Tapi bahkan setelah itu, Ah Si masih saja memikirkan berbagai ide-ide
kekanakan untuk mengerjai Shan Cai... yang semuanya ditolak
mentah-mentah oleh ketiga temannya.
Mei Zou sampai harus mengingatkannya bahwa mereka terlalu sibuk untuk
mengerjai seseorang. Sekarang ini mereka harus menemui profesor untuk
mendiskusikan proyek kelulusan mereka.
"Oh, kita bisa pergi besok." Santai Ah Si. "Oh, yah. Lei, kau kan jurusan musik. Kenapa kau ikut dengan kami?"
"Aku cuma mau nebeng. Itu lebih ramah lingkungan."
Di kelasnya Shan Cai, Pak Dosen meminta para mahasiswa untuk menyebutkan
nutrisi yang terkandung di dalam pisang. Qing He sontak angkat tangan
lalu menjawabnya dengan sedetil-detilnya.
Pak Dosen sampai kagum mendengarnya, tapi bagaimana dia bisa menghapal
semua itu? Qing He mengaku bahwa dia berasal dari keluarga petani
pisang. Dalam satu tahun, mereka bisa mendapatkan panen besar sehingga
mereka membuka pabrik pengolahan makanan untuk membuat kue pisang. Usaha
mereka sukses besar hingga sekarang mereka telah memiliki sepuluh
pabrik.
"Jadi, apa keluargamu sering menginjak kulit pisang lalu jatuh?" Canda Xin Hui.
"Kau salah tentang kulit pisang. Orang tidak akan jatuh dari kulit pisang."
Tapi teman-temannya malah ketawa. Maka untuk membuktikannya, Qing He pun
melakukan demonstrasi di hadapan mereka semua dengan cara melempar
kulit pisang yang barusan dia kupas ke lantai koridor lalu berlari dan
menginjak kulit pisang itu, dan ternyata dia benar-benar tidak terjatuh.
Qing He menjelaskan bahwa kulit pisang yang baru dikupas memiliki
gesekan sehingga tidak akan menyebabkan orang jatuh. Tapi jika kulit
pisang yang mereka injak sudah tidak segar lagi, maka mereka akan jatuh.
Dia santai aja menjelaskan tentang kulit pisang itu tanpa menyadari F4
ada di belakangnya dan mendengarkan semua penjelasannya. Ah Si tampak
cemburu, apalagi dia memperhatikan Shan Cai tampak mengagumi Qing He.
"Mahasiswa baru fakultas gizi ini memiliki beberapa orang yang menarik.
Mereka bisa menginjak kulit pisang dan tidak terjatuh, dan menendang
Daoming Si juga." Goda Xi Men.
"Tutup mulutmu!"
Saat bekerja di tea shop hari itu, Xiao You terkagum-kagum mendengar
berbagai kejadian yang menimpa Shan Cai padahal dia baru masuk kampus.
Jadi apakah si Daoming Si itu tertarik pada Shan Cai?
"Jangan konyol. Dia hanya ingin membuat hidupku menderita. Aku tidak akan pernah membiarkannya menang."
"Jangan khawatir, Shan Cai. F4 atau apapun itu, siapapun yang membuli
temanku, berarti dia orang jahat. Aku akan membelamu kalau aku melihat
mereka!"
"Baiklah. Terima kasih."
"Tapi setelah mendengarkan ceritamu. Sepertinya Daoming Si itu biang onar. Apa teman-temannya juga nyebelin?"
Senyum Shan Cai langsung merekah memikirkan Lei. "Bisa dibilang... ada salah satu dari mereka yang beda."
"Bagaimana?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya. Mungkin dia agak menyebalkan sedikit."
Baru dibicarakan, Lei mendadak muncul di tea shop itu bersama Xi Men.
Shan Cai langsung sumringah. Xi Men tak menyangka kalau Shan Cai bekerja
di tea shop ini dan Xiao You langsung kesengsem pada Xi Men.
Saking terpesonanya, Shan Cai sampai tidak mendengarkan pesanan Lei,
malah sibuk menatap wajah tampan Lei. Untung saja Xiao You cepat
menegurnya dan Shan Cai pun buru-buru mempromosikan menu andalan mereka.
Saat Shan Cai menyiapkan pesanan mereka, Xiao You diam-diam menanyainya
tentang kedua pria itu. Shan Cai memberitahu kalau mereka adalah anggota
F4.
Saat dia menyerahkan minumannya dan Lei mengambilnya, tak sengaja kedua
tangan mereka bersentuhan sedikit yang kontan saja membuat Shan Cai
membeku di tempat.
"Siapa mereka?" Tanya Xiao You, menyadarkan Shan Cai dari lamunannya.
"Namanya Huaze Lei."
"Kalau yang satunya?"
"Yang satunya tidak penting."
"Jadi dia yang berbeda? Apa dia datang kemari hanya untuk menemuimu?"
Pertanyaan Xiao You itu kontan membuat Shan Cai semakin tersipu malu,
yah walaupun di menolak mengakuinya saat Ciao You membahas pipinya yang
memerah.
Keesokan harinya di kampus, Shan Cai mencoba mencari Lei di atap. Tapi
lagi-lagi, dia tidak ada di sana. Tapi ada sesuatu yang menarik
perhatiannya di tembok, sebuah peta dengan dua titik garis bujur dan
garis lintang.
Titik pertama menunjukkan kota Shanghai, tapi Shan Cai tidak mengenali
titik kedua. Garis lintang utara 48,52 derajat dan garis bujur timur
2.21 derajat, di mana itu?
"Paris." Sahut Lei yang mendadak muncul di sana. "Apa kau tahu perbedaan waktu antara Shanghai dan paris?"
Shan Cai berniat mencari tahu dulu di ponselnya, tapi Lei langsung
menjawabnya duluan. "7 jam. Shanghai 7 jam lebih awal dari Paris. Aku
berharap waktu bisa terbang lebih cepat."
"Aku punya teman sekelas bernama waktu, aku akan memberitahunya untuk
datang kemari sekarang juga." Canda Shan Cai yang kontan membuat senyum
Lei mengembang lebar.
"Kau benar-benar gadis yang aneh."
Teman sekelasnya Shan Cai sedang membicarakan tas model terbaru saat
tiba-tiba saja mereka melihat Shan Cai jalan bersama Lei. Begitu mereka
berpisah, mereka sontak menghadang Shan Cai sambil nyinyir menyindirnya
yang langsung akrab dengan Lei secepat ini.
Mereka bahkan bisa tahu dari senyuman Shan Cai kalau Shan Cai jatuh
cinta pada Lei. Tapi asal Shan Cai tahu saja, Lei sudah memiliki
seseorang yang dia sukai sejak lama, wanita itu adalah dewi universitas
ini - kakak senior Teng Tang Jing.
Mereka bahkan dengan senang hati menunjukkan foto Teng tang Jing yang cantik itu pada Shan Cai. "Bukankah mereka sangat serasi?"
"Kau mungkin tidak tahu bahwa Jing akan menyelesaikan studinya di Perancis dan akan segera kembali kemari."
Shan Cai patah hati mendengar semua itu. Saat dia berjalan pulang malam
harinya, tak sengaja dia bertemu Lei di tengah jalan. Yang membuatnya
makin sedih, dia melihat Lei sedang membelai foto poster-nya Jing yang
terpampang di halte.
Entah apa yang ada di pikiran Lei. Tapi saat dia melihat Shan Cai, Lei
tiba-tiba berkata. "Kau sangat imut hari ini." Ucapnya sebelum kemudian
mengecup pipi Shan Cai tanpa permisi lalu pergi meninggalkan Shan Cai
yang cuma bisa diam termangu di sana.
Tak pelak hal itu membuat hati Shan Cai berbunga-bunga bahkan sampai
keesokan harinya di kampus. Bahkan saking bahagianya, dia sampai tidak
sadar kalau dia melewati Ah Si begitu saja. Ah Si jelas tidak terima
diabaikan begitu saja dan langsung membentak Shan Cai.
Shan Cai benar-benar kaget melihatnya ada di sana. Tapi dia
memperhatikan ada yang beda dari Ah Si. "Apa yang terjadi dengan rambut
nanasmu?"
"Kenapa? Masalah kalau aku mengubah gaya rambutku. Kukasih tahu kau, aku
ingin mencoba gaya rambut baru, aku mengubahnya bukan karena kau."
"Oh, itu cocok untukmu."
"Dengan wajah setampan aku ini, apapun gaya rambutku, aku tetap terlihat gagah, kan?"
"Kata gagah itu digunakan untuk menggambarkan sebuah pria sejati... dan kau bukan pria sejati."
Ah Si tidak terima, "Bagaimana bisa aku bukan pria sejati?"
"Tidak ada satupun dalam dirimu yang terlihat gagah."
"Apa kau menghinaku? Katakan itu sekali lagi!"
"Tentu saja. Ha-ha-ha-ha!"
Tepat saat itu juga, Qing He muncul dan langsung penasaran apa yang sedang Shan Cai tertawakan? Oh, dia cuma sedang menertawakan
'seseorang yang terlalu kepedean'.
Ah Si tidak terima, "aku benar-benar seorang pria gagah!"
Tapi belum sempat melanjutkan lebih jauh, Xi Men datang untuk
memberitahu Ah Si kalau Jing sudah kembali. Seketika itu pula, Ah Si
langsung melupakan perdebatannya dengan Shan Cai dan pergi bersama Xi
Men.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam