Jae In mengantarkan Da Hyun pulang malam harinya dan mengingatkan Da Hyun bahwa lain kali harus Da Hyun yang datang padanya. Lalu dengan nada menggoda bin licik dia memberitahu Da Hyun untuk datang ke hotel. Augh! Da Hyun merinding.
Tapi saat Da Hyun hendak masuk, Jae In mendadak menariknya kembali karena dia memperhatikan pintunya Da Hyun agak terbuka. Apa Da Hyun tidak mengunci pintu? OMG! Da Hyun sontak ketakutan berlindungi di belakangnya Jae In, dia yakin kalau tadi pagi dia mengunci pintunya.
Jae In pun masuk lebih dulu untuk mengecek keadaan dan mendapati rumahnya Da Hyun kayak kapal pecah, jelas rumahnya tadi dimasuki dan diobrak-abrik sama orang. Kaki Da Hyun sontak lemas menyadari rumahnya pasti dimasuki perampok tadi, untungnya Jae In sigap menangkapnya.
Sepertinya tidak ada barang yang hilang. Lagipula tidak ada benda berharga juga di rumah ini. Tapi karena rumah saat ini tidak layak ditinggali dan masih agak berbahaya juga, Jae In menyuruh Da Hyun untuk mengambil beberapa pakaian dan menginap di rumahnya saja.
Sesampainya di rumahnya Jae In, Da Hyun memperhatikan interior rumah mewah itu terasa 'kosong'. Memang sih, selain barang-barang mebel, hampir tidak ada aksesoris yang bisa memperindah rumah. Bahkan saat dia menawarkan minum, yang dia tawarkan ke Da Hyun cuma air putih sama alkohol.
Sementara Da Hyun sedang memakai toilet, Jae In menelepon seseorang untuk meminta bantuannya menyelidiki insiden di rumahnya Da Hyun, dia agak curiga kalau ini bukan aksi pencurian biasa karena di rumah itu tidak ada barang mahal yang cukup berharga untuk dicuri. Dan lebih anehnya lagi, banyak barang yang tidak disentuh oleh si pencuri.
Keluar dari toilet, Da Hyun hanya melihat ada satu barang di rak rumahnya Jae In, yaitu mainan Jenga pemberiannya waktu itu. Dia lalu naik ke lantai atas, tapi malah tak sengaja masuk ke kamarnya Jae In, tepat saat Jae In sedang ganti baju. Pfft!
Shock, Da Hyun sontak menjatuhkan tas yang dibawanya dan langsung kaburrrrrrr! Jae In sendiri cuma tersenyum geli melihat reaksi Da Hyun.
Pemandangan tadi membuat Da Hyun jadi kepanasan. Jae In turun tak lama kemudian dengan membawakan tasnya dan baju ganti. Da Hyun canggung dan gugup banget, apa Jae In tidak akan kembali ke hotel malam ini?
Jae In menyangkal. Lagipula akan lebih aman jika dia tetap di rumah menemani Da Hyun. Rumahnya ini besar dan tidak ada orang jahat di sini, jadi Da Hyun tidak usah khawatir.
"Tentu saja. Punya rumah besar memang menyenangkan. Tapi... kau yakin tidak ada orang jahat di sini?" Tanya Da Hyun setengah menuduh sambil menuding Jae In.
Geli, Jae In langsung menarik jari Da Hyun yang sedang menudingnya sehingga Da Hyun terjatuh di sampingnya. Da Hyun jadi tambah canggung hingga dia buru-buru mengalihkan pandangannya sambil berkata kalau dia tidak melihat apa-apa tadi.
Jae In geli mendengarnya. "Aku kan tidak bilang apa-apa."
Tak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di kamarnya Jae In. Da Hyun tegang banget, Jae In ingin mereka tidur bersama malam ini?
"Kenapa? Tidak boleh?"
Jae In tiba-tiba menarik Da Hyun ke dalam pelukannya sambil menatapnya lekat-lekat, yang otomatis membuat Da Hyun tersipu malu. Sejujurnya, Da Hyun mengaku bahwa dia sedikit tergoda, tapi dia merasa tidak bisa melakukannya. Karena jika mereka melakukannya, Da Hyun merasa salah satu dari mereka akan menyesalinya besok.
"Aku yakin bukan aku yang akan menyesal," ujar Jae In, "tapi baiklah. Aku akan menghormati perasaanmu. Tidurlah. Aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu sebelum tidur."
Jae In akhirnya pergi meninggalkannya ke ruang belajar dan berusaha fokus dengan pekerjaannya. Tapi rasanya sulit, pikirannya terus teralih ke Da Hyun, tergoda untuk kembali ke kamarnya, tapi dia berusaha menahan diri.
Da Hyun juga tidak bisa tidur. Dia membuka tirai, dan mendapati di luar sedang hujan deras. Setelah beberapa lama, akhirnya dia memutuskan turun ke dapur, berniat mengambil air mineral tapi malah mendapati ada beberapa botol miras yang mereknya sama dengan nama panggilannya, Dada.
Da Hyun akhirnya lebih tertarik untuk meminum miras itu. Tapi sekarang dia bingung sendiri, apa dia begitu kurang menarik sehingga Jae In belum keluar-keluar juga dari ruang belajarnya?
Saat Jae In akhirnya keluar dari ruang belajarnya, dia malah mendapati Da Hyun sudah mabuk setelah menghabiskan beberapa botol sambil bermain Jengah. Jae In langsung protes karena Da Hyun minum-minum sendirian, ini namanya curang.
Maka Da Hyun pun menawarkan sisa setengah botol ke Jae In sambil mengomentari hujan di luar yang tak kunjung berhenti. Sepertinya hujannya bakalan lama. jae In langsung merangkul Da Hyun dan Da Hyun langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Jae In sambil memperingatkan Jae In untuk tidak coba-coba menyentuhnya.
"Kau bukan manusia kalau kau menyentuh wanita yang sedang mabuk."
"Jadi karena itu kau minum sebanyak ini?"
"Tidak. Aku hanya bertanya-tanya apa yang kulakukan di sini, di rumah seorang pria. Hah? Apa yang kulakukan di sini?"
"Karena ada pencuri masuk rumahmu. Jadi aku menyuruhmu datang kemari."
Mendengar itu, Da Hyun tiba-tiba menatapnya, lalu mulai membelai wajahnya dan menyentuh bibirnya, dan berkata... "kurasa... aku... menyukaimu, Jae In-ssi. Aku juga suka menciummu," ucap Da Hyun lalu mengecup bibir Jae In.
Jae In kaget, tapi senang banget. Hehe. Puas mencium, Da Hyun langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Jae In lagi, mengajak Jae In untuk tidur lalu tidur beneran di pelukan Jae In.
"Bagaimana bisa kau tertidur setelah menyatakan perasaan seperti itu?" Heran Jae In.
Tak lama kemudian, Jae In membopong Da Hyun ke kamarnya dan terpesona menatap wajah damai Da Hyun yang cantik dalam tidurnya. Jae In mengecup lembut pipi Da Hyun sebelum kemudian mengambil bantal dan tidur di lantai.
Dia mencoba tidur tapi sulit karena tak bisa mengalihkan pandangannya dari Da Hyun, "kurasa besok akulah yang akan menyesalinya."
Saat Da Hyun terbangun keesokan harinya, dia langsung ingat akan pengakuan cintanya pada Jae In semalam dan langsung kesal menampari bibirnya sendiri, "alkohol adalah musuhku! Kau pasti sudah gila, Kim DaDa!"
Tak lama kemudian, Da Hyun keluar kamar sambil mengendap-endap, takut ketemu Jae In. Tapi tidak tampak ada Jae In di mana-mana, rumah lagi kosong. Syukurlah, Da Hyun pun bisa santai menghirup udara segar di balkon.
Tapi tiba-tiba dia melihat seekor puppy yang entah bagaimana naik ke langkan balkon. Da Hyun jadi cemas, takut puppy itu jatuh. Akhirnya dia nekat merayap di sepanjang langkan demi meraih puppy itu.
Jae In baru kembali saat itu dan jelas saja dia langsung cemas. Tapi saat akhirnya Da Hyun berhasil mendapatkan puppy itu, dia malah kehilangan keseimbangan dan langsung terjatuh. Untungnya, Jae In ada di bawah dan sigap menangkap Da Hyun dan si puppy yang mendarat menimpanya.
Da Hyun cepat-cepat bangkit, tapi saat dia mencoba membangunkan Jae In, Jae In sama sekali tidak bereaksi yang jelas saja membuat Da Hyun ketakutan, mengira Jae In sudah mati.
"Aku tidak mati," ujar Jae In.
Fiuh! Untungnya dia baik-baik saja langsung mengomel memarahi Da Hyun untuk menjaga dirinya sendiri dulu sebelum mengurusi puppy itu. Da Hyun tuh orang yang ceroboh, jadi seharusnya Da Hyun lebih berhati-hati.
Dia lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Da Hyun berdiri, tapi saat Da Hyun menarik tangannya, dia langsung merintih kesakitan.
Hari ini Tae Ha tiba di SH Mall lebih pagi dari biasanya karena dia merasa ada yang aneh, hari ini harga saham SH Mall tiba-tiba saja naik drastis. Namun ayahnya Tae Ha santai berkata bahwa saham memang kadang naik, kadang turun, itu wajar.
Lagipula jika harga saham mereka naik, itu bagus untuk mereka. Ayah Tae Ha menyuruh Tae Ha untuk fokus saja menyelidiki bu guru pacarnya Jae In itu. Tae Ha diam saja, namun dia tetap tidak bisa menghilangkan kecurigaannya.
Kaki dan tangan Da Hyun lecet gara-gara kejadian tadi. Biarpun tangan Jae In sakit, tapi dia tetap bersikeras untuk mengobati lukanya Da Hyun.
Da Hyun berusaha menolak, tapi Jae In langsung mendorongnya kembali ke sofa dan memperingatkannya untuk diam saja. Hari ini dia agak moody gara-gara kurang tidur semalam.
Da Hyun heran kenapa Jae In kurang tidur semalam, tapi Jae In langsung memotong pertanyaannya dengan mulai mengoles obatnya. Da Hyun akhirnya menduga kalau Jae In moody hanya karena dia memang orang yang moody setiap hari.
Da Hyun mulai terpesona melihat Jae In mengobatinya. Tapi dia cepat-cepat menguasai diri dan memberitahu Jae In untuk tidak berubah secara tiba-tiba. Orang bilang bahwa kita bisa cepat mati kalau berubah terlalu mendadak. Pfft! Malas menanggapi ucapan Da Hyun, Jae In pun langsung pergi begitu saja setelah selesai mengoles obatnya.
Saat Da Hyun mau mengembalikan kotak obat itu ke laci, tak sengaja dia menemukan foto masa kecil Jae In bersama err... ibu kandungnya, mungkin.
Jae In bersikap ke kantor. Tapi karena tangannya masih sakit, dia jadi kesulitan mengancingkan bajunya. Da Hyun masuk tak lama kemudian dan langsung membantu Jae In mengancingkan bajunya dan mencoba menyarankan Jae In untuk memeriksakan tangannya ke rumah sakit.
Tapi Jae In cuma menanggapinya dengan menyampirkan dasinya di lengan Da Hyun, menyuruh Da Hyun untuk menalikan daasinya. Tidak masalah biarpun hasilnya jelek. Da Hyun agak ragu karena dia tidak pandai menalikan dasi, tapi akhirnya dia terpaksa melakukannya.
Tapi lama kelamaan Da Hyun mulai menyadari wajah mereka semakin dekat. Da Hyun sontak mundur selangkah dengan canggung dan gugup. Namun pada akhirnya kepala mereka tetap mendekat hingga pandangan mereka pun bertemu.
Bersambung ke episode 9
1 Comments
Makasih mba imma...
ReplyDeleteTetap semangat tetap sehat...
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam