"Pernahkah kau bertanya-tanya apa yang akan terjadi padamu di masa
depan? Saat aku berusia 18 tahun, aku tak pernah berpikir sesuatu
seperti ini akan terjadi di kehidupan nyata." Itulah narasi sang tokoh
utama kita.
Dia memperkenalkan dirinya adalah Dong Shan Cai. Gadis 18 tahun biasa
yang berharap bisa masuk Universitas Ming - Fakultas Gizi. Karena dia
ingin membantu memperluas bisnis katering ibunya dan membuat lebih
banyak orang bisa menikmati masakan ibunya.
Hari itu, dia menemani ibunya belanja ikan di pasar dan hubungan mereka
tampak sangat akrab. Dia memberi tahu kita bahwa ibunya sangat sehat dan
memiliki pandangan hidup yang optimis.
"Kurasa, aku sangat mirip dengannya."
Ibunya memiliki bisnis katering dan sejak kecil, dia suka sekali makan
masakan ibunya. Baginya, makan bersama di meja makan adalah hal yang
terbaik.
Selesai menemani Ibu ke pasar, sekarang Shan Chai pergi mengantarkan
makan siang ke kantor ayahnya yang bekerja sebagai manajer logistik. Ia
seorang suami dan ayah yang baik dan mencintai keluarganya.
Shan Cai juga bekerja paruh waktu di sebuah tea shop bersama teman
SMA-nya, Xiao You. Mereka berdua mulai bekerja di tea shop ini setelah
mengikuti ujian masuk universitas.
Namun hari itu mereka mendadak tegang karena hasil pengumuman ujian
keluar hari ini. Dengan gugup mereka saling menutup mata masing-masing
sambil menyodorkan ponsel pada satu sama lain.
Dalam hitungan ketiga, mereka saling melihat hasil ujian satu sama lain
dan ternyata mereka sama-sama lulus. Xiao You sendiri masuk ke
Departemen Kebudayaan Ladang di Chaoyang. Kedua gadis itu sontak saling
berpelukan bahagia.
Orang tua Shan Cai langsung mengadakan pesta besar untuk putri mereka
dengan mengundang guru-gurunya Shan Cai yang telah berjasa mendidik
putri mereka.
Shan Cai tidak sendirian di kampus itu, teman akrabnya - Chen Qing He, juga berhasil masuk universitas yang sama.
Saat mereka berkeliling kampus baru mereka yang sangat megah hari itu,
mereka bertemu dengan seorang teman sekolah mereka yang lain, Li Zhen.
Qing He ingat siapa Li Zhen, dia gadis pendiam yang berhasil mendapat
nilai terbaik.
Saat Li Zhen mengomentari keakraban hubungan Shan Cai dan Qing He, Qing He langsung membangga-banggakan masalah itu.
Dari ucapannya jelas dia ada rasa pada Shan Cai, dia bahkan
terang-terangan mengaku kalau dia mendaftar di universitas yang sama
dengan Shan Cai karena dia tidak mau pisah dari Shan Cai. Dia bahkan tak
peduli apapun jurusan yang diambilnya. Toh, nantinya dia akan mengambil
alih pabrik pengolahan pisang milik keluarganya.
"Pisang sangat enak. Mereka sangat bergizi dan lezat." Komentar Shan Cai
"Benar. Dan yang paling penting. Mereka tidak pernah kesepian." Timpal Qing He
"Kesepian?"
"Karena pisang selalu berkeliaran di tandannya!" Seru kedua sahabat itu serempak.
"Kalian sangat cocok."
"Tentu saja. Apapun yang terjadi, aku akan menjadi teman sekelas Shan Cai lagi."
Li Zhen sungguh bersyukur ada orang yang dia kenal di sini. Kalau tidak,
dia pasti akan kesepian sendirian. Shan Cai juga senang. Mulai
sekarang, mereka akan menjadi teman terbaik selama 4 tahun ke depan.
Keesokan harinya adalah hari pertama mereka orientasi dan Shan Cai
hampir saja terlambat tiba di aula. Acara hari itu diawali oleh pidato
penyambutan Mr. Bobbit, seorang pembicara tamu dari Universitas
Pennsylvania. Dan selama ia berpidato, Shan Cai diam-diam memotretinya.
Usai acara, Shan Cai langsung menunjukkan hasil jepretan foto-fotonya
tadi pada Li Zhen. Li Zhen lalu meminta Shan Cai untuk mengirimkan salah
satu foto karena dia mau membuat emoji ultah, dua hari lagi dia akan
ultah.
Mereka asyik ngobrol sambil jalan tanpa menyadari kerumunan cewek-cewek
yang jerit-jerit heboh bak sekumpulan fansgirl mengerubungi idola
mereka.
Gara-gara tidak lihat jalan, Shan Cai jadi tak sengaja menubruk kawanan
cewek-cewek heboh itu sampai membuat ponselnya terlepas dari tangannya
dan terjatuh ke lantai.
Parahnya lagi, dia malah melihat ponselnya tertendang kesana-kemari.
Shan Cai merangkak, bahkan ngesot demi mendapatkan ponselnya kembali.
Tepat saat tangannya tinggal seinci lagi dari ponselnya, seseorang
bersepatu kulit buaya hijau mendadak muncul menginjak ponselnya sampai
retak.
Si pemilik sepatu hijau itu sepertinya tidak menyadari perbuatannya
sama sekali dan terus ngeloyor pergi, meninggalkan Shan Cai yang cuma
bisa membeku di lantai.
Ponselnya jadi rusak gara-gara itu. Tapi saat dia bangkit, tempat itu
sudah sepi dan kerumunan cewek-cewek tadi sudah turun mengikuti para
idola mereka. Shan Cai memperhatikan ada dua cewek berpita yang juga
ikut dalam grup fansgirl itu.
Kesal, Shan Cai langsung lari mengejar mereka. Tapi terlambat, mereka
sudah menghilang entah ke mana saat Shan Cai tiba di luar gedung.
Tak menyerah begitu saja, Shan Cai terus berusaha mencari-cari
keberadaan si pemilik sepatu hijau... hingga akhirnya dia melihat
beberapa orang berkumpul agak jauh darinya. Dia melihat dua cewek
berpita tadi ada di sana juga.
Dengan penuh emosi, Shan Cai menghampiri kerumunan itu untuk melabrak
orang yang mereka kerumuni. Tapi baru juga mencengkeram pundak orang
itu, tiba-tiba dia cekal seorang bodyguard. Yang tak disangkanya, orang
yang hendak dia labrak itu ternyata Mr. Bobbit. Si pemilik sepatu hijau
juga ada di sana, tapi Shan Cai tak bisa melihat wajahnya.
Gara-gara kejadian itu, Shan Cai jadi diomeli pak dekan dan jadi buah
bibir para mahasiswa lainnya. Saat Qing He mendengar kabar itu, dia
heran kenapa Shan Cai menyerang Mr. Bobbit?
"Aku tidak ingin menyerangnya. Aku mencoba mencari seorang anggota F4
yang memakai sepatu hijau. Salah satu dari mereka menginjak ponselku
sampai rusak."
"F4? Siapa itu F4?"
Ah, Qing He ingat. Apa mungkin mereka yang kemarin dikerubungi banyak cewek itu? Sepertinya mereka sangat populer.
Seorang mahasiswi mendadak muncul dan ikutan nimbrung memberitahu mereka
bahwa F4 adalah senior yang sangat populer. Mahasiswi itu
memperkenalkan dirinya adalah Guo Cai Jie, jurusan jurnalisme. Shan Cai
penasaran kenapa F4 sangat populer?
"Mereka adalah empat siswa senior di Mingde. Tinggi mereka rata-rata
185. Mereka semua sangat tampan, berbakat, dan ramah. Yang terpenting,
di kampus, mereka unggul di bidangnya masing-masing." Ujar Cai Jie.
F4 terdiri dari: Hua Ze Lei - jurusan musik, Xi Men, Mei Zuo dan Daoming Si sama-sama jurusan administrasi bisnis.
Keempat pria itu menarik banyak perhatian di kampus. Mereka selalu
mendapatkan beasiswa terbaik dan semuanya menguasai setidaknya tiga
bahasa. Bukan cuma pintar, selera mereka juga tinggi. Walaupun mereka
kelihatan kayak playboy, tapi mereka menghormati wanita.
Hubungan mereka sangat dekat karena mereka sudah bersahabat sejak kecil.
Hampir mustahil bari orang baru untuk bergabung dengan mereka.
Karena itulah, F4 selalu sangat misterius di Mingde. Para gadis
mencintai mereka dan para pria iri ingin membuktikan bahwa mereka lebih
baik dari F4. Mereka bahkan menantang f4 untuk membuktikan mereka lebih
populer dan lebih menarik dari f4.
"Tantangan? Bagaimana mereka menantang mereka?" Tanya Shan Cai sembari mengikuti Cai Jie entah ke mana.
"Dengan
'Bridge'." Ujar Cai Jie.
"Bridge? Apa itu bridge?"
Cai Jie menjelaskan bahwa bridge adalah permainan kartu internasional
yang elegan dan berkelas. Permainan yang kompetitif, membutuhkan
ketrampilan dan kerja sama.
F4 itu bukan cuma bintang di Mingde, tapi juga bintang di dunia Bridge.
Jadi siapapun yang ingin mengalahkan F4, mereka harus benar-benar
pintar. Tapi sejak F4 mendirikan klub Bridge, tak ada yang bisa
mengalahkan mereka. Keempat anggota F4 memiliki kekuatan yang berbeda
saat bermain Bridge.
Mei Zhuo adalah seorang yang artistik, dia penyuka sastra dan seni. Di
meja Bridge, dia memiliki ingatan yang luar biasa. Dia tidak pernah
melupakan apapun. Dia juga humoris. Biasanya pertahanan lawan-lawannya
jadi melemah setelah mendengarkan lelucon Mei Zuo.
Sedangkan Xi Men, dia orang yang halus dan berhati-hati. Keluarganya
mengagumi teh dan dia sangat terampil dalam seni teh. Di meja Bridge,
dia ahli strategi. Dia pintar memainkan permainan pikiran. Bahkan
lawannya sering kali tidak tahu bagaimana mereka kalah. Mereka
menyebutnya
'Dewa Pertempuran'.
Hua Ze Lei adalah seorang pemusik jenius. Dia memiliki titi nada
sempurna dan memainkan banyak instrumen dan selalu mendapatkan banya
beasiswa musik setiap tahun.
Di meja Bridge, dia selalu bermain dengan tenang. Beberapa orang berkata
kalau dia memiliki mata laser yang bisa melihat tipu daya orang lain.
Mereka bilang bahwa saat lawan melihat senyum Hua Ze Lei, mereka akan
menyerahkan kartu terbaik mereka.
Dan terakhir adalah ketua mereka, Daoming Si. Dia berbakat di bidang
keuangan. Saat berusia 18 tahun, Daoming Si berhasil mendapatkan satu
juta yuan melalui sekuritas perdagangan. Hal itulah yang membuatnya jadi
legenda di sekolah bisnis Mingde.
Saat bermain di meja Bridge, dia sangat agresif. Beberapa orang duduk
dan takut membuat kesalahan hingga membuat mereka gagal memanfaatkan
kartu terbaik mereka dan menyesal.
Keempat orang itu telah banyak memenangkan penghargaan Bridge untuk sekolah. Kampus benar-benar bangga pada mereka.
Tapi Shan Cai tetap keukeuh dengan pendiriannya. Biarpun mereka pintar
main kartu, mereka tetap harus minta maaf jika merusak ponsel orang.
Qing He setuju. Dia bahkan bertekad akan menantanga dan mengalahkan
mereka jika mereka tidak mau minta maaf.
Cai Jie memperingatkan mereka bahwa menantang F4 itu tidak mudah. Mereka
harus mendapatkan kartu joker lebih dulu, kartu itu adalah undangan
tantangan F4. Ada banyak sekali orang yang ingin menantang mereka,
makanya F4 membuat aturan ini.
Siapapun yang ingin menantang F4, harus menemukan peluang untuk
memberitahu F4 bahwa mereka menginginkan tantangan. Jika F4 yakin orang
itu memenuhi syarat, maka F4 akan memberinya kartu joker.
Tapi sebelum pertandingan, mereka harus bertaruh sesuatu. Misalnya, jika
dia kalah maka dia harus membersihkan kampus selama satu semester, atau
jongkok di air mancur kampus selama setengah hari, atau menginap di lab
biologi yang penuh spesimen seram, dan banyak lagi hukuman-hukuman
ekstrem lainnya.
Salah satu rumor paling konyol dan belum ada yang bisa membuktikannya
adalah suatu saat, sseorang yang kalah dari mereka... harus makan
sandal.
"Jadi, apa kalian masih mau menantang mereka?" Tanya Cai Jie saat mereka tiba di depan klub Bridge.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam