Sinopsis Something About 1% Episode 10 - Part 1

Pagi-pagi, Jae In menelepon Da Hyun dan menuntutnya untuk datang ke hotel,  soalnya sekarang giliran Da Hyun yang datang padanya setelah sebelumnya Jae In yang mendatangi Da Hyun ke sekolahnya.

Ibunya Jae In juga sudah tahu tentang surat wasiat Kakek itu dan tidak terlalu ambil pusing karena Jae In cuma disuruh memacari gadis itu, bukan menikahinya. Tapi Ibu mengingatkan Jae In untuk tidak sampai jatuh cinta pada gadis itu karena orang-orang seperti Jae In tidak boleh menikah dengan sembarang orang. Jae In mengiyakannya. 

Tapi setelah mengantarkan ibunya pergi, dia langsung lari mencari Da Hyun dengan antusias, dan menemukan Da Hyun sudah menunggunya di lobi. Jae In mencoba mengajaknya naik ke atas karena dia masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya.

Tapi Da Hyun menolak, dia tak nyaman kalau harus jadi tontonan dan gosipan para pegawainya Jae In. Jae In sebenarnya tak peduli dirinya jadi bahan gosipan orang-orang, tapi Da Hyun keukeuh ingin menunggu Jae In di sini saja.

Baiklah, Jae In akhirnya pergi meninggalkannya sebentar tanpa menyadari bibinya melihat mereka. Mumpung Da Hyun sendirian, Bibi pun langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menyapa Da Hyun.

Jae In berusaha menyelesaikan rapatnya secepat mungkin, lalu bergegas ke lift. Tapi lift-nya lama banget, Jae In sudah tak sabaran ingin segera kembali ke Da Hyun. Maka dia langsung saja turun pakai tangga darurat.

Sementara itu di restoran, Bibi sedang menginterogasi Da Hyun dan tanya apakah kakeknya pernah menyebutkan tentang Tae Ha pada Da Hyun waktu dia memperkenalkan Da Hyun pada Jae In.

Da Hyun jelas bingung. Dia hampir mau menanyakan siapa Tae Ha. Tapi Jae Ha muncul saat itu dan langsung perang dingin sama bibinya. Saat dia tanya apa yang Bibi lakukan di sini, Bibi mengklaim kalau dia mau menemukan seseorang di sini, apa dia tidak boleh bicara sama tamu?

"Silahkan saja Bibi menemui tamu Bibi, tapi jangan melakukan ini."

Da Hyun yang tak enak sama Bibi, langsung panik dengan sikap tak sopannya Jae In. Bibi pun langsung mengepalkan tangannya dengan kesal. Tapi dia akhirnya beranjak bangkit dan pamit, tapi dia masih punya banyak pertanyaan untuk Da Hyun, jadi dia harap mereka akan bertemu lagi.

Setelah Bibi pergi, Da Hyun langsung menegur sikap tak sopan Jae In pada Bibi barusan. Jae In tak peduli, Bibi memang pantas mendapatkannya. Bibi bicara apa pada Da Hyun tadi?

"Apa maksudmu, aku bahkan belum sempat menyapanya dengan benar karena kau menyela dengan kasar tadi."

Mengalihkan topik, Jae In mengajak Da Hyun untuk makan siang saja sekarang. Maka Da Hyun pun langsung menyeret Jae In ke sebuah restoran langganannya bersama Hyun Jin. Jae In seperti biasanya, sibuk ditelepon pegawainya. Tapi kali ini dia lebih memilih untuk mengabaikan teleponnya dan fokus dengan makan siangnya.

Da Hyun jadi prihatin melihatnya begitu sibuk sampai hampir tidak ada waktu untuk makan. Tapi kemudian Da Hyun teringat ucapan bibinya Jae In tadi. Dia juga ingat kalau Jae In pernah menyebut nama itu sebelumnya. Da Hyun jadi penasaran dan langsung tanya ke Jae In tentang siapa Tae Ha.

Jae In akhirnya jujur mengaku bahwa Tae Ha itu sepupunya, anaknya bibinya. Tapi dia memperingatkan Da Hyun untuk segera memberitahunya jika Tae Ha mendekati Da Hyun, okoknya Da Hyun abaikan saja apa pun yang dikatakan orang itu. Da Hyun bingung, dia bahkan tidak pernah bertemu Tae Ha. 

"Baguslah, kalau begitu. Pokoknya jangan bertemu dengannya saja. Abaikan dia begitu kau mendengar namanya."

Karena kesibukan Jae In, jadi dia harus segera kembali ke hotel setelah selesai makan siang. Da Hyun memutuskan mampir ke tokonya Hyun Jin.

Tapi setibanya di sana, dia malah bertemu dengan Joo Hee yang langsung sinis mengomentari hubungan Jae In dan Da Hyun yang lebih lama daripada pacar-pacarnya Jae In yang sebelumnya. Pacar paling singkat yang pernah dipacari Jae In hanya berlangsung satu bulan. Belum pernah sekalipun jae In berkencan dengan seseorang lebih dari 6 bulan.

Joo Hee mengklaim bahwa Jae In hanya main-main dengan banyak wanita karena wanita yang akan dinikahi Jae In sudah ditentukan sejak awal. Da Hyun tidak berpikir untuk menikah dengan Jae In, kan? Sebaiknya Da Hyun jangan jatuh cinta pada Jae In.

Da Hyun tetap tenang menghadapinya, mengingatkan Joo Hee bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menebak masa depan. Terima kasih atas sarannya, tapi hubungan mereka akan mereka urus sendiri.

Da Hyun lalu beralih mencoba beberapa sepatu. Dia kurang nyaman dengan sepatu high heels bling-bling dan beralih ke sepatu yang lebih sederhana. Joo Hee langsung sinis berkata bahwa Jae In sama seperti sepatu yang tidak nyaman dan tidak cocok dengan Da Hyun itu.

Tak gentar, Da Hyun memberitahu Joo Hee bahwa Jae In sebenarnya sangat nyaman lebih daripada yang Joo Hee pikir. Joo Hee kan tidak tahu apa-apa.

"Kau tidak akan tahu apakah sepasang sepatu cocok atau tidak sampai kau mencobanya," ujar Da Hyun penuh arti, dan kontan membuat Joo Hee terbungkam kalah.

 

Tapi begitu Da Hyun keluar dari toko, sebenarnya dia kesal dan marah banget. Tapi dia marahnya sama Jae In, karena Jae In-lah sumber masalah ini. Bahkan saking kesalnya, dia menolak mengangkat teleponnya Jae In. Tapi perbuatannya itu malah membuat Jae In jadi khawatir, mengira Da Hyun tersesat lagi. Tapi Jae In juga tidak bisa pergi mencarinya karena masih ada rapat.

Da Hyun menceritakan pada Hyun Jin tentang Joo Hee dan keposesifannya terhadap Jae In. Dia sungguh tidak mengerti siapa sebenarnya wanita itu dan apa hubungan wanita itu dengan Jae In. 

Tepat saat itu juga, Jae In menelepon Da Hyun lagi. Tapi lagi-lagi, Da Hyun menolak mengangkat teleponnya. Walaupun dia sebenarnya sangat penasaran tentang Joo Hee, tapi Da Hyun bersikeras mau menghukum Jae In. Begini baru adil.

Ah! Da Hyun mendadak punya ide bagus tentang 'keadilan'. Dia akhirnya mengangkat teleponnya Jae In. Saat Jae In kesal karena tadi Da Hyun tidak mengangkat teleponnya, Da Hyun beralasan bahwa ada banyak hal yang dia pikirkan.

Jae In bingung, Da Hyun marah karena apa? Biasanya dia bukan tipe wanita yang akan marah hanya karena tidak diantarkan pulang.

Da Hyun menyangkal, dia justru marah, sangat marah. Dia langsung menutup teleponnya begitu saja sambil menggerutu sebal karena seandainya tadi Jae In mengantarkannya pulang, maka dia pasti tidak akan bertemu dengan wanita menyebalkan itu tadi.

 

Melihat kontrak kencannya, Da Hyun bertanya-tanya apakah ini alasan Jae In ingin berkencan 6 bulan dengannya? Yah memang sih dia tidak ada rencana untuk memiliki hubungan jangka panjang dengan Jae In. Tapi tetap saja, kenapa dia harus berurusan dengan cewek itu?!

Hmm, ngomongnya sih tidak berharap sama Jae In, tapi nyatanya, saat teleponnya berbunyi semenit kemudian, Da Hyun langsung mengambil HP-nya dengan antusias... dan langsung kecewa saat melihat peneleponnya ternyata Ji Su.

Tapi dia tetap ramah pada Ji Su seperti biasanya, dan mereka pun asyik ngobrol tanpa menyadari kalau Jae In sebenarnya sedang berusaha menghubungi Da Hyun tapi malah dialihkan ke voicemail. Jae In kesal.

Tak lama kemudian, Da Hyun mendatangi SH Mall, menemani Ji Su yang sedang perform di sana. Kebetulan, Soo Jung, gadis muda yang pernah menelepon Jae In, juga ada di sana, berdiri di samping Da Hyun. Sama seperti Da Hyun, Soo Jung terpesona menyaksikan penampilan Ji Su.

Setelah Ji Su selesai menyanyi, Tae Ha mendekati mereka. Dia tidak memperkenalkan namanya dan hanya mengklaim dirinya sebagai pegawai biasa di mall ini, dan bertanya-tanya apakah Da Hyun adalah managernya Ji Su.

Da Hyun menyangkal, dia memperkenalkan dirinya sebagai presiden fanclub-nya Ji Su. Tapi biarpun bukan manajer, dia dengan cepat membantu Ji Su membuat kesepakatan dengan Tae Ha agar Ji Su tampil lagi di event-event SH Mall lain.

Tak lama kemudian, Tae Ha melihat ayahnya sedang mengantarkan seorang partner bisnis. Dia agak curiga karena dia perhatikan, belakangan ini Ayah lebih sering datang ke mall. Ayah tampak agak canggung saat dia beralasan bahwa klien mereka barusan adalah orang tua yang punya banyak waktu dan ketamakan. Tae Ha tampak jelas tak percaya, tapi dia memutuskan untuk diam saja.


Saat Da Hyun pulang malam harinya, dia mendapati Jae In sudah menunggunya di depan. Jae In tanya dia dari mana dan langsung kesal saat Da Hyun mengaku kalau dia habis nonton konsernya Ji Su. Parahnya lagi, Da Hyun cuma menyapanya dengan singkat lalu buru-buru masuk dan mengunci pintunya.

Tapi dia tetap berdiri di depan pintu sambil melipat tangan di dada, sementara Jae In di luar, berusaha mengetuk pintu dengan ketukan bernada yang sukses membuat Da Hyun tersenyum dan akhirnya dia membukakan pintu untuk Jae In, dan Jae In pun langsung memaksanya duduk.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam