Sinopsis Something About 1% Episode 10 - Part 2

Begitu masuk rumah Da Hyun, Jae In langsung mendudukkan Da Hyun di kursi dan menuntut apa sebenarnya masalah di antara mereka sehingga Da Hyun marah padanya. Da Hyun harus memberitahu apa masalahnya agar dia tahu bagaimana menyelesaikan masalah mereka atau setidaknya memberi Da Hyun penjelasan.

"Berapa banyak wanita yang pernah kau pacari sebelumnya?" tuntut Da Hyun, "apa biasanya kau mengencani wanita minimal satu bulan tapi tidak lebih dari 6 bulan?"

"Kau sedang cemburu atau sedang mengetesku?" bingung Jae In.

"Mengetesmu. Jangan berani-berani kau selingkuh dariku."

"Aku mana ada waktu untuk bertemu dengan wanita lain? Aku sudah cukup sibuk berkencan denganmu seorang. Berhentilah mengucap omong kosong. Kalau kau punya waktu untuk itu, sebaiknya kau memanfaatkan waktumu untuk mengangkat teleponku. Bagaimana bisa kau tidak pernah meneleponku? Bagaimana bisa kau tidak pernah mengangkat teleponku? Selalu saja aku yang harus meneleponmu duluan."

"Aku... aku... sibuk!"

"Aku dua belas kali lebih sibuk darimu, tahu!"

Tak lama kemudian, Jae In pamit dan dadah-dadah dengan gaya imutnya hingga sukses membuat Da Hyun tersenyum kembali.


Tapi keesokan paginya, Da Hyun tiba-tiba ditelepon Hyun Jin yang menyuruhnya untuk membrowsing berita paling hot hari ini... yang ternyata berita tentang pertunangan Jae In dengan Joo Hee. Hah?


Hmm... ini pasti ulah Joo Hee. Jae In saja baru mengetahui berita itu sesampainya di kantor. Berita itu kontan membuat para pegawainya Jae In kewalahan menerima berbagai telepon. Kesal, Jae In langsung memberi berbagai perintah untuk menangani masalah ini agar tidak memengaruhi harga saham perusahaan mereka.

Jae In juga langsung menggunakan telepon merahnya untuk menghubungi kantor pusat untuk mengklarifikasi masalah ini dan berjanji akan mengambil jalur hukum untuk menangani masalah ini. Dia lalu berusaha menghubungi Da Hyun, tapi Da Hyun tidak mengangkatnya karena dia memang sengaja meninggalkan HP-nya di meja kerjanya.

Jae In bertemu Joo Hee dalam perjalanan keluar hotel. Terang saja Jae In langsung kesal mengatainya seburuk-buruknya manusia. Tapi Joo Hee dengan tampang tanpa dosanya mengklaim kalau Jae In punya hutang budi padanya karena dialah yang menyelamatkan Jae In dari pernikahan mereka dulu. 

Jae In menyangkal, dia tidak punya hutang budi apa pun pada Joo Hee karena Joo Hee sendiri yang tidak menginginkan pernikahan itu dulu, dan dia sendiri juga tidak menginginkannya.

Takut ada orang yang melihat dan menggosipkan mereka, Jae In cepat-cepat membawa Joo Hee ke ruang kosong dan langsung to the point memerintahkan Joo Hee untuk mengklarifikasi gosip itu ke media.

Joo Hee tidak mengerti kenapa Jae In begitu membencinya, kenapa mereka tidak bisa menikah? Dia melakukan ini karena dia pikir kalau dia mencintai Jae In.

Pfft! Jae In langsung mendengus sinis mendengarnya. Apa Joo Hee masih akan mencintainya jika dia bukan bagian dari keluarga SH Group? Sudah pasti tidak, yang Joo Hee cintai bukan dia, melainkan SH Group. 3 tahun yang lalu begitu, sekarang pun begitu. 

Joo Hee akui kalau dia memang ingin menjadi istri ketua SH Group, tapi dia juga menginginkan Jae In. 

Jae In jelas kesal mendengarnya dan mengingatkan bahwa dia bukan mainannya Joo Hee, dan jangan pernah berpikir kalau Joo Hee akan bisa memanipulasinya sesuka hati. Jae In tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. 

Joo hee langsung mengancam akan menjadi kejam, sekejam Jae In, tapi Jae In tentu saja tak gentar sedikit pun.

Jae In langsung keluar, tapi Joo Hee terus membuntutinya... tepat saat Sun Woo muncul dan jelas saja dia langsung salah paham melihat mereka jalan bersama dan langsung kesal pada Jae In.

"Kau benar-benar playboy yang hebat, ya?" Sindir Sun Woo.

Jae In langsung bergegas pergi mencari Da Hyun. Dia berusaha menghubungi Da Hyun sepanjang jalan, namun Da Hyun tak mengangkat teleponnya. Dia mencoba mencari Da Hyun ke sekolah, tapi ternyata Da Hyun sudah pergi.

Untungnya dia berhasil menemukan Da Hyun di jembatan penyeberangan. Mereka akhirnya pindah ke taman untuk membicarakan masalah ini. Da Hyun langsung kesal mendampratnya karena bertunangan seenaknya sendiri.

Jae In berusaha meyakinkan kalau dia tidak bertunangan. Tapi Da Hyun tak percaya dan langsung melemparkan kontrak kencan mereka, mengingatkan Jae In tentang salah satu pasal yang menyebutkan bahwa kontrak ini berakhir jika salah satu dari mereka pacaran dengan orang lain.

"Selamat atas pertunanganmu!" sinis Da Hyun.

"Aku kan sudah bilang kalau aku tidak bertunangan!"

"Apa kau mau melihat screenshot yang kuambil?"

"Kenapa kau men-screenshot omong kosong semacam itu?!!!"

"Kenapa kau marah padaku padahal kau yang salah?!"

Berusaha mengontrol emosinya, Jae In bertanya-tanya apakah di mata Da Hyun, dia adalah orang yang akan melakukan hal semacam itu? Apa Da Hyun pikir kalau dia adalah jenis cowok yang akan berkencan dengan satu wanita tapi bertunangan dengan wanita lain?

Da Hyun sontak memalingkan wajah dengan bingung dan ragu, "aku... tidak tahu."

Jae In mengantarkan Da Hyun pulang malam harinya, dan meyakinkan Da Hyun untuk tidak mempercayai apa pun yang bukan berasal dari mulutnya dan meminta Da Hyun untuk mempercayainya.

Tapi Da Hyun masih sulit mempercayainya, "Kalau begitu, buatlah aku mempercayaimu!"

Tapi sedetik kemudian Da Hyun menyadari kegilaannya dan langsung menggerutui dirinya sendiri, entah apa yang merasukinya hari ini. Dia memutuskan untuk tak mempermasalahkannya lebih lanjut, lagipula sebentar lagi kontrak mereka akan berakhir, jadi tidak masalah Jae In bertunangan dengan wanita itu.

Mendengar itu, Jae In langsung menarik Da Hyun ke dalam pelukannya dan menegur Da Hyun untuk tidak berpikir macam-macam. "Kau benar-benar memiliki banyak pikiran di dalam kepala kecilmu ini. Percayalah padaku dan pikirkan aku saja. Aku tidak akan pernah menyakitimu sampai masa kontrak kita berakhir, oke? Dan juga, tolong angkat teleponmu."

Da Hyun sontak tertawa mendengar permintaan terakhirnya itu lalu cepat-cepat menyuruh Jae In pulang. Tanpa mereka sadari, Hyun Jin sedang mengintip mereka dari rooftop dengan senyum geli.

Begitu Da Hyun naik, Hyun Jin langsung menggodai keromantisan mereka barusan. Da Hyun mengaku bahwa perasaannya pada Jae In sekarang, mulai berkembang jadi semacam perasaan cinta dan benci. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Apa lagi? Berkencanlah dengan sepenuh hati selama sisa waktu kalian agar tidak ada penyesalan nantinya."

""Bagaimana jika nantinya aku malah tidak rela putus dengannya?"

"Apa sebenarnya yang kau khawatirkan? Kau khawatir putus dengannya atau khawatir tidak putus dengannya? Kua kan tidak melakukan perzinahan atau semacamnya. Kau juga tidak akan menikah  lalu bercerai dengannya. Kenapa kau malah mengkhawatirkan masa depan sekarang?"

Sebagai orang yang sudah punya banyak pengalaman dalam hal putus-nyambung, Hyun Jin meyakinkan Da Hyun bahwa putus hubungan itu bukan masalah besar. Setelah putus, maka orang itu akan hilang dari pandangan, hilang dari pikiran.

Tapi Da Hyun alah jadi sedih medengarnya. Berusaha menghiburnya, Hyun Jin pun langsung memeluk sahabatnya itu.


Dalam perjalanan pulang, Jae In teringat ucapan Da Hyun tentang masa kontrak mereka yang akan segera berakhir. Pikiran itu sontak membuatnya tak senang.

Keesokan harinya, Jae In mendapat laporan dari Ketua Tim Kang tentang reporter yang pertama kali mengunggah berita itu. Tapi si reporter menolak memberitahu mereka tentang siapa informannya.

Dan juga, harga saham perusahaan keluarganya Joo Hee jadi meningkat sejak berita itu dirilis. Jae In jadi curiga bahwa ada yang tidak beres yang ada hubungan dengan harga saham. Karena itulah, Jae In memerintahkan Ketua Tim Kang untuk mengawasi harga saham perusahaannya Joo Hee dan para dewan direksi mereka.

Hyun Jin melihat Da Hyun termenung sedih menatap deadline kontrak hubungannya dengan Jae In yang sebentar lagi akan berakhir. Hyun Jin prihatin, berkencan dengan jadwal tetap itu pasti sangat menyesakkan. Sekarang weekend, apa Da Hyun mau pergi menemui Jae In hari ini?

Tidak. Da Hyun mau menemui Ji Su. Hyun Jin yakin bahwa jika Da Hyun memberitahu Jae In, maka Jae In pasti akan langsung lari ke sini tak peduli sesibuk apa pun dia. 

"Makanya aku tidak memberitahunya," ujar Da Hyun.

"Dasar kau wanita licik."

Da hyun dan Ji Su hari ini mendatangi panti asuhan lagi di mana Ji Su menyanyi untuk anak-anak dan Da Hyun terpesona mendengar suaranya yang indah.

Tiba-tiba Tae Ha juga muncul di sana, kali ini dia datang dengan alasan memberikan donasi atas nama SH Mall untuk panti asuhan ini. SH Mall juga akan memberikan beberapa beasiswa untuk anak-anak. 

Da Hyun senang banget mendengarnya dan setulus hati berterima kasih padanya. Karena Ji Su hari ini mau menginap di panti asuhan, jadi Tae Ha langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Da Hyun pulang.

Da Hyun awalnya menolak, tapi semua orang mendesaknya untuk ikut Tae Ha saja. Jadilah Da Hyun nebeng mobilnya Tae Ha. Dia sebenarnya minta diturunkan di subway saja, tapi Tae Ha mengklaim bahwa dia tinggal di dekat Bundang yang merupakan daerah tempat tinggalnya Da Hyun, jadi dia bersikeras mau mengantarkan Da Hyun sampai ke Bundang.

Di tengah jalan, Da Hyun tiba-tiba ditelepon Jae In yang menanyakan keberadaannya. Da Hyun berbisik di teleponnya bahwa dia sedang dalam perjalanan kembali dari panti asuhan. Jae In ingin menjemputnya, tapi Da Hyun menolak lalu buru-buru mematikan teleponnya.

Tae Ha bisa menduga kalau yang menelepon adalah pacarnya Da Hyun, dan langsung memanfaatkan saat itu untuk tanya-tanya tentang pacarnya Da Hyun dan to the point apakah mereka akan menikah.

Jelas saja Da Hyun kaget mendengar pertanyaan yang terlalu blak-blakan itu. Tae Ha minta maaf karena menanyakan pertanyaan pribadi semacam itu, dia hanya penasaran. 

Da Hyun akhirnya menjawab bahwa dia dan pacarnya hanya berkencan saja sekarang ini. Dia minta diturunkan di jalan depan saja, tapi Tae Ha menolak, bersikeras mau mengantarkan Da Hyun sampai rumahnya saja sekalian.

Tapi sesampainya di depan rumah, mereka malah mendapati Jae In sudah menunggu Da Hyun di sana dan jelas saja Jae In langsung kesal melihat Da Hyun bersama Tae Ha. Da Hyun pun panik, takut Jae In salah paham.

Bersambung ke episode 11

Post a Comment

1 Comments

  1. Makasih banyak mba imma
    Lanjuttt terusss ya..sampai selesai

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam