Sinopsis Something About 1% Episode 12 - Part 1

Episode 12: Ketiadaannya, rasanya hatiku seperti menghilang.

Joo Hee memerintahkan Da Hyun untuk segera memutuskan hubungannya dengan Jae In dan menghilang selamanya, dia akan memberikan berapa pun yang Da Hyun minta.

Da Hyun tak gentar, "apa kau yakin kalau kami berkencan hanya karena kontrak? Kurasa kau tidak benar-benar mengenal seperti apa Jae In yang sebenarnya. Dia bukan jenis orang yang bisa dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan. Siapa yang dia patuhi? Dia bahkan tidak mematuhi kakeknya. Dan aku juga tidak pernah mengencani pria yang tidak kusukai. Jadi aku akan baik-baik saja tanpa uangmu, terima kasih."

Pantang menyerah, Joo Hee memberitahu Da Hyun alasannya putus dengan Jae In tiga tahun yang lalu adalah karena Jae In ingin dia menandatangani perjanjian pranikah. Apa Da Hyun bisa menandatangani hal semacam itu? Perjanjian semacam itu levelnya jauh tinggi daripada cuma kontrak nikah. Sudah pasti Da Hyun tiak akan bisa melakukannya.

"Entahlah, akan kupikirkan jika itu terjadi," santai Da Hyun.

Joo Hee mendengus sinis mendengarnya, "kau pikir kau bisa menikah dengannya? Jae In sudah menjadi priaku sejak 3 tahun yang lalu. Aku mencintainya." (Pfft! Mencintai duitnya kali)

Da Hyun tetap santai menanggapinya, mengingatkan Jo Hee bahwa jika dia ingin menyatakan cinta, maka dia harus mengucapkannya pada orangnya langsung dan bukannya pada pacarnya pria itu. Pfft!

Ah, satu lagi. Sepertinya Joo Hee salah memahami sesuatu. Bukan Jae In yang setuju pacaran dengannya, tapi dialah yang setuju untuk pacaran dengan Jae In.

Tepat saat itu juga, Pengacara Park terburu-buru datang mencari Da Hyun dan langsung menyeret Joo Hee menjauhi Da Hyun lalu bergegas memanggil Jae In untuk menemani Da Hyun.


Dia menemukan Da Hyun terduduk sedih di lobi. Dia langsung duduk di samping Da Hyun dan bertanya kenapa Da Hyun duduk di sini sendirian. Da Hyun beralasan bahwa dia hanya merasa pesta ini tidak terlalu menyenangkan.

Jae In setuju. Pesta bagi orang-orang itu, sebenarnya hanya ngobrol sendiri-sendiri. Mengalihkan topik, Jae In tanya apakah Da Hyun mau makan sesuatu? Apa mau diambilkan? Da Hyun menolak.

Menyadari Jae In tidak bisa lama-lama di luar karena dia tuan rumahnya, Da Hyun pun menguatkan dirinya saat dia mengulurkan tangannya ke Jae In dan mengajak Jae In masuk kembali bersama-sama.


Jae In senang dan langsung menggandeng tangan Da Hyun, sementara Joo Hee cuma bisa mendengus kesal melihat kemesraan mereka dari kejauhan.

Da Hyun bahkan melingkarkan lengannya ke Jae In begitu mereka masuk aula. Jae In sampai heran melihatnya, katanya tadi tidak mau gandengan? Da Hyun berkata bahwa tadi dia memang tidak mau, tapi sekarang dia mau.

Tapi saat mereka baru tiba di meja makan, ibunya Tae Ha mendadak muncul dan langsung ceplas-ceplos memberitahu Da Hyun untuk tidak bermimpi dinikahi sama Jae In. Jae In itu orang yang sangat ingin menjadi pewaris Grup SH sampai-sampai dia bahkan tidak lagi mengakui orang tua kandungnya.

Jae In jelas tidak terima dengan tuduhan dan hinaan bibinya. Tapi bahkan sebelum dia sempat mengucap sesuatu, ibunya muncul dan langsung menegur sikap tidak sopan ibunya Tae Ha.

Dia mengingatkan ibunya Tae Ha bahwa banyak orang yang sedang memperhatikan mereka, dan sikap ibunya Tae Ha ini justru mempermalukan suami dan anaknya. Karena ibunya Tae Ha sudah mengucap segala yang ingin dia katakan, jadi sebaiknya dia pulang saja. 

Ibunya Tae Ha akhirnya pergi dengan kesal. Tae Ha yang sedari tadi hanya menyaksikan segalanya dari kejauhan, bergegas pergi menyusul ibunya.


Ibunya Jae In dengan sopan meminta maaf pada Da Hyun dan bertanya apakah Da Hyun baik-baik saja. Da Hyun pura-pura mengiyakan, tapi tentu saja ibunya Jae In tak percaya. Mana mungkin Da Hyun baik-baik saja, ibunya Tae Ha itu terkenal berbakat menyakiti perasaan orang lain.

Biarpun tidak banyak orang yang Da Hyun kenal di sini, tapi ibunya Jae In meyakinkan bahwa tidak akan ada orang lain yang akan menyulitkan Da Hyun lagi.

Ibunya Da Hyun lalu permisi untuk menyapa para tamu. Tapi baru juga sedetik, Ibu langsung memanggil Jae In untuk menyapa beberapa tamu yang baru datang. Ibu lalu menariknya agak jauh untuk mengingatkannya bahwa dia adalah tuan rumah pesta ini dan juga pewaris SH Grup. Jadi tidak seharusnya Jae In bersama satu orang terlalu lama. Da Hyun bisa diurus oleh siapa pun, tapi SH Grup tidak bisa begitu. Lee Jae In dari SH Grup hanya dia seorang.

Da Hyun sepertinya mendengar mereka. Maka begitu Jae In kembali padanya, Da Hyun cepat-cepat beranjak bangkit dan pamit pergi. Jae In memberitahu bahwa kakeknya akan datang sebentar lagi, tapi Da Hyun jelas sudah tidak mood dan beralasan kalau kepalanya sakit. Jae In ingin mengantarkannya pulang. Tapi Da Hyun menolak dan mengingatkan bahwa Ia In harus tetap di sini.


Dia berusaha tetap tersenyum di hadapan Jae In, tapi sepanjang perjalanan naik taksi, dia terus melamun sedih dengan mata berkaca-kaca.

Hyun Jin sudah ada di rumah saat Da Hyun pulang, dan langsung antusias menanyakan pestanya... sampai saat dia mulai cemas begitu menyadari wajah muram Da Hyun. Teleponnya Da Hyun berbunyi saat itu, dari Jae In. Da Hyun awalnya ragu, tapi akhirnya dia mengangkat teleponnya. 

Jae In cemas, Da Hyun pasti merasa buruk atas kata-kata kotor bibinya tadi. Tapi Da Hyun yakin kalau Jae In pasti merasa lebih buruk darinya karena kata-kata bibinya tadi jelas bukan menargetnya, melainkan menarget Jae In. Dia lalu cepat-cepat menutup teleponnya dengan meyakinkan Jae In untuk kembali saja ke pesta.


Hyun Jin jadi makin cemas dan penasaran mendengar obrolan mereka, "apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku merasa Jae In hidup di dunia yang sangat berbeda dariku."

"Kau baru menyadarinya sekarang. Tentu saja dia berasal dari dunia yang berbeda, apa kau tahu betapa kayanya SH Grup itu?"

"Kurasa aku baru menyadari betapa berbedanya dia dariku. Kenapa dia harus kaya raya sih? Kenapa ada perbedaan yang sangat besar di antara kami?" keluh Da Hyun. Tiba-tiba dia teringat hinaan Joo Hee padanya tentang 'sepatu yang tidak cocok'. Dan Hyun jadi tambah kesal, "sialan! Berarti si penyihir itu benar tentang segalanya."

"Siapa si penyihir? Han Joo Hee?"

"Han Joo Hee itu cuma penyihir kecil. Ada penyihir yang jauh lebih buruk darinya. bibinya Jae In."

Keesokan harinya, ibunya Jae In terang-terangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Da Hyun, dia merasa Joo Hee lebih pantas menjadi pasangannya Jae In karena status keluarga mereka yang setara, Joo Hee akan lebih bisa membantu Jae In.

Menikahi seseorang yang tidak sepadan dengan mereka hanya akan menyebabkan banyak masalah. Bagaimanapun, Ibu yakin kalau Jae In akan menurut padanya karena selama ini Jae In adalah anak yang baik terhadapnya.

Selama ini Jae In sudah banyak menderita. Dia tidak mau istrinya Jae In membuatnya menjadi semakin menderita. Dia ingin putranya dirawat oleh seseorang sekarang.

Hyun Jin dan Da Hyun makan bersama di restoran. Tapi melihat Da Hyun tak ada semangat dan cuma memainkan makanannya, Hyun Jin memutuskan untuk mengajak Da Hyun melampiaskan kesedihannya dengan minum-minum.

Tapi ujung-ujungnya Hyun Jin malah jadi tambah khawatir gara-gara Da Hyun terus menerus minum-minum lalu menggerutui Jae In. Da Hyun tidka mengerti kenapa dia jatuh cinta pada Jae In, padahal tuh orang sifatnya buruk. 

Menurut Hyun Jin, hal seperti itu wajar saja. Ada orang yang punya kebaikan 99 persen, namun jika orang itu melakukan keburukan satu persen saja, bisa saja Da Hyun akan membenci orang itu. 

Sebaliknya, ada orang yang punya keburukan 99 persen, namun jika dia memiliki kebaikan satu persen saja, dan satu kebaikannya itu menarik perhatian Da Hyun, maka kebaikan orang itulah yang akan menjadi pesona orang itu yang akan membuat Da Hyun jatuh cinta pada orang itu.

Itulah yang Da Hyun alami, pesona Jae In-lah yang membuat Da Hyun jatuh cinta pada Jae In. Hyun Jin yakin hanya Da Hyun seorang yang bisa melihat kebaikan Jae In itu. Mungkin sekarang ini Jae In juga merasakan hal yang sama seperti Da Hyun. Mungkin sekarang ini Jae In juga sedang minum-minum memikirkan Da Hyun.

Da Hyun yakin kalau itu tidak mungkin. Jae In sangat sibuk, dia tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Tiba-tiba ada seorang wanita mabuk yang tak sengaja menyenggol Da Hyun sehingga birnya tumpah ke baju Da Hyun.


Da Hyun pun bergegas ke toilet untuk membersihkan dirinya. Saat itulah Hyun Jin tiba-tiba punya ide bagus dan langsung menelepon Jae In.

Da Hyun sudah teler saat mereka keluar dari bar tak lama kemudian, tepat saat Jae In datang untuk menjemput Da Hyun. Da Hyun langsung sumringah melihatnya datang dan langsung menepuk wajahnya dengan senang.

Jae In jelas cemas melihat kondisinya, berapa banyak yang dia minum sampai mabuk begini? Dan kenapa Da Hyun mengabaikan teleponnya lagi?

"Biar kau kesal. Aku sangat kesal karenamu. Dengan begini, baru adil."

Mendengar itu, Jae In langsung mengambil Da Hyun dari Hyun Jin dan meminta Hyun Jin untuk pulang sendiri karena dia harus bicara berdua saja dengan Da Hyun. Sebenarnya sih Hyun Jin tidak ingin pergi, ingin menonton lebih banyak. Tapi baiklah, semoga mereka menikmati malam ini dengan penuh gairah. Jae In menyangkal, dia cuma akan mengantarkan Da Hyun pulang kok. 

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam