingatkan Jae In untuk tak lupa menyirami tanaman itu, jangan sampai membuat mereka layu.

"Kalau kau secemas itu, maka kau datang saja dan sirami mereka sendiri"

Jae In memberitahu Da Hyun kalau dia sedang merenovasi rumah Da Hyun dan bertanya apakah ada sesuatu yang ingin Da Hyun perbaiki. Da Hyun heran mendengarnya karena dia kira kalau Jae In hanya akan memasang kunci tambahan di pintunya.

Jae In berkata kalau dia memang sedang memasang sistem keamanan sekaligus renovasi interior. Da Hyun merasa itu tidak perlu. Itu kan cuma apartemen rooftop. Lagipula itu bukan rumahnya, dia cuma nyewa.

"Aku sudah membeli rumah itu" ujar Jae In

Da Hyun langsung tersedak saking kagetnya. Jae In beralasan kalau dia membelinya karena saat dia minta izin ke pemilik rumah untuk memasang sistem keamanan, pemilik rumah malah menyuruhnya untuk membeli tempat itu. Tetap saja Da Hyun tidak mengerti kenapa Jae In membelinya begitu saja, katanya dia belum seberapa kaya.

Jae In berkata kalau dia sudah menyelidiki area rumah itu dan ternyata letaknya cukup strategis. Jadi dia memutuskan untuk membelinya sebagai investasi yang nantinya bisa dia rubah dan jual kembali dengan mudah di kemudian hari.

"Wah, jadi orang kaya itu pasti enak sekali!" sindir Da Hyun


Setelah makan, Da Hyun mau langsung mau pergi menemui Ji Soo. Tapi Jae In melarangnya pergi dan mengingatkan Da Hyun bahwa sekarang adalah gilirannya memilih tempat kencan lalu menyeret Da Hyun keluar.


Jae In membawa Da Hyun ke bar dan bertemu Pengacara Park di sana. Saat Pengacara park mengomentari baju Da Hyun yang tidak seseksi yang waktu itu, Jae In langsung menbentaknya dengan kesal. Joo Hee juga ada di sana dan langsung menyapa Jae In dengan sok akrab dan bertanya siapa Da Hyun.

Jae In berkata kalau Joo Hee tidak perlu tahu. Tapi karena Joo Hee langsung memperkenalkan dirinya sendiri, Da Hyun terpaksa harus membalas sapaannya dan memperkenalkan dirinya. Berusaha mencairkan situasi yang tak mengenakkan ini, Pengacara Park menawari Jae In minum. Tapi Jae In menolak karena dia harus menyetir.


Jae In menawari Da Hyun, tapi Da Hyun juga menolak sambil bergumam lirih bahwa dia tidak boleh mabuk hari ini. Joo Hee minta bicara berdua dengan Pengacara Park sementara Jae In menuang alkohol untuk Da Hyun sambil berkata "Tidak apa-apa kalau kau membuat pengakuan padaku lagi seperti yang kau lakukan malam itu"

"Kau bilang apa? Aku tidak ingat apa-apa" Da Hyun berbohong dan Jae In juga tak percaya.


Joo Hee bertanya siapa wanita itu. Pengacara park berkata bahwa dia adalah pacarnya Jae In dan mereka serius jadi sebaiknya Joo Hee tidak menjadi penghalang diantara mereka. Joo Hee tersenyum sinis mendengarnya, kenapa Jae In mengencani wanita seperti itu?

"Dia mungkin mencintainya" ujar Pengacara Park.


Jae In tiba-tiba ditelepon Ketua Tim Kang. Jae In keluar untuk menerima telepon yang mengabarkan bahwa pencuri rumah Da Hyun sudah ditangkap. Tapi masalahnya, tidak ada satupun yang dicuri dari rumah Da Hyun dan si pencuri itu juga tidak terlihat dalam rekaman CCTV manapun. Jae In akhirnya memerintahkan Ketua Tim Kang untuk mencari tahu kapan rapat para pemegang saham SH Mall diadakan.


Saat Da Hyun ke toilet, Joo Hee mendekatinya dan menyapanya dengan keramahtamahan palsu. Dengan gaya sok bersimpati dia memberitahu Da Hyun bahwa Jae In adalah tipe cowok yang tidak memperlakukan wanita dengan baik. Dia maklum kalau Da Hyun menyukainya karena Jae In orang yang royal dalam masalah uang, tampan dan berasal dari keluarga berada.

Dia memperingatkan Da Hyun untuk tidak terperangkap dalam perasaannya karena Jae In sebenarnya tidak tulus pada Da Hyun. Melihat pakaian Da Hyun, Joo Hee langsung berkomentar sinis, menilai seleranya Jae In sekarang berubah jadi jembel.


Da Hyun begitu terperangah mendengar komentar sinis itu sampai tidak bisa berkata-kata. Baru setelah Joo Hee keluar Da Hyun menggerutu kesal "Dia menyukai jembel, tahu! Aaaah! Kenapa aku tidak mengatakan itu di depan mukanya! Dasar bego! Cih! Dan dia (Jae In) bilang kalau tidak ada apapun diantara mereka!"


Keluar dari toilet, Joo Hee duduk di samping Jae In dan langsung mengelus-elus lengan Jae In sambil berkata kalau dia mau mengadakan pameran di hotelnya Jae In. Da Hyun keluar dari toilet saat itu dan langsung kesal melihat kedekatan mereka.

Dia langsung mendekati mereka dan minta pulang. Da Hyun ngambek sepanjang perjalanan dan terus menatap keluar jendela mobil. Jae In bertanya ada apa, tapi Da Hyun cuek lalu pura-pura tidur.


Setibanya di depan rumah, Jae In menarik Da Hyun dan memerangkapnya diantara dirinya dan mobil. Dia langsung menuntut Da Hyun untuk bicara tentang apa yang membuatnya jadi semarah ini, tapi Da Hyun malah pura-pura tersenyum lebar. Jae In sampai kebingungan sendiri melihat senyum gila Da Hyun.


"Jae In-ah~~~ Lee Jae In~~~" panggil Da Hyun dengan suara imut dibuat-buat menirukan suara Joo Hee "Bilang pada wanita itu untuk tidak memanggilmu dengan cara seperti itu"

"Wanita siapa?"

"Joo Hee atau siapalah itu. Wanita yang kau temui setiap pagi"

Da Hyun protes karena sekarang dia harus memanggil Sun Woo dengan sebutan ahjussi gara-gara Jae In, dia bahkan tidak bisa memanggil Ji Soo dengan nyaman sekarang. Jadi biar adil, wanita itu juga tidak boleh memanggil Jae In seperti itu.


Jae In tersenyum kecil mendengar kemarahan Da Hyun "Apa kau cemburu?"

Da Hyun langsung canggung "Begitukah?... mungkin"

Tapi hal itu malah membuatnya jadi semakin marah dan langsung masuk ke rumah dengan langkah kesal. Jae In senang melihat kecemburuan Da Hyun. Da Hyun cute sekali bahkan sekalipun sedang marah dan mengumpat. Da Hyun terus menggerutu kesal, apalagi saat Jae In bukannya langsung masuk, malah memencet bel.

 

Da Hyun membuka pintu dengan kesal dan bertanya apa Jae In bahkan tidak ingat dengan passcode rumahnya sendiri. Jae In mengaku ingat, dia sengaja memencet bel karena dia ingin tahu bagaimana rasanya dibukakan pintu oleh seseorang. Pfft!


Da Hyun meminum sebotol air putih untuk meredakan emosinya lalu duduk bersama Jae In di ruang tamu. Setelah ikut meminum sebotol air itu, Jae In meyakinkan Da Hyun untuk tidak usah mencemaskan Joo Hee, lagipula dia bukan tipe pria yang akan menemui sembarang wanita.

"Aku tidak cemas. Hanya... kesal saja. Dan asal kau tahu saja, ada banyak sekali pria yang berkata kalau mereka menyukaiku"

Jae In langsung curiga, apa Tae Ha sudah menghubungi Da Hyun. Da Hyun bingung, siapa itu Te Ha. Jae In lega ternyata bukan Te Ha dan menolak menjawab tentang Te Ha. Tapi siapa pria yang berkata kalau dia menyukai Da Hyun itu.

Da Hyun mengaku tak tahu namanya, hanya saja pria itu menanyakan nomor ponselnya. Selain itu orang-orang selalu menyuruhnya untuk kencan buta. Kesal, Jae In mengancam, kalau Da Hyun sampai melakukan kencan buta maka dia akan menggendong seorang anak dan menyuruh anak itu untuk memanggil Da Hyun sebagai ibu. Intinya Da Hyun tidak boleh bertemu dengan pria manapun.


"Kenapa kau selalu melarangku melakukan sesuatu padahal kau yang berkeliaran menemui wanita lain"

"Siapa yang kau bicarakan? Siapa yang menemui wanita lain?"

"Siapa lagi? Jae In-ah~~~ tentu saja kau. Kau mungkin memeluknya makanya kosmetiknya nempel di bajumu. Aish! Aku jadi semakin marah memikirkan hal itu saat aku sedang sadar"

Jae In tiba-tiba tersenyum licik "Kau sedang sadar?"

"Aku tidak minum"


Mendengar itu, Jae In tiba-tiba mendekat dan mencium Da Hyun mesra. Jae In cepat-cepat menarik diri sambil berkata bahw sebaiknya dia pergi sekarang, jika tidak maka dia tidak akan bisa mengontrol dirinya. Jae In pun pergi, meninggalkan Da Hyun yang masih membeku di sana.


Saat akhirnya dia bisa menguasai diri, dia langsung memeluk bantal sambil mesam-mesem "Kurasa kau juga bisa mabuk gara-gara air putih"


Di kantor, Jae In termenung menatap data nilai saham SH Mall dan SH Hotel yang berfluktuasi. Dia jadi penasaran ulah siapa ini. Ketua Tim Kang melapor bahwa masalah ini sedang diawasi dengan ketat oleh kantor pusat.

Kalau begitu Jae In menduga kalau Kakeknya pasti sudah mendapat laporan ini... atau mungkin sudah mengetahuinya. Ketua Tim Kang langsung membela Kakek, dia bukan orang yang melakukan ini. Tapi Jae In tak yakin dan menyarankan Ketua Tim Kang untuk tidak terlalu mempercayai kakeknya.


Ketua Tim Kang langsung pergi membawa laporan ini ke Kakek. Kakek mempercayai insting Jae In, jika hal ini menarik perhatian Jae In maka sudah pasti ada yang tidak beres. Kakek langsung memerintahkan Ketua Tim Kang untuk mencari tahu siapa pelaku yang berani macam-macam dengan SH Group ini.


Jae In mendapat kabar kalau renovasi rumah Da Hyun sudah selesai, jadi sekarang dia membawa Da Hyun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Da Hyun mencoba membuka kunci rumahnya tapi tidak terbuka. Melihat Da Hyun tidak memperhatikan sistem sekuriti baru yang terpasang di pintunya, Jae In menuntun jari Da Hyun ke mesin pemindai sidik jari.


Da Hyun akhirnya masuk sambil terkagum-kagum dengan sistem keamanan rumahnya yang sekarang jadi canggih. Tapi yang lebih mengejutkan, interior rumahnya banyak yang diganti. Tapi Da Hyun malah menggerutu tak senang, kenapa Jae In mengganti furniture rumahnya?

"Karena semua itu sudah tua" jawab Jae In

Tapi kemudian dia menemukan posternya Ji Soo di mejanya. Jae In langsung meremasnya dengan kesal "Kenapa mereka tidak membuang ini sekalian? Kenapa? Kenapa? kenapa?"


Da Hyun langsung panik menyelamatkan poster itu. Jae In mengaku kalau dia cemburu, jadi Da Hyun buang saja barang itu. Dia tidak suka Da Hyun menggantung foto pria lain di rumahnya.

"Ini bukan pria lain. Ini Ji Soo..."

"Terserah, pokoknya aku tidak suka"


Malam harinya, Jae In kembali ke rumahnya yang sekarang kosong. Dia makin murung saat dia masuk ke kamar tidurnya yang pernah dipakai Da Hyun.

Di apartemennya sendiri, Da Hyun menatap interior barunya dengan tak nyaman. Dia merasa aneh sendiri karena tidak bisa terbiasa dengan interior baru itu. Berbaring di tempat tidur masing-masing, mereka sama-sama tidak bisa memejamkan mata.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam