Sinopsis Something About 1% Episode 9 - Part 1

Episode 9: Kecemburuan Adalah Emosi Tak Terduga Yang Belum pernah Kurasakan Sebelumnya.



Da Hyun membantu memasangkan dasi Jae In yang membuat jarak mereka jadi sangaaaaat dekat. Saat dia menyadari kedekatan mereka, Da Hyun langsung mundur dengan canggung. Saking canggungnya, Da Hyun sampai tak sengaja membuat Jae In hampir tercekik. 


Setelah sukses memasang dasinya dengan hasil asal-asalan, Da Hyun kaget melihat semua minuman dalam kulkasnya Jae In cuma minuman beralkohol. Jae In berkata kalau dia berniat untuk menyingkirkan alkohol "Kurasa aku harus mendengar pengakuan saat sedang sadar" goda Jae In.

"Kurasa aku melakukan sesuatu yang aneh semalam karena aku mabuk. Tapi itu adalah kesalahan" ujar Da Hyun membela diri.

"Kau bilang kau menyukaiku, menangis, menempel padaku dan melompat padaku. Kau tidak ingat semua itu?"

"Si-siapa? Siapa yang melompat ke siapa? Aku cuma bilang jangan menyentuhku, itu saja"

Melihat tak ada apapun didalam kulkasnya Jae In, Da Hyun langsung menanyakan bagaimana dia sarapan biasanya. Jae In dengan entengnya berkata kalau dia sarapan di hotel. Ngomong-ngomong tentang itu, sebaiknya mereka ke hotel sekarang, dia sudah lapar.

Tapi Da Hyun cemas, kalau mereka datang ke kantor sepagi ini bersama, bukankah itu sama artinya mengumumkan pada dunia kalau mereka sudah tidur seatap. Jae In malah bingung, memang iya kan? Kesal, Da Hyun langsung menginjak kaki Jae In.


Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya sarapan bersama di hotel. Da Hyun masih cemas kalau-kalau mereka akan jadi bahan gosip. Karena itulah dia berusaha meminta Jae In untuk duduk terpisah darinya. Tapi Jae In menolak, tidak ada seorang pun di hotel ini yang mengenali Da Hyun. Lagipula kalau ada gosip, maka Jae In sendirilah yang paling rugi... tapi masalahnya, dia sama sekali tidak peduli dengan gosipan orang-orang tentangnya.

"Aku tidak kaget. Kau kan punya banyak skandal dengan para wanita"

Tiba-tiba mereka didekati Ketua Tim Kang yang melapor ke Jae In bahwa GM ingin bertemu Jae In. Da Hyun langsung panik, berusaha menyembunyikan wajahnya. Tapi Jae In malah memperkenalkannya pada Ketua Tim Kang, dia bahkan berkata kalau mereka berdua punya hubungan yang serius.


Terpaksalah Da Hyun akhirnya menyapa Ketua Tim Kang. Seolah mengerti penderitaan Ketua Tim Kang karena harus menghadapi bos semacam Jae In, Da Hyun menyapanya dengan berkata "Anda pasti kesusahan selama ini."

"Anda juga pasti begitu" kata Ketua Tim Kang bersimpati 😂😂😂

"Apa maksudnya itu?" protes Jae In.


Jae In akhirnya terpaksa harus pergi meninggalkan Da Hyun sarapan sendirian. Sementara dia sibuk kerja, Da Hyun kembali ke rumahnya. Dia masih agak takut sebenarnya, tapi pada akhirnya dia memberanikan diri.


Selesai dengan rapatnya, Jae In mengiriminya pesan, menanyakan keberadaannya. Saat Da Hyun berkata kalau dia sedang ada di rumahnya, Jae In langsung menelepon dengan cemas dan memerintahkannya untuk segera keluar dari rumah itu sekarang juga, dia akan segera datang menjemput Da Hyun.


Dia bahkan langsung pergi dan mengabaikan laporan yang dibawakan Ketua Tim Kang. Pegawai Han sampai keheranan melihatnya, tumben Jae In pergi di jam segini. Ketua Tim Kang malah tersenyum geli, dia yakin dia tahu Jae In harus kemana tapi dia tentu saja dia tidak memberitahukannya pada Pegawai Han.


Saat sedang menunggu lift, Joo Hee tiba-tiba muncul memeluknya dari belakang. Kaget, Jae In langsung melepaskan pelukannya dan menjauh. Apa-apaan ini? protes Jae In. 
 
Joo Hee juga langsung protes balik dengan sikap kejam Jae In yang membuatnya jadi merasa canggung.

"Kalau begitu tidak seharusnya kau melakukan sesuatu yang akan mempermalukan dirimu sendiri. Sedang apa kau di sini jam segini?"

"Aku nge-gym di sini"

Joo Hee lalu  berusaha membujuk Jae In untuk minum-minum berdua bersamanya hari ini. Tapi Jae In langsung menolak dengan tegas dengan alasan kalau dia sudah ada janji lain.


Da Hyun sudah menunggu di depan gedung rumah atapnya saat Jae In tiba tak lama kemudian. Dia langsung emosi, mengomeli Da Hyun saking cemasnya karena datang kemari seorang diri padahal keadaan belum aman. Da Hyun sampai kesal sendiri dengan kecemasannya yang berlebihan itu, lagipula ini kan rumahnya.

Jae In akhirnya mengalah. Tapi saat dia berbalik dengan menggandeng Da Hyun, Da Hyun melihat bekas bedak menempel di belakang jasnya. Da Hyun sontak curiga, dia berusaha mengendusnya dan jelas itu bau kosmetik perempuan.

"Apa kau ke hotel benar-benar untuk kerja?" tanyanya curiga

"Pertanyaan bodoh apa itu? Tentu saja aku di sana untuk kerja"

"Err... kau bau makeup. Dan kurasa kau harus ganti jas juga" ujar Da Hyun sambil menunjuk bekas kosmetik itu.


Jae In langsung mengumpat kesal melihat bekas bedak itu. Da Hyun jadi semakin curiga, reaksi Jae In itu jelas-jelas reaksi seseorang yang ketahuan melakukan dosa. Jae In menyangkal, tapi Da Hyun menatapnya tak percaya. Bagaimana pula dia bisa percaya saat jelas-jelas ada bekas makeup di jasnya Jae In, di jam segini lagi.

"Percaya saja padaku. Sungguh! Aku tidak melakukan sesuatu yang aneh"

"Tapi kelihatannya kau melakukan itu"


Mereka lalu masuk ke rumah Da Hyun bersama-sama. Anehnya tidak ada barang berharga yang hilang, tapi Da Hyun langsung shock melihat pakaian dalamnya berserakan di lantai. Sontak dia buru-buru memasukkannya kembali ke keranjang. Jae In tersenyum geli melihatnya... sampai saat dia ingat surat kontrak mereka.

Da Hyun mencarinya dan menemukannya ada di luar kotak penyimpannya. Aneh, padahal awalnya jelas-jelas dia menaruhnya didalam kotak. Jae In langsung curiga dan cemas.

Da Hyun ikut cemas melihat ekspresi Jae In walaupun Jae In berusaha menyangkalnya dan meyakinkan kalau dia hanya mengkhawatirkan keselamatan Da Hyun saja. 
 
Dia tidak terlalu mencemaskan masalah wasiat kakeknya akan terekspos karena yang paling penting sekarang adalah menemukan pelakunya. Dia menyakinkan bahwa Da Hyun tak perlu mencemaskan masalah ini karena dia sendirilah yang harus menyelesaikan masalah ini.


Saat Da Hyun lagi-lagi menatap curiga bekas bedak di jasnya, Jae In langsung melepas jas itu. Tapi sepanjang perjalanan, Da Hyun masih terus curiga, pantas saja kemarin Jae In bilang kalau dia mau menginap di hotel. Wanita itu pasti tinggal di hotel juga.

"Aku kan sudah bilang tidak seperti itu antara aku dan Joo Hee..."

"Ah, jadi namanya Joo Hee"
 
Jae In berusaha meyakinkan bahwa Joo Hee hanya sekedar kenalannya yang nge-gym di hotelnya. Mereka tak sengaja bertemu saat dia hendak keluar tadi. Da Hyun tetap tak percaya, jadi waktu mereka bertemu, mereka pelukan dan semacamnya yah?

"Aku kan sudah bilang tidak seperti itu! Makeup itu tak sengaja tertempel jasku!"

Tapi Da Hyun terus cemberut tak percaya. Jae In terus berusaha meyakinkan Da Hyun bahwa dia dan Joo Hee sama sekali tidak seperti yang Da Hyun pikirkan. Kalau dia berniat selingkuh, dia tidak akan membuat kesalahan seperti itu.

Melihat Jae In begitu serius berusaha menjelaskan dirinya, Da Hyun jadi geli dan menjelaskan kalau dia cuma sedang mencoba berakting seperti pacar yang cemburuan, itu saja. (Hmm... masa sih? Cuma akting?) Jae In akhirnya bisa tersenyum kembali.


Mereka kemudian belanja bersama ke supermarket. Saat tiba di rak ramen, Da Hyun langsung mengusulkan agar mereka makan ramen. Tapi Jae In menolak... kecuali, jika Da Hyun menggunakan alasan ramen sebagai undangan untuk melakukan 'sesuatu'.😂


Da Hyun langsung memukul bahu Jae In dengan tersipu malu... sampai saat dia menyadari ada yang aneh. Bukankah tadi pagi Jae In bilang bahunya sakit sampai dia bahkan kesulitan memakai dasinya, lalu kenapa sekarang baik-baik saja?

Ketahuan, Jae In berusaha membuat alasan kalau bahunya memang sudah membaik kok. Tapi Da Hyun sadar kalau dia sudah dibohongi dan langsung memukulnya lagi dengan lebih keras.


Selesai belanja, Da Hyun memasak di rumahnya Jae In untuk mereka berdua. Masakannya jadi tak lama kemudian. Dan saat mereka hendak makan, Jae In memberikan kunci rumahnya pada Da Hyun dan meminta Da Hyun untuk tinggal di sini untuk sementara waktu. Tapi Da Hyun menolak. Dia tidak boleh tinggal di sini, ini kan rumah Jae In.

Jae In tidak mengerti kenapa? Semalam kan tidak terjadi apapun diantara mereka? Bukan itu yang Da Hyun permasalahkan. Dia takut ada orang yang melihat mereka tinggal serumah. Jae In adalah seorang public figure, jadi pasti banyak orang yang mengawasinya.


"Apa yang sebenarnya kau khawatirkan? Kau mengkhawatirkanku? Atau kau khawatir terlibat dalam skandal publik denganku?"

"Keduanya" aku Da Hyun. Saat ini, hal seperti itu tidak boleh terjadi pada mereka. Mereka tidak boleh membuat situasi jadi semakin rumit, "dan juga... aku tidak boleh jatuh cinta padamu, Jae In-ssi"

Mendengar itu, Jae In bertanya-tanya, apakah Da Hyun pikir kalau dia akan jatuh cinta padanya? Da Hyun membenarkannya, dia merasa dia akan semakin terikat pada Jae In. Tapi itu tidak boleh terjadi karena hubungan mereka hanya tinggal beberapa bulan saja.

Jae In mengerti maksudnya. Tapi dia ingin Da Hyun tetap tinggal setidaknya sampai besok, sampai mereka selesai memperbaiki rumahnya Da Hyun. Da Hyun akhirnya setuju.


Malam harinya, Da Hyun merenung sedih, menatap buku diarynya yang tertulis jadwal hari terakhir kontrak hubungan mereka.

Di ruang yang berbeda, Jae In berusaha melanjutkan pekerjaannya. Tapi pada akhirnya dia tidak bisa berkonsentrasi, teringat pengakuan Da Hyun saat dia mabuk dan ucapan Da Hyun tentang berakhirnya kontrak mereka. Jae In langsung membuka kalender di ponselnya dan melihat jadwal yang sama dengan sedih.

 

Jae In kembali ke hotel bersama Pengacara Park saat mereka secara bersamaan mendapat pesan grup yang meminta mereka datang nongkrong ke tempat biasa hari ini. Tapi Jae In berkata kalau dia tidak bisa datang, dia harus menemui DaDa.

"Kau bisa membawanya sekalian. Semua orang penasaran tentangnya"

"Tidak mau. Siapa tahu apa yang akan kau lakukan padanya"

"Kami tidak akan berani melakukan sesuatu karena kami sangat amat takut padamu" goda Pengacara Park.


Da Hyun sedang masak makan siang saat tiba-tiba saja dia mendengar suara pintu dibuka. Da Hyun langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang meja dapur dengan sendok sayur sebagai senjata. Tapi yang datang ternyata Jae In. Da Hyun akhirnya bisa lega.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam