Sinopsis My Little Happiness Episode 6

Cong Rong refleks mengayunkan payungnya untuk memukul orang itu, tapi orang itu sigap menangkap payungnya lalu menarik Cong Rong ke dalam pelukannya sehingga membuat senternya Cong Rong menyorot wajahnya yang ternyata Shao Qing. 

Shao Qing akhirnya menjamu kedua wanita itu ke rumahnya dan mengaku bahwa dialah yang membelikan Cong Rong sarapan dan kopi, dan juga membayari taksinya tadi pagi. Dan dia juga tetangga barunya Cong Rong.

Tapi satu hal yang paling membuat Cong Rong penasaran, kenapa Shao Qing mendadak pindah ke gedung ini? Shao Qing dengan penuh arti beralasan bahwa tempat ini dekat rumah sakit (Pfft! Aslinya sih biar bisa dekat sama Cong Rong). Cheng Cheng jelas tak percaya, sudah pasti yang dimaksud Shao Qing adalah dekat dengan Cong Rong.

Cheng Cheng sih setuju-setuju saja, apalagi setelah dia mencicipi sup buatan Shao Qing yang memang enak banget. Shao Qing benar-benar calon suami idaman. Dia bahkan langsung menginterogasi Shao Qing bak mertua menginterogasi calon menantu lalu mendadak jadi mak comblang yang berusaha mencocokkan segala sesuatu tentang Cong Rong dan Shao Qing.

Cong Rong jelas tidak nyaman banget dengan situasi ini dan buru-buru mendorong Cheng Cheng keluar bersamanya. Shao Qing menyodorkan setermos sup untuk Cong Rong. Cong Rong terlalu risih untuk menerimanya, tapi Cheng Cheng dengan senang hati mengambilnya lalu bergegas kembali ke rumahnya Cong Rong.

Menurut pandangan Cheng Cheng, Shao Qing tuh sangat peduli pada Cong Rong. Tapi Cong Rong ngotot tak mempercayainya. Di mata Cong Rong, Shao Qing tuh cuma dokter yang baik dan orang yang baik, tidak lebih. Tapi Cheng Cheng yakin banget dengan feeling-nya, Shao Qing tuh jelas-jelas suka sama Cong Rong dan sedang berusaha mengejar Cong Rong.

Dipikir-pikir memang sih selama ini Shao Qing perhatian banget sama Cong Rong. Tapi yang paling tidak Cong Rong mengerti, kalau Shao Qing benar-benar suka sama dia, kenapa Shao Qing tidak langsung menyatakan cinta saja daripada bertele-tele dan membuatnya menebak-nebak? 

Cheng Cheng bisa menebak alasannya. Kalau misalnya dia langsung nembak sekarang, kemungkinan besar Cong Rong akan langsung menolaknya. Makanya dia sengaja menunjukkan segala perhatiannya dulu pada Cong Rong.

Dia bahkan bisa menebak apa rencana Shao Qing besok. Pagi-pagi saat mereka berangkat kerja, Shao Qing akan pura-pura tak sengaja keluar bareng Cong Rong. Lalu Shao Qing akan memberinya sarapan cinta. Lalu di rumah sakit, Shao Qing akan mencari berbagai alasan untuk mendekati Cong Rong.

Cong Rong tak percaya kalau itu bakalan terjadi. Tapi... keesokan harinya, segala prediksi Cheng Cheng benar-benar terjadi. Saat Cong Rong baru keluar rumah, Shao Qing juga mendadak muncul lalu memberinya sarapan. Makanannya jelas enak, tapi Cong Rong menolak mengakuinya.

Tapi Shao Qing tetap penuh perhatian padanya, memencetkan tombol lift-nya dan menatapnya terus-terusan sampai Cong Rong risih sendiri dibuatnya. Bukan cuma itu saja, Shao Qing bahkan sengaja tidak naik mobil hari ini demi bisa menemani Cong Rong naik bus, bahkan mengunci Cong Rong dengan alasan melindungi Cong Rong.


Tapi tiba-tiba ada orang yang tak sengaja menyenggolnya sehingga dagu Shao Qing tak sengaja menghantam kepala Cong Rong yang jelas saja membuat Cong Rong kesal. 

Orang di kursi depan mau turun, Cong Rong mau duduk, tapi Shao Qing sengaja menghentikannya, memaksanya untuk tetap berdiri bersamanya dengan alasan berdiri setelah sarapan lebih bagus untuk kesehatan.

Cong Rong jadi kesal sama Shao Qing dan langsung menyuruhnya naik mobil saja lain kali, dia tidak cocok naik bus. Cong Rong langsung menjauh darinya. Tapi Shao Qing malah sengaja melepaskan tangannya dari pegangan sehingga saat bus mengerem mendadak, dia langsung terdorong memeluk Cong Rong. Pfft! Modus banget.

Setibanya di halte, Shao Qing mengajaknya ngopi dulu, tapi Cong Rong tak nyaman jadi dia sengaja cari-cari alasan menolak lalu pergi duluan.

Di rumah sakit, dia bertemu dengan Zhong Zhen yang memberitahunya bahwa dia terpilih untuk bergabung dalam sebuah tim untuk mengikuti sebuah lomba dalam bidang medis. Dokter Qin, Dokter Chen dan Shao Qing juga akan ikut. Asalkan dia tidak membuat kesalahan, Zhong Zhen yakin kalau tim mereka pasti akan mendapat juara satu.

Shao Qing-lah yang mendorongnya ikut lomba ini untuk mengembangkan skill-nya. Cong Rong heran mendengarnya, kenapa Zhong Zhen selalu memuja-muji Shao Qing?

Loh? Zhong Zhen heran mendengarnya, memangnya dia tidak pernah bercerita yah? Bosnya itu adalah orang yang sangat keren dan hebat. Pernah suatu hari Zhong Chen mengalami kesulitan saat diminta keluarga pasien untuk menjelaskan perihal penyakit pasien. Dia ebnar-benar tidak tahu harus menjawab bagaimana.

Tapi kemudian Shao Qing keluar dari ruang operasi setelah belasan jam lamanya. Namun tanpa kenal lelah dia menjelaskan segalanya pada keluarga pasien dengan sabar dan telaten. Lalu suatu hari, pernah dia mengikuti seminarnya Shao Qing di mana Shao Qing berkata bahwa menjadi dokter itu bukan hanya belajar mengobati orang, melainkan juga belajar tata krama. Shao Qing juga berkata, 'demi kebenaran, meski ribuan orang menghalangiku, aku akan tetap maju'.

Cong Rong jelas-jelas kagum terhadap Shao Qing setelah mendengar cerita itu. Tapi tetap saja ujung-ujungnya dia menolak mengakui perasaannya sendiri.

Saat dia masuk ke kantornya, dia malah mendapati Shao Qing sudah ada di sana. Dia sudah menunggu Cong Rong sedari tadi. Dia jelas sengaja memanfaatkan lomba itu sebagai alasan untuk terus menemui Cong Rong, meminta Cong Rong untuk mengajarinya tentang sengketa medik.

Wah! Ini persis banget dengan ramalan Cheng Cheng, Shao Qing akan menggunakan alasan pekerjaan untuk mendekatinya. Cong Rong langsung berusaha menolak, tapi Shao Qing tidak mau tahu dan memaksa Cong Rong untuk mengatur jadwal les, yang pasti jadwal lesnya harus di luar jam kerja. Bisa dilakukan di rumah, rumah mereka kan berdekatan.

Tak lama setelah Shao Qing pergi, Cong Rong ditelepon Cheng Cheng yang penasaran dengan perkembangan hubungan Cong Rong dan Shao Qing hari ini. Tapi Cong Rong yang masih bingung dan ragu-ragu, menolak memberi jawaban pasti.

Cheng Cheng jadi tambah penasaran, maka dengan alasan mengembalikan uangnya Wen Rang, dia memanfaatkan kesempatan untuk tanya apakah Shao Qing memiliki seseorang yang dia sukai.

Wen Rang menolak memberi jawaban detil. Tapi pertanyaan Cheng Cheng itu membuatnya mengira kalau Cong Rong yang menyuruhnya menanyakan itu, dia yakin banget dan langsung saja melaporkan hal itu ke Shao Qing, dan jelas saja Shao Qing langsung senang banget mendengar informasi itu.

Gara-gara permintaan Shao Qing, Cong Rong sekarang harus bersusah payah mempelajari segala hal tentang sengketa medik. Saat dia hendak naik lift untuk buang sampah, tiba-tiba saja anjingnya Shao Qing muncul dan langsung menyerang Cong Rong sehingga Cong Rong refleks terjatuh ke belakang dan kepala belakangnya terantuk pot bunga.

Shao Qing jadi sangat mengkhawatirkannya dan langsung mengecek keadaan kepala Cong Rong, membuat Cong Rong mulai terpesona padanya. Cong Rong berusaha meyakinkan kalau dia baik-baik saja, tapi Shao Qing sangat amat khawatir dan langsung membawa paksa ong Rong ke rumah sakit untuk CT scan seluruh kepala. (Pfft! Pak Dokter lebay deh. Jatuh dikit doang, langsung CT scan)

Dokter Qin yang ikut mengawasi proses CT scan-nya Cong Rong, jadi cemburu dan sedih melihat betapa pedulinya Shao Qing pada Cong Rong, apalagi saat dia mendengar mereka sekarang bertetangga.

Setelah CT scan, Shao Qing nyerocos tentang bahaya otak belakang yang intinya Cong Rong harus diawasi selama satu malam. Tapi alih-alih mengusulkan agar Cong Rong diopname, Shao Qing malah menyuruh Cong Rong untuk menginap di rumahnya. (Pfft! Pak Dokter modusnya pinter banget)

Cong Rong jelas tidak mau. Lagian kalaupun terjadi sesuatu padanya, dia bisa pergi ke rumah sakit sendiri kok, tidak perlu pakai acara menginap di rumah Shao Qing. Pantang menyerah, Shao Qing ngotot untuk bertanggung jawab terhadap Cong Rong karena ini kan terjadi gara-gara anjingnya. 

Kalau Cong Rong tidak mau ke rumahnya, biar dia saja yang menginap di rumah Cong Rong. Tapi Cong Rong keukeuh menolak, dia akan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sebaiknya Shao Qing berhenti mengikutinya. Tapi tentu saja Shao Qing tetap mengikutinya.

Dari hasil menjual beberapa tasnya, Cheng Cheng punya sedikit uang untuk melakukan renovasi. Pastinya berisik banget dan menganggu Wen Rang, Cheng Cheng jadi tidak enak sama dia.

Wen Rang yang awalnya agak emosi, akhirnya mulai melunak dan memakluminya. Bahkan malam harinya, dia mengajak Cheng Cheng minum bersama. Cheng Cheng sampai heran sekaligus dengan perubahan sikapnya yang lebih hangat sekarang.

Cheng Cheng pun mulai merasa nyaman untuk menceritakan masalah hubungannya dengan orang tuanya. Sekarang saja kedua orang tuanya mulai peduli padanya, tapi dulu dia justru ditinggalkan di sekolah asrama sementara mereka bisa keliling dunia (untuk bekerja). 

Dalam setahun, mereka hanya bertemu beberapa kali. Bahkan jika kedua orang tuanya ditanya putri mereka kelas berapa, mereka pasti tidak bisa menjawab. 


Sekarang setelah mereka sudah tua, mereka mulai peduli padanya. Seharusnya mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan saling memahami, tapi dia malah merasa apa yang dilakukan orang tuanya seperti sebuah permintaan yang berlebihan. Tapi kedua orang tuanya malah menuduhnya tidak dewasa.

Dulu selama tinggal di Australia, dia tinggal bersama Cong Rong. Setiap kali dia pulang, dia pasti mencium aroma nasi, membuatnya jadi tahu seperti inilah rasanya kehangatan rumah, sesuatu yang tak pernah dimilikinya selama dia tumbuh. Biarpun kedua orang tuanya mulai peduli padanya sekarang, namun dia merasa ada yang kurang jika dibandingkan rumah Cong Rong.

Wen Rang bisa memahami perasaannya, dia tahu betul bagaimana rasanya tidak dipedulikan orang tua, tapi sekarang orang tua ingin menebusnya dengan cara mereka sendiri tanpa memedulikan apa sebenarnya keinginan kita. Keluarga seharusnya tempat kita berlindung, tapi mereka justru terasa seperti sebuah pisau kecil yang menyayat hati kita.


Setibanya di depan rumah, Cong Rong malah mendapati kunci pintu digitalnya kehabisan baterei yang itu artinya dia terkunci di luar. Parahnya lagi, tukang kunci menolak datang karena sekarang sudah larut malam.

Shao Qing mengklaim kalau dia tidak punya cadangan kuncinya, jadi... lebih baik Cong Rong menginap saja di rumahnya malam ini. (Pfft! Kesempatan banget yah Pak Dokter?)

Mau bagaimana lagi? Terpaksalah Cong Rong akhirnya menurutinya daripada harus tidur di lorong sepanjang malam. Si anjing sudah duduk dengan patuh di depan pintu begitu mereka masuk. Gara-gara kenakalannya tadi, Shao Qing memutuskan menghukumnya dengan tidak memberinya biskuit malam ini.

Dia lalu memberikan informasi wifi rumahnya pada Cong Rong. Nama ID wifi-nya pakai angka panjang banget yang entah ada artinya atau tidak. Password-nya juga pakai angka dengan tanda titik dua di depan dan tanda titik di belakang. Beuh! Cong Rong sampai heran. Niat banget kalau bikin password, dia takut banget yah ada orang yang nebeng wifinya?

Shao Qing tanya apakah dia sudah makan, Cong Rong mengklaim sudah, tapi perutnya tiba-tiba mengkhianatinya dengan berbunyi nyaring. Shao Qing geli mendengarnya, Cong Rong kan jadi malu.

Shao Qing pun langsung masuk dapur untuk membuatkan makanan untuknya. Cong Rong keliling rumah dan masuk ke ruang belajarnya Shao Qing yang hampir seluruh dindingnya dipenuhi dengan berbagai koleksi buku-buku medis. Wah! Dia benar-benar berdedikasi terhadap pekerjaannya. Cong Rong kagum. Tiba-tiba si anjing muncul dengan muka melas seolah meminta maaf padanya. Cong Rong akhirnya berbaik hati memaafkannya. 

Melihat Shao Qing memasak di dapur bak seorang bapak rumah tangga, Cong Rong tiba-tiba berniat memotretnya untuk di-upload ke grup rumah sakit. Pasti akan ada banyak gadis yang tergila-gila sama Shao Qing.

"Jadi maksudmu, aku di matamu sekarang, membuat jantungmu berdebar-debar yah?" goda Shao Qing. (Pfft!

Cong Rong jadi canggung, "kalau jantung tidak berdebar, berarti mati dong."


Mengalihkan topik, Shao Qing tiba-tiba menyuruhnya untuk mengambilkan celemek. Oh bukan, bukan cuma mengambilkan, tapi juga memintanya untuk memakaikannya. (Pfft! Modus terooos!)

Cong Rong jadi seperti melakukan back hug waktu dia menalikan celemeknya, dia benar-benar terpesona gara-gara kedekatan mereka... sampai dia sadar sedetik kemudian dan buru-buru menjauh.

Tak lama kemudian, mie buatan Shao Qing pun tersaji dan rasanya enak banget. Cong Rong rasa Shao Qing bisa membuka bisnis kuliner dengan keahlian memasaknya ini, dia juga bisa memperkenalkan seorang murid padanya.

"Siapa? Kau? Kalau kau orangnya, aku tidak mau terima."

"Atas dasar apa kau meremehkanku?"

"Kalau aku mengajarimu memasak, apa kau masih akan makan di rumahku?" (Pfft! Geli banget gombalannya)

Cong Rong jadi canggung hingga dia langsung buru-buru beralih topik mengomentari ukiran di sumpitnya. Shao Qing mengaku kalau dia mengukirnya sendiri. Kalau Cong Rong suka, akan dia berikan sumpit itu untuk Cong Rong.


Cong Rong hampir tersedak mendengar gombalannya yang tiada henti itu. Dia buru-buru menyelesaikan makanannya dan langsung mau pergi, tapi Shao Qing tiba-tiba berkata bahwa dalam keluarga, jika yang satu memasak maka yang satunya harus cuci piring.

Cong Rong refleks menurut dengan patuh... dan baru menyadari ucapan Shao Qing begitu dia sampai dapur, Shao Qing menyebutnya keluarga, siapa juga yang sekeluarga dengannya?

Usai dia cuci piring, dia melihat Shao Qing membawa bantal dan selimut, dia akan tidur di sofa, sedangkan Cong Rong bisa tidur di kamar. Dan jangan khawatir, dia tidak akan macam-macam, dia bahkan memberikan kunci kamarnya pada Cong Rong biar Cong Rong merasa aman.

 Tapi Cong Rong susah tidur gara-gara memikirkan Shao Qing. Akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya terus terang, apakah Shao Qing menyukainya? Mendengar itu, Shao Qing pun langsung masuk kamar dan terus terang mengaku...

"Ya, aku menyukaimu." Wei Qing lalu mendekat dan menciumnya mesra.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

0 Comments