Wen Rang lagi nyantai baca buku sambil makan sate saat Cheng Cheng tiba dengan membawa sepedanya. Tapi dia tidak mengendarai sepeda itu karena ternyata dia tidak bisa mengendarai sepeda dan langsung kesal memprotes sikap Wen Rang padanya tadi.
Tapi Wen Rang dengan santainya membalikkan kata-kata Cheng Cheng padanya bahwa orang itu harus memiliki keberanian untuk dibenci. Cheng Cheng hampir saja mau nyolot lagi, tapi tiba-tiba dia melihat sate-satenya Wen Rang dan langsung berubah haluan menyikat sate itu.
Wen Rang sampai heran melihatnya. Dia beneran tidak punya uang dan hidup terpuruk sekarang? Dan Cheng Cheng langsung menjawabnya dengan menunjukkan kaos kakinya yang sudah bolong lalu lanjut melahap sate-satenya sampai ludes.
Tapi seketika itu pula Cheng Cheng mendapat ide bagus. "Aku ingin membuka restoran barbeku!"
"Masih ingin buka restoran lagi?"
Cong Rong terbangun berkat notifikasi dari grup magang-nya yang mengundangnya untuk makan bersama di restoran Jepang nanti malam sekaligus membicarakan pekerjaan mereka.
Cong Rong mengiyakannya padahal sebenarnya dia ragu. Dan bad feeling-nya benar saat dia tiba di restoran dan mendapati rekan-rekannya saling bekerja sama membelikan hadiah untuk menjilat supervisor mereka tanpa mengikutsertakannya. Tapi untungnya supervisor mereka bukan pegawai korup dan menolak hadiah mereka.
Dari laporan para pemagang, semua proyek yang mereka tangani masing-masing, berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Tapi salah satu dari mereka yang bernama Jing Jing, tampak jelas meremehkan Cong Rong, apalagi saat mendengar kasus yang Cong Rong tangani masih stuck.
Saat Cong Rong ke toilet, dia merekam voicemail, curhat tentang masalah ini dan berkata bahwa usai makan malam, mereka akan karaokean. Dia berniat mengirimkannya ke Cheng Cheng. Tapi sepertinya pikirannya sedang tidak bisa fokus, voicemail itu malah terkirim ke Shao Qing. Hadeh! Dasar jempol bodoh! Kenapa malah terkirim ke dia sih?!
Semua orang bersenang-senang dengan begitu hebohnya di karaokean, hanya Cong Rong seorang yang duduk diam di pojokan sambil terus menerus menenggak birnya dengan frustasi.
Parahnya lagi, Jing Jing bahkan terang-terangan mengejeknya dan latar belakangnya yang bukan dari sekolah hukum. Tapi Cong Rong tak gentar dengan ejekannya dan dengan berani membela dirinya, dia bahkan menegaskan bahwa dia akan tetap bertahan di dunia hukum.
Usai acara itu, Cong Rong duduk di luar dengan sedih memikirkan cercaan mereka tadi. Shao Qing menelepon saat itu. Cong Rong hampir saja kesal dan memperingatkan Shao Qing untuk tidak memberinya kabar buruk.
Tapi Shao Qing menelepon justru untuk mengabarkan hal baik, Kakek Lin sudah siuman. Malah Shao Qing sedang berada di belakangnya saat itu. Masih dalam pengaruh alkohol, Cong Rong tanpa berpikir, langsung berlari ke Shao Qing... lalu memeluknya erat dan menangis sedih dalam pelukan Shao Qing sembari berterima kasih karena Shao Qing sudah menyelamatkan nyawa Kakek Lin.
"Sudah siuman, aku senang. Alangkah bagusnya jika ayah... punya kau yang menyelamatkannya." Renung Cong Rong sedih. "Wen Shao Qing, kau adalah dokter yang baik. Menjadi rekan kerjamu adalah sebuah kehormatan bagiku."
Shao Qing menyadari Cong Rong sedih, tapi dia dengan bijak tak mempertanyakannya dan hanya membiarkan Cong Rong tidur sepanjang perjalanan.
Dengan lembut dia membopong Cong Rong sampai rumahnya dan membaringkannya di kasur. Saat dia hendak menyelimutinya, Cong Rong tiba-tiba menggenggam tangannya. Shao Qing dengan lembut menenangkannya dan mengusap kepalanya sebelum kemudian pergi.
Cong Rong terbangun keesokan paginya dan langsung ingat kalau kemarin dia memeluk Shao Qing. Duh! Memalukan banget, dia kerasukan atau apa! Baru juga dipikirin, Shao Qing tiba-tiba mengiriminya chat, mengingatkannya bahwa hari ini senin, jadi jangan sampai dia terlambat. Hadeh! Shao Qing salah paham nggak yah?
Dalam perjalanan ke kantor, Cong Rong mampir ke beberapa tempat untuk beli sarapan dan kopi. Tapi anehnya, semua yang dia beli sudah dibayar entah oleh siapa.
Bahkan saat dia naik taksi, taksinya juga sudah dibayar. Cong Rong jadi takut, siapa sih yang membayarinya? Tapi supir taksi berkomentar bahwa sebentar lagi Cong Rong akan menemukan jodoh yang baik sambil memberikan selembar post-it bergambar sebuah rumus. (Hmm, pasti Shao Qing nih)
Tapi Cong Rong tetap tidak kepikiran ke Shao Qing dan langsung menelepon Cheng Cheng untuk memberitahunya tentang segala kejadian aneh pagi ini.
Alih-alih berpikir kalau ini sesuatu hal yang romantis, Cong Rong justru takut kalau para penipu itu membuntutinya dan sedang melakukan balas dendam padanya. Dia bahkan jadi tidak berani memakan sarapan dan kopinya saking takutnya.
Tapi Cheng Cheng tak sependapat. Cong Rong kebanyakan mikir. Mungkin saja Cong Rong lagi beruntung dan menang hadiah. Cong Rong tak percaya, mana ada orang menang hadiah, dikasih ucapan akan mendapatkan jodoh. Masa iya ada perusahaan yang lagi bagi-bagi pacar?
Tepat saat itu juga, Cong Rong melihat Shao Qing lewat. Shao Qing langsung menggodainya. Tapi Cong Rong sama sekali nggak nyambung dengan godaannya dan to the point mengembalikan kemeja kotornya Shao Qing yang waktu itu.
Sudah dia cuci, berkali-kali malah. Dan masalah semalam, tolong jangan salah paham. Dia memeluk Shao Qing karena dia mabuk. Tapi Shao Qing mengklaim bahwa semalam Cong Rong cuma sedikit mabuk, yang itu artinya dia masih setengah sadar akan perbuatannya.
Alkohol adalah depresan yang berfungsi untuk menekan sistem saraf pusat yang mengendalikan akal sehat dan meningkatkan fungsi emosional. Dengan kata lain, Cong Rong memeluknya semalam karena...
"Aku menyukaimu?" tebak Cong Rong.
Shao Qing langsung tersenyum senang mendengarnya. Tapi Cong Rong menegaskan kalau ucapannya tadi hanya karena dia mengikuti logikanya Shao Qing, bukan berarti dia suka beneran. Lagian apa masalahnya, dia kan cuma memeluk sebentar doang.
"Memang bukan masalah, lagipula itu bukan pertama kali."
"Kalau begitu, masalah semalam anggap saja sudah berlalu."
Tapi Cong Rong tidak sadar kalau dia terus menatap Shao Qing sampai tidak dengar HP-nya berbunyi. Shao Qing sampai harus menegurnya, baru Cong Rong sadar dan langsung mengangkat teleponnya.
Dari perawat yang menelepon Cong Rong untuk mengabarkan bahwa Kakek Lin sudah siuman. Cong Rong yang ditelepon karena dia kan menyatakan dirinya sebagai kerabatnya Kakek Lin.
Sesampainya di sana, Perawat langsung menyodorkan spanduk pada mereka sambil pura-pura menggerutu sebal. Kakek Lin menyuruhnya untuk membuat spanduk itu sebagai hadiah buat mereka.
Di spanduk itu, ternyata Kakek Lin memuji mereka berdua sebagai sepasang kekasih yang hangat. Berhubung mereka berdua sekarang menyatakan diri sebagai keluarganya Kakek Lin, perawat menyatakan berhenti jadi penggemarnya Shao Qing.
Cong Rong langsung protes sama Kakek Lin, tapi Shao Qing suka banget sama spanduk itu. Kakek Lin dengan antusias minta foto bareng mereka.
Oke! Cong Rong langsung menyuruh Shao Qing untuk memotret mereka berdua. Tapi Kakek Lin mintanya foto bertiga. Dan Shao Qing dengan senang hati merangkul Cong Rong lalu memotret mereka bertiga.
Cong Rong tanpa sadar terpesona menatap Shao Qing. "Aku sering bermimpi Ayah didorong masuk ke ruang operasi. Ketika pintunya terbuka lagi, belakangnya kosong tidak ada apa-apa. Tapi setelah hari ini, mimpi itu menghilang. Mungkin karena selembar foto yang bersinar seperti penghargaan ini telah menggambarkan titik sempurna pada penyesalan itu. Juga mungkin... karena dirimu."
Mood Cong Rong semakin membaik berkat chat dari Lucy yang memberitahunya bahwa penilaian mereka terhadap pekerjaan Cong Rong di rumah sakit, sangat baik.
Tapi setibanya di apartemen malam harinya, dia malah mendapati lampu lorong apartemen mati. Parahnya lagi, petir tiba-tiba menggelegar hebat yang jelas saja membuatnya kaget.
Cong Rong langsung menyalakan senternya dan melihat ada beberapa kardus barang di pintu unit sebelah. Sepertinya dia punya tetangga baru nih.
Tapi... di kardus-kardus itu tertempel beberapa post-it bergambar rumus yang sama persis seperti post-it pemberian supir taksi tadi. OMG! Tetangga barunya adalah penguntitnya tadi pagi?
Cong Rong jadi ketakutan karenanya. Apalagi saat dia mencoba mengitip isi kardusnya, dia malah melihat isinya adalah kerangka manusia. Shock, Cong Rong refleks berteriak kencang dan melompat mundur yang malah membuat kardus itu terjatuh dan isinya berhamburan ke lantai.
Cong Rong sontak bergegas masuk ke apartemennya sendiri dan menelepon Cheng Cheng dan memberitahunya kalau penguntitnya pindah ke sebelah rumahnya. Di kardusnya ada banyak tengkorak. Cong Rong takut banget, dia sendirian lagi. Cheng Cheng jadi khawatir dan bergegas pergi ke sana sambil menyuruh Cong Rong keluar dan menunggunya di depan apartemen.
Cong Rong pun keluar sambil membawa payung sebagai senjata. Tidak ada orang, masih aman, Cong Rong langsung berjingkat-jingkat melompat tegkorak-tengkotak itu menuju lift.
Tapi saat tengah menunggu lift, tiba-tiba pintu rumah sebelah terbuka dan orangnya keluar mendekati Cong Rong yang jelas saja membuat Cong Rong ketakutan setengah mati.
Parahnya lagi, orang itu tiba-tiba berhenti di belakangnya Cong Rong lalu menepuk bahunya. HUAAAAAH! Cong Rong sontak menjerit ketakutan.
Bersambung ke episode 6
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam