Da Hyun menghela nafas lega melihat Jae In yang datang, sepertinya dia
masih ketakutan dengan kejadian waktu itu. Jae In memeluknya dari
belakang sambil meyakinkan Da Hyun bahwa segalanya baik-baik saja. Da
Hyun heran kenapa Jae In pulang lebih cepat.
"Aku ingin memastikan kau baik-baik saja" ujar Jae In dengan romantisnya
"Dan untuk makan siang juga. Siapa tahu makanan hari ini enak"
"Aku tidak membuat bagianmu"
"Dingin sekali dan aku masih membiarkanmu tinggal di sini gratis"
Ayah Tae Ha mengajak Tae Ha makan siang bersama untuk memperlihatkan
surat wasiat kakek yang didapatnya entah dari mana dan bagaimana. Ayah
memberitahu bahwa surat wasiat itulah alasan Jae In mengencani wanita
itu. Ayah yakin Jae In dan Da Hyun tidak serius pacaran, karena itulah
Ayah menyuruh Tae Ha untuk mencoba merayu wanita itu untuk dirinya
sendiri.
Tae Ha keberatan, mereka serius atau tidak, wanita itu tetaplah pacar
sepupunya. Tapi Ayah memberitahu Tae Ha bahwa dalam surat wasiat itu
disebutkan Jae In mendapat kesempatan pertama, jadi jika dia gagal maka
Tae Ha akan punya kesempatan.
Jae In memperhatikan ada beberapa pot tanaman. Da Hyun mengaku itu
hadiah darinya dan menperingatkan Jae In untuk tak lupa menyirami
tanaman itu, jangan sampai membuat mereka layu.
"Kalau kau secemas itu, maka kau datang saja dan sirami mereka sendiri"
Jae In memberitahu Da Hyun kalau dia sedang merenovasi rumah Da Hyun dan
bertanya apakah ada sesuatu yang ingin Da Hyun perbaiki. Da Hyun heran
mendengarnya karena dia kira kalau Jae In hanya akan memasang kunci
tambahan di pintunya.
Jae In berkata kalau dia memang sedang memasang sistem keamanan
sekaligus renovasi interior. Da Hyun merasa itu tidak perlu. Itu kan
cuma apartemen rooftop. Lagipula itu bukan rumahnya, dia cuma nyewa.
"Aku sudah membeli rumah itu" ujar Jae In
Da Hyun langsung tersedak saking kagetnya. Jae In beralasan kalau dia
membelinya karena saat dia minta izin ke pemilik rumah untuk memasang
sistem keamanan, pemilik rumah malah menyuruhnya untuk membeli tempat
itu. Tetap saja Da Hyun tidak mengerti kenapa Jae In membelinya begitu
saja, katanya dia belum seberapa kaya.
Jae In berkata kalau dia sudah menyelidiki area rumah itu dan ternyata
letaknya cukup strategis. Jadi dia memutuskan untuk membelinya sebagai
investasi yang nantinya bisa dia rubah dan jual kembali dengan mudah di
kemudian hari.
"Wah, jadi orang kaya itu pasti enak sekali!" sindir Da Hyun
Setelah makan, Da Hyun mau langsung mau pergi menemui Ji Soo. Tapi Jae
In melarangnya pergi dan mengingatkan Da Hyun bahwa sekarang adalah
gilirannya memilih tempat kencan lalu menyeret Da Hyun keluar.
Jae In membawa Da Hyun ke bar dan bertemu Pengacara Park di sana. Saat
Pengacara park mengomentari baju Da Hyun yang tidak seseksi yang waktu
itu, Jae In langsung menbentaknya dengan kesal. Joo Hee juga ada di sana
dan langsung menyapa Jae In dengan sok akrab dan bertanya siapa Da
Hyun.
Jae In berkata kalau Joo Hee tidak perlu tahu. Tapi karena Joo Hee
langsung memperkenalkan dirinya sendiri, Da Hyun terpaksa harus membalas
sapaannya dan memperkenalkan dirinya. Berusaha mencairkan situasi yang
tak mengenakkan ini, Pengacara Park menawari Jae In minum. Tapi Jae In
menolak karena dia harus menyetir.
Jae In menawari Da Hyun, tapi Da Hyun juga menolak sambil bergumam lirih
bahwa dia tidak boleh mabuk hari ini. Joo Hee minta bicara berdua
dengan Pengacara Park sementara Jae In menuang alkohol untuk Da Hyun
sambil berkata "Tidak apa-apa kalau kau membuat pengakuan padaku lagi
seperti yang kau lakukan malam itu"
"Kau bilang apa? Aku tidak ingat apa-apa" Da Hyun berbohong dan Jae In juga tak percaya.
Joo Hee bertanya siapa wanita itu. Pengacara park berkata bahwa dia
adalah pacarnya Jae In dan mereka serius jadi sebaiknya Joo Hee tidak
menjadi penghalang diantara mereka. Joo Hee tersenyum sinis
mendengarnya, kenapa Jae In mengencani wanita seperti itu?
"Dia mungkin mencintainya" ujar Pengacara Park.
Jae In tiba-tiba ditelepon Ketua Tim Kang. Jae In keluar untuk menerima
telepon yang mengabarkan bahwa pencuri rumah Da Hyun sudah ditangkap.
Tapi masalahnya, tidak ada satupun yang dicuri dari rumah Da Hyun dan si
pencuri itu juga tidak terlihat dalam rekaman CCTV manapun. Jae In
akhirnya memerintahkan Ketua Tim Kang untuk mencari tahu kapan rapat
para pemegang saham SH Mall diadakan.
Saat Da Hyun ke toilet, Joo Hee mendekatinya dan menyapanya dengan
keramahtamahan palsu. Dengan gaya sok bersimpati dia memberitahu Da Hyun
bahwa Jae In adalah tipe cowok yang tidak memperlakukan wanita dengan
baik. Dia maklum kalau Da Hyun menyukainya karena Jae In orang yang
royal dalam masalah uang, tampan dan berasal dari keluarga berada.
Dia memperingatkan Da Hyun untuk tidak terperangkap dalam perasaannya
karena Jae In sebenarnya tidak tulus pada Da Hyun. Melihat pakaian Da
Hyun, Joo Hee langsung berkomentar sinis, menilai seleranya Jae In
sekarang berubah jadi jembel.
Da Hyun begitu terperangah mendengar komentar sinis itu sampai tidak
bisa berkata-kata. Baru setelah Joo Hee keluar Da Hyun menggerutu kesal
"Dia menyukai jembel, tahu! Aaaah! Kenapa aku tidak mengatakan itu di
depan mukanya! Dasar bego! Cih! Dan dia (Jae In) bilang kalau tidak ada
apapun diantara mereka!"
Keluar dari toilet, Joo Hee duduk di samping Jae In dan langsung
mengelus-elus lengan Jae In sambil berkata kalau dia mau mengadakan
pameran di hotelnya Jae In. Da Hyun keluar dari toilet saat itu dan
langsung kesal melihat kedekatan mereka.
Dia langsung mendekati mereka dan minta pulang. Da Hyun ngambek
sepanjang perjalanan dan terus menatap keluar jendela mobil. Jae In
bertanya ada apa, tapi Da Hyun cuek lalu pura-pura tidur.
Setibanya di depan rumah, Jae In menarik Da Hyun dan memerangkapnya
diantara dirinya dan mobil. Dia langsung menuntut Da Hyun untuk bicara
tentang apa yang membuatnya jadi semarah ini, tapi Da Hyun malah
pura-pura tersenyum lebar. Jae In sampai kebingungan sendiri melihat
senyum gila Da Hyun.
"Jae In-ah~~~ Lee Jae In~~~" panggil Da Hyun dengan suara imut
dibuat-buat menirukan suara Joo Hee "Bilang pada wanita itu untuk tidak
memanggilmu dengan cara seperti itu"
"Wanita siapa?"
"Joo Hee atau siapalah itu. Wanita yang kau temui setiap pagi"
Da Hyun protes karena sekarang dia harus memanggil Sun Woo dengan
sebutan ahjussi gara-gara Jae In, dia bahkan tidak bisa memanggil Ji Soo
dengan nyaman sekarang. Jadi biar adil, wanita itu juga tidak boleh
memanggil Jae In seperti itu.
Jae In tersenyum kecil mendengar kemarahan Da Hyun "Apa kau cemburu?"
Da Hyun langsung canggung "Begitukah?... mungkin"
Tapi hal itu malah membuatnya jadi semakin marah dan langsung masuk ke
rumah dengan langkah kesal. Jae In senang melihat kecemburuan Da Hyun.
Da Hyun cute sekali bahkan sekalipun sedang marah dan mengumpat. Da Hyun
terus menggerutu kesal, apalagi saat Jae In bukannya langsung masuk,
malah memencet bel.
Da Hyun membuka pintu dengan kesal dan bertanya apa Jae In bahkan tidak
ingat dengan passcode rumahnya sendiri. Jae In mengaku ingat, dia
sengaja memencet bel karena dia ingin tahu bagaimana rasanya dibukakan
pintu oleh seseorang. Pfft!
Da Hyun meminum sebotol air putih untuk meredakan emosinya lalu duduk
bersama Jae In di ruang tamu. Setelah ikut meminum sebotol air itu, Jae
In meyakinkan Da Hyun untuk tidak usah mencemaskan Joo Hee, lagipula dia
bukan tipe pria yang akan menemui sembarang wanita.
"Aku tidak cemas. Hanya... kesal saja. Dan asal kau tahu saja, ada banyak sekali pria yang berkata kalau mereka menyukaiku"
Jae In langsung curiga, apa Tae Ha sudah menghubungi Da Hyun. Da Hyun
bingung, siapa itu Te Ha. Jae In lega ternyata bukan Te Ha dan menolak
menjawab tentang Te Ha. Tapi siapa pria yang berkata kalau dia menyukai
Da Hyun itu.
Da Hyun mengaku tak tahu namanya, hanya saja pria itu menanyakan nomor
ponselnya. Selain itu orang-orang selalu menyuruhnya untuk kencan buta.
Kesal, Jae In mengancam, kalau Da Hyun sampai melakukan kencan buta maka
dia akan menggendong seorang anak dan menyuruh anak itu untuk memanggil
Da Hyun sebagai ibu. Intinya Da Hyun tidak boleh bertemu dengan pria
manapun.
"Kenapa kau selalu melarangku melakukan sesuatu padahal kau yang berkeliaran menemui wanita lain"
"Siapa yang kau bicarakan? Siapa yang menemui wanita lain?"
"Siapa lagi? Jae In-ah~~~ tentu saja kau. Kau mungkin memeluknya makanya
kosmetiknya nempel di bajumu. Aish! Aku jadi semakin marah memikirkan
hal itu saat aku sedang sadar"
Jae In tiba-tiba tersenyum licik "Kau sedang sadar?"
"Aku tidak minum"
Mendengar itu, Jae In tiba-tiba mendekat dan mencium Da Hyun mesra. Jae
In cepat-cepat menarik diri sambil berkata bahw sebaiknya dia pergi
sekarang, jika tidak maka dia tidak akan bisa mengontrol dirinya. Jae In
pun pergi, meninggalkan Da Hyun yang masih membeku di sana.
Saat akhirnya dia bisa menguasai diri, dia langsung memeluk bantal
sambil mesam-mesem "Kurasa kau juga bisa mabuk gara-gara air putih"
Di kantor, Jae In termenung menatap data nilai saham SH Mall dan SH
Hotel yang berfluktuasi. Dia jadi penasaran ulah siapa ini. Ketua Tim
Kang melapor bahwa masalah ini sedang diawasi dengan ketat oleh kantor
pusat.
Kalau begitu Jae In menduga kalau Kakeknya pasti sudah mendapat laporan
ini... atau mungkin sudah mengetahuinya. Ketua Tim Kang langsung membela
Kakek, dia bukan orang yang melakukan ini. Tapi Jae In tak yakin dan
menyarankan Ketua Tim Kang untuk tidak terlalu mempercayai kakeknya.
Ketua Tim Kang langsung pergi membawa laporan ini ke Kakek. Kakek
mempercayai insting Jae In, jika hal ini menarik perhatian Jae In maka
sudah pasti ada yang tidak beres. Kakek langsung memerintahkan Ketua Tim
Kang untuk mencari tahu siapa pelaku yang berani macam-macam dengan SH
Group ini.
Jae In mendapat kabar kalau renovasi rumah Da Hyun sudah selesai, jadi
sekarang dia membawa Da Hyun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah,
Da Hyun mencoba membuka kunci rumahnya tapi tidak terbuka. Melihat Da
Hyun tidak memperhatikan sistem sekuriti baru yang terpasang di
pintunya, Jae In menuntun jari Da Hyun ke mesin pemindai sidik jari.
Da Hyun akhirnya masuk sambil terkagum-kagum dengan sistem keamanan
rumahnya yang sekarang jadi canggih. Tapi yang lebih mengejutkan,
interior rumahnya banyak yang diganti. Tapi Da Hyun malah menggerutu tak
senang, kenapa Jae In mengganti furniture rumahnya?
"Karena semua itu sudah tua" jawab Jae In
Tapi kemudian dia menemukan posternya Ji Soo di mejanya. Jae In langsung
meremasnya dengan kesal "Kenapa mereka tidak membuang ini sekalian?
Kenapa? Kenapa? kenapa?"
Da Hyun langsung panik menyelamatkan poster itu. Jae In mengaku kalau
dia cemburu, jadi Da Hyun buang saja barang itu. Dia tidak suka Da Hyun
menggantung foto pria lain di rumahnya.
"Ini bukan pria lain. Ini Ji Soo..."
"Terserah, pokoknya aku tidak suka"
Malam harinya, Jae In kembali ke rumahnya yang sekarang kosong. Dia
makin murung saat dia masuk ke kamar tidurnya yang pernah dipakai Da
Hyun.
Di apartemennya sendiri, Da Hyun menatap interior barunya dengan tak
nyaman. Dia merasa aneh sendiri karena tidak bisa terbiasa dengan
interior baru itu. Berbaring di tempat tidur masing-masing, mereka
sama-sama tidak bisa memejamkan mata.
1 Comments
dtunggu lanjutannya....
ReplyDeleteMaksih mba Imma...semangat...
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam