Sinopsis Something About 1% Episode 11 - Part 1

Episode 11: Pengakuan saat mabuk, apa kau mau melihat ini sampai akhir, walaupun sulit?


Jae In sudah menunggu di depan rumah Da Hyun, tapi malah melihat Da Hyun pulang bersama Tae Ha. Da Hyun panik saat melihat Jae In menghampiri mereka, apalagi Jae In langsung menariknya menjauh dari Tae Ha dan mulai melabrak Tae Ha. Da Hyun berusaha menjelaskan pada Jae In dan mengenalkan Tae Ha sebagai sponsornya Ji Su. 

"Sponsornya Ji Su? Hei, Min Tae ha. Sejak kapan kau mensponsori penyanyi idol?"

Da Hyun kaget mendengar Jae In menyebutnya Min Tae Ha "Maksudmu, Min Tae Ha yang kau sebut waktu itu?"

Berpaling ke Tae Ha, Da Hyun mengkonfirmasi apakah namanya benar-benar Min Tae Ha? Apakah karena itu dia tidak pernah memberinya kartu nama? Da Hyun makin heran saat Jae In melabrak Tae Ha dengan bertanya seperti inikah cara Tae Ha mendekati Da Hyun.


Jae In berusaha menyuruh Da Hyun masuk. Tapi Da Hyun tidak mau karena dia membutuhkan jawaban atas banyak pertanyaan yang sekarang ini ada di dalam kepalanya, dan jika Jae In tidak mau menjawabnya maka dia akan meminta jawaban dari Tae Ha.


Beberapa saat kemudian, Da Hyun berusaha menenangkan diri sebelum mengulang informasi dari Jae In bahwa nama Tae Ha juga disebutkan dalam surat wasiat Kakek. Da Hyun langsung menuduh Jae In menipunya dan Tae Ha bersikap baik padanya hanya karena surat wasiat itu.

"Aku sudah tahu ada yang tidak beres" dengus Da Hyun kesal.


Tae Ha meminta maaf dan menjelaskan kalau dia mendekati Da Hyun karena dia hanya ingin tahu orang seperti apa Da Hyun dan dia merasa Da Hyun bukan cuma guru yang baik tapi juga orang yang baik. Dia sungguh tidak menyangka akan jadi seperti ini. Tapi Da Hyun tak percaya, dia yakin kalau Tae Ha sudah berniat menipunya sejak awal.

"Wah, kalian benar-benar saudara sepupu, yah? Kalian berdua bersikap sama persis!"

"Dalam hal apa?" tuntut Jae In dan Tae Ha serempak, tak terima dengan penilaian Da Hyun.

"Kalian tidak tahu? Kalian berdua punya bakat aneh untuk membuat orang lain kesal"


Da Hyun langsung pergi meninggalkan mereka dengan jengkel. Jae In langsung menyusulnya. Tae Ha jadi penasaran dengan sikap Jae In, apa dia benar-benar punya perasaan pada Da Hyun?


Setibanya di depan rumah, Da Hyun langsung membentangkan tangannya menghalangi Jae In dan menuntut kebohongan apa lagi yang Jae In lakukan padanya selain surat wasiat itu. Jae In mengklaim tak ada lagi, dia hanya membuang halaman terakhir dari copy surat wasiat yang dia berikan pada Da Hyun.

Tetap saja itu namanya penipuan! Sebentar, Da Hyun jadi curiga, jangan-jangan Pengacara Park juga ikut-ikutan menipunya. Dia kan pengacara, apa yang dilakukannya itu bisa membuat lisensi pengacaranya dicabut.

"Aku yang menyuruhnya melakukan itu"

"Tentu saja" Da Hyun tidak kaget, siapa lagi kalau Jae In yang akan menyuruhnya untuk melakukan hal sejahat itu.

Saat Jae In tak terima, Da Hyun jadi semakin sinis, Jae In bahkan tidak menyadari apa kesalahannya. Apa Jae In pikir dia akan melepaskan masalah ini semudah itu? Dia tahu kalau Jae In orang yang seperti ini tapidia  benci setiap kali Jae In bersikap seperti ini. Dia langsung masuk rumahnya dengan kesal.


Dalam perjalanan pulang, Jae In menelepon Pengacara Park dan menyuruh Pengacara Park datang ke rumahnya. Awalnya Pengacara Park tidak mau, tapi Jae In mengancamnya untuk datang saja kalau dia tidak mau lisensi pengacaranya dicabut.

Beberapa saat kemudian, kedua pria itu sudah berkumpul di rumah Jae In. Pengacara Park bertanya cemas, apa yang akan Jae In lakukan sekarang. Kalau Tae Ha sudah mengetahui isi surat wasiat itu, berarti Tae Ha pasti sudah melihat surat wasiat itu dong, lalu apa yang akan terjadi sekarang? Jae In tak yakin, tidak ada bukti kalau Tae Ha sudah melihat surat wasiat itu.


Tapi yang paling membuat Jae In khawatir sekarang adalah kemarahan Da Hyun padanya. Dia harus bagaimana supaya Da Hyun tidak marah lagi padanya. Pengacara Park menyarankannya untuk berlutut di hadapan Da Hyun dan memohon ampun. Jae In tidak mau, dia bahkan belum pernah sekalipun berlutut di hadapan Kakeknya.

"Astaga. Kalau begitu belikan dia sebuket bunga dan bersikap imut"

Jae In lebih tidak setuju dengan saran itu, dia tidak pernah merendahkan dirinya sendiri dengan cara norak seperti itu. 

Kalau begitu terserah Jae In saja, lakukan saja apapun yang Jae In inginkan. Tiba-tiba Pengacara Park mendapat telepon penting dan pergi, tapi sebelum itu dia memperingatkan Jae In untuk tidak menggunakan jasa pengiriman bunga, Jae In harus mengirim bunganya sendiri.

"Dasar, kau bahkan tidak punya jiwa romantis sedikit pun" gerutu Pengacara Park.


Jae In meremehkan saran itu dan mencoba menelepon Da Hyun. Awalnya Da Hyun berusaha cuek, tapi pada akhirnya dia mengangkat teleponnya untuk bertanya apakah Jae In sudah menyadari kesalahannya. Tapi Jae In masih terus bersikeras mengklaim kalau dia tidak salah apa-apa. Kesal, Da Hyun langsung mematikan teleponnya dan membuat Jae In berteriak frustasi.


Keesokan harinya, Jae In mencoba menelepon lagi. Tapi lagi-lagi dia tidak mau mengakui kesalahannya. Da Hyun langsung mematikan teleponnya sambil berteriak marah... tepat di hadapan murid-murid-nya 😂.

Canggung, Da Hyun dengan cepat membuat teriakan marahnya tadi sebagai contoh moral yang tidak boleh mereka tiru jika mereka bicara di telepon dengan seseorang.


Jae In terus berusaha menghubungi Da Hyun siang harinya, tapi Da Hyun menolak mengangkat teleponnya. Da Hyun lalu curhat ke Hyun Jin. Jae In menelepon lagi. Da Hyun mengangkatnya tapi langsung mematikannya lagi saat Jae In masih ngotot tidak salah apa-apa.

"Konyol sekali! Dia bahkan tidak tahu apa salahnya!"

"Kau lebih konyol lagi. Beneran deh, lucu banget" tawa Hyun Jin.


Jae In makin stres. Tepat saat itu juga, Pegawai Han masuk dan langsung ketakutan melihat wajah Jae In. Apalagi Jae In tiba-tiba menyuruhnya duduk. Tapi yang tidak dia sangka, Jae In tiba-tiba menanyakan masalah wanita dan bertanya apakah dia punya pacar.

Pegawai Han mengaku dulu dia pernah punya pacar. Tapi si brengsek itu menipunya dan menusuknya dari belakang. Jadi mereka putus. Jae In langsung ternganga shock, putus?

Dulu mantannya Pegawai Han berkata kalau dia menyukai keluguannya. Tapi kemudian dia mengetahui alasan si mantan yang sebenarnya. Ternyata mantannya menyukainya cuma karena daging di toko orang tuanya murah. Jae In jadi semakin tak tenang, mereka putus cuma karena masalah sepele itu?

 

Tak mau putus dengan Da Hyun begitu saja, Jae In akhirnya menelan harga dirinya dan pergi ke rumah Da Hyun malam harinya... dengan membawa sebuket bunga besar dan balon-balon. aww...


Dia sengaja menunggu di bawa, menelepon Da Hyun dna menyuruhnya keluar. Da Hyun menurutinya tapi jadi bingung saat tak melihat Jae In di depan. Tapi kemudian dia melihat sebuah balon melayang.

Da Hyun melihat ke bawah, dan disanalah dia melihat Jae In muncul dari sekumpulan balon-balon itu dengan senyum lebar. Da Hyun langsung tersenyum bahagia dan Jae In dadah-dadah dengan imutnya.


Tak lama kemudian, Da Hyun menerima bunga itu dengan bahagia, dia tidak menyangka kalau Jae In punya sisi romantis dalam dirinya. Jae In sendiri cuma menatapnya dengan remeh saat dia bertanya apakah Da Hyun merasa senang sekarang.

"Sedikit" jawab Da Hyun.

Jae In langsung protes "Apa kau tidak tahu betapa memalukannya membawa semua ini kemari? Dan kau malah bilang sedikit?"

Da Hyun tertawa geli mendengar gerutuannya "Pikirkan apa yang sudah kau perbuat padaku. Kalau kau jadi aku, apa kau akan merasa lebih baik hanya dengan semua ini?"

Jae In sepertinya tidak nyambung dengan maksud Da Hyun dan berpikir mungkin dia harus memberi Da Hyun hadiah atau uang. Tiba-tiba Da Hyun mendapat telepon. Sebelum mengangkatnya, dia memperingatkan Jae In kalau dia masih marah.


Da Hyun pun mengangkat teleponnya yang ternyata dari Ji Su. Jae In langsung mencibir kesal mendengar percakapan mereka yang sangat akrab itu. Setelah selesai menelepon, Da Hyun melihat poster Ji Su di dinding hampir copot, Dia langsung naik ke kursi untuk memperbaikinya.


Jae In makin kesal dan berusaha mencopot poster itu dari dinding. Mereka jadi otot-ototan karenanya. Saat Da Hyun berusaha melindungi poster itu, tak sengaja dia terjatuh kedalam pelukan Jae In.

Jae In menurunkannya pelan-pelan tapi tetap memeluk Da Hyun saat dia meminta Da Hyun untuk memaafkannya sekarang. Da Hyun berusaha melepaskan diri tapi Jae In tetap tak mau melepaskannya.

 

Dia memutuskan untuk tidak mempedulikan kemarahan Da Hyun dan menyatakan bahwa dia akan melakukan apapun yang dia inginkan sekarang. Jae In lalu mencondongkan dirinya dan mencium lembut bibir Da Hyun dan Da Hyun membalas ciumannya.


Beberapa saat kemudian, mereka duduk berdampingan di balkon dimana Da Hyun bertanya-tanya kenapa Kakeknya Jae In melakukan hal ini padanya. Dia tidak mengerti kenapa Kakeknya Jae In memilihnya diantara sekian banyak orang. Kalau Kakeknya Jae In tidak pernah melakukan ini padanya, dia tidak akan dimanfaatkan seperti ini oleh Jae In maupun Tae Ha demi warisan.

"Aku tidak pernah memanfaatkanmu" protes Jae In "Kita menandatangani kontrak yang sah"

"Jangan bercanda, siapa yang sudah meniadakan halaman terakhir surat wasiat itu?"


Da Hyun lalu meminta Jae In untuk mengadakan pertemuan untuknya. Jae In langsung protes, dengan siapa? Tae Ha? Bukan, Da Hyun harus bertemu dengan Kakeknya Jae In untuk bertanya sendiri kenapa Kakek melakukan hal ini padanya. Dia harus tahu karena dia adalah pihak utama yang terlibat dalam masalah ini.

Jae In merenungkannya "Kau benar. Kurasa sudah waktunya kau bertemu dengannya"


Setelah itu, Da Hyun mengantarkan Jae In pergi. Tapi keduanya tak ada yang ingin berpisah. Jae In malah memberitahunya ada toko es krim baru di jalan sana. Da Hyun berkomentar kalau Jae In sepertinya bukan tipe orang yang menyukai es krim. Jae In membenarkannya, dia memang tak terlalu menyukai es krim. Tapi Da Hyun menyatakan kalau dia sangat menyukai es krim.

"Mau ke sana?" tanya Jae In. Da Hyun langsung mengangguk setuju.


Mereka pun berjalan kaki ke toko es krim itu dan sepanjang jalan, mereka benar-benar tampak seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta, saling berangkulan dan bercanda tawa. Bahkan di toko es krim pun mereka kencan seperti layaknya sepasang kekasih pada umumnya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam