Pagi hari di sebuah hotel, beberapa pegawai tampak sibuk menyiapkan
sebuah baju. Sementara di gym, tampak seorang pria muda yang sedang
sibuk olahraga. Pria itu Lee Jae In (
Ha Suk Jin), dia adalah
seorang CEO Hotel SH Arpengia dan baju yang disiapkan para pegawai tadi
adalah baju kerjanya. Setelah selesai berolahraga, Jae In mengambil
bajunya dan mandi.
Setelah mengecek keadaan hotel, Jae In rapat dengan para pegawainya.
Selama beberapa saat, dia diam sambil sibuk mempelajari dokumen
sementara beberapa pegawainya diam karena gugup. Tiba-tiba terdengar
suara hape pegawai wanita berbunyi.
Sontak pegawai yang lain langsung melotot ketakutan, Jae In sendiri
tampak tak senang. Si pegawai wanita cepat-cepat mematikan hapenya dan
Jae In pun kembali mempelajari dokumennya dengan tenang.
Tepat saat Jae In hendak bicara, tiba-tiba hape kedua berbunyi dan
kebetulan hape yang berbunyi itu terletak di atas meja. Kali ini Jae In
tampak sangat kesal. Si pegawai hendak mengambil hapenya tapi Jae In
langsung merampas hape itu dan melemparnya tanpa ampun.
"Apa kita bisa mulai sekarang?" tanya Jae In
"I-iya... pak" jawab pegawainya dengan ketakutan
Kim Da Hyun (
Jeon So Min) adalah seorang guru di sebuah SD. Hari
itu, dia membawa anak-anak didiknya belajar di luar kelas. Dia sedang
memuji karya seorang muridnya saat tiba-tiba saja dia mendengar suara
gaduh dari hutan di belakang sekolah.
Penasaran, Da Hyun memutuskan untuk mengecek suara itu tapi terlebih
dulu dia memperingatkan murid-muridnya untuk tidak kemana-mana.
Dia lalu masuk kedalam hutan untuk mencari asal suara gaduh itu. Di
sana, dia malah menemukan seorang kakek yang terjatuh pingsan. Da Hyun
langsung cepat-cepat turun untuk mengecek keadaan kakek itu dengan
cemas. Dia berusaha menyadarkan Kakek itu tapi Kakek itu tidak bangun.
Di hotel, para pegawai mendengar suara kegaduhan dari dalam ruangannya
Jae In. Sepertinya Jae In sedang ngamuk dan para pegawai saling berbisik
mengomentari betapa tangguhnya hape dan kursi yang biasanya jadi
sasaran kemarahan Jae In.
Gosipan mereka terhenti saat mereka melihat Jae In keluar tak lama
kemudian. Setelah menghela napas panjang, dia mengingatkan tentang rapat
bersama Mr. Kingston.
Para pegawai langsung buru-buru bangkit dan pergi bersamanya. Saat
mereka sedang menunggu lift, Jae In mempelototi para pegawainya dengan
kesal. Karena ternyata Mr. Kingston membatalkan pertemuan mereka di
hotel ini, malah memindahkan pertemuan mereka di hotel lain.
"Haruskah aku menganggap masalah ini sebagai tantangan, atau haruskah
aku menyalahkannya pada staf yang tidak kompeten?" sindir Jae In.
Ketua Tim Kang dengan takut-takut berusaha meredakan kemarahan Jae In
dengan mengingatkan Jae In bahwa hotel lain itu masih termasuk anak
cabang perusahaan mereka, jadi dia menyarankan agar sebaiknya mereka
membiarkannya saja. Tapi Jae In tidak mau tahu dan bersikeras
memperingatkan mereka bahwa pertemuan selanjutnya harus di hotel ini.
Di depan anak buahnya, Jae In memang bos yang sangat menakutkan. Tapi
sikapnya langsung berubah total saat berhadapan dengan tamu hotel, wajah
dan nada suaranya seketika berubah jauh lebih ramah.
Saat mereka tiba di lobi, Jae In melihat seorang turis Cina yang
sepertinya sedang kebingungan. Jae In langsung mendekati turis itu dan
bicara ramah dalam Bahasa Cina.
Heran melihat perubahan sikap Jae In, para bawahannya diam-diam berbisik
di belakang punggungnya... "Dia benar-benar bermuka dua"... "Dia palsu
banget"
Da Hyun ikut ambulance yang membawa Kakek itu ke rumah sakit. Dia mau
langsung pergi setelah melihat Kakek masuk UGD. Tapi tepat saat itu
juga, Da Hyun mendengar seorang suster dan dokter yang menggosipkan
Kakek itu.
Mereka ragu untuk mengobati kakek itu karena kakek itu seorang
gelandangan dan tak punya wali. Da Hyun langsung batal pergi dan
mengklaim dirinya sebagai wali kakek gelandangan itu.
Setelah pertemuannya usai, Jae In berusaha membujuk Mr. Kingston untuk
makan di hotelnya sebelum Mr. Kingston pergi. Awalnya Mr. Kingston
menolak dengan alasan jadwalnya sangat padat. Tapi Jae In tak mau
menyerah begitu saja dan mengklaim bahwa hotel mereka baru saja
mempekerjakan seorang koki asal Belgia yang ahli dalam makanan Meksiko.
Mr. Kingston langsung berubah pikiran mendengarnya dan menyatakan bahwa
dia akan mengatur ulang jadwalnya. Para pegawainya cuma bisa
geleng-geleng melihat sikap bos mereka itu.
Dalam perjalanan pulang, Ketua Tim Kang berkomentar keheranan karena Jae
In bsia meyakinkan Mr. Kingston untuk datang ke hotel mereka padahal
selama ini Mr. Kingston tidak pernah mau. Jae In dengan santainya
berkata bahwa dia tahu Mr. Kingston menyukai masakan Meksiko dan orang
tuanya berasal dari Belgia.
Malam harinya, Da Hyun sedang membuat poster-poster untuk idolanya, Ji
Su, sambil bicara dengan ibunya diteleponnya. Ibunya Da Hyun menyuruh Da
Hyun untuk melakukan kencan buta hari sabtu di hotelnya Jae In.
Sepertinya Da Hyun sudah cukup sering kencan buta, dia menerima perintah
ibunya itu dengan santai bahkan bertanya-tanya kali ini prianya dokter
herbal apa lagi.
Setelah selesai dengan teleponnya, Da Hyun mengeluh heran apa ibunya
tidak bosan melakukan ini. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk
melihat sisi baiknya saja, setidaknya dalam kencan buta nanti bisa
membuatnya pergi ke tempat mewah dan makan makanan gratis.
Da Hyun lalu mengecek website fancafe-nya Ji Su. Saat sedang chatting
dengan beberapa fans lainnya, dia mendapati kalimat mereka banyak
mengandung kesalahan. Sebagai seorang guru, dia ingin sekali mengoreksi
kesalahan kalimat para fans itu.
Tapi pada akhirnya Da Hyun memutuskan membatalkan niatnya, takutnya dia
bakalan dibenci hanya karena itu. Da Hyun tiba-tiba teringat apel yang
ada didalam tasnya dan ternyata apel itu adalah pemberian Kakek
gelandangan.
Flashback,
Waktu itu Kakek ingin segera keluar dari rumah sakit. Da Hyun berusaha
membujuk Kakek untuk beristirahat lebih lama, tapi Kakek bersikeras
menolak dan langsung membuka dompet untuk mengganti rugi biaya perawatan
yang dibayar Da Hyun.
Tapi Da Hyun menolaknya dan meyakinkan Kakek bahwa biaya perawatannya
tidak mahal. Kakek tetap merasa berhutang budi dan akhirnya menawarkan
sebuah apel sebagai ungkapan terima kasih. Kakek mengaku bahwa apel itu
sebenarnya untuk istrinya, tapi Kakek ingin memberikannya pada Da Hyun
sekarang. Da Hyun berusaha menolaknya tapi Kakek bersikeras, Da Hyun
akhirnya menerima apel itu dengan senang hati.
Flashback end,
Da Hyun tersenyum menatap apel itu lalu memakaannya. Pada hari sabtu, Da
Hyun berdandan cantik untuk pergi ke kencan butanya. Da Hyun ternyata
seorang pelupa hingga dia harus membuat catatan khusus tentang daftar
barang-barang apa saja yang harus dibawanya sebelum pergi. Tapi saat dia
melihat jam, dia mulai panik karena sudah telat dan askhirnya asal saja
memasukkan barang-barangnya.
Setelah yakin sudah membawa semuanya, dia pun keluar... dan baru sadar
setelah sampai di jalan kalau hapenya ketinggalan. Gara-gara sifat
pelupanya itu, dia jadi ketinggalan bis.
Di hotel, Jae In lagi-lagi mengomeli para anak buahnya. Ketua Tim Kang
menyarankan agar mereka menelepon Ketua via telepon merah. Tapi sarannya
langsung ditolak mentah-mentah dan Jae In mengingatkan Ketua tim Kang
bahwa pemilik hotel ini adalah dirinya. Hmm... sepertinya ada masalah
antara Jae In dengan Ketua SH Group yang merupakan kakeknya sendiri.
Telepon merah yang ada di meja kerjanya Jae In tiba-tiba berbunyi dari
pengacara SH Group, Pengacara Park. Jae In langsung kesal, tak terima
seorang pengacara menghubunginya via telepon merah. Jae In menerima
telepon itu sambil menggutu kesal, tapi saat Pengacara memintanya
bertemu, Jae In langsung setuju.
Tapi sebelum pergi, terlebih dulu Jae In memperingatkan para pegawainya
untuk menyelesaikan urusan pembangunan hotel baru mereka di Hawaii dan
pest pembukaan hotel mereka di Jeju dalam waktu 2 jam sebelum dia
kembali.
Pada saat yang bersamaan, Da Hyun baru tiba di hotel itu. Saat berjalan
melewati lorong hotel, ada serombongan turis lewat. Dia langsung minggir
untuk menghindari rombongan turis itu sambil mencari sesuatu didalam
tasnya, tapi malah bertubrukan dengan Jae In. Da Hyun hampir terjatuh
karenanya, tapi Jae In sigap menangkapnya.
Mereka cepat-cepat menjauh dan Jae In dengan ramah bertanya apakah dia
baik-baik saja. Da Hyun meyakinkannya bahwa dia sendiri yang salah
karena tidak lihat jalan. Tepat saat itu juga Da Hyun ditelepon ibunya
yang bertanya dia sudah sampai di hotel apa belum. Jae In sengaja
menunggu sembari menguping percakapan telepon Jae In dengan Ibunya.
Setelah selesai bicara dengan ibunya, Jae In dengan ramah memberitahu Da
Hyun letak area coffee shop. Da Hyun mengklaim kalau dia mencari
toilet. Jae In dengan ramah menunjukkan arah toiletnya, tapi setelah itu
dia tetap bersikeras menunjukkan arah ke coffeee shopnya.
Saat mereka berjalan ke arah yang berlawanan, Da Hyun dan Jae In
masing-masing saling menggumam sendiri "Hotel ini melatih pegawainya
dengan baik" komentar lirih Da Hyun... "Sudah jelas dia kemari untuk
kencan buta" dengus Jae In.
Pengacara Park bukan cuma pengacara kepercayaan Kakeknya Jae In, tapi
juga temannya Jae In. Bahkan saat Pengacara Park mencoba bersikap
profesional layaknya pengacara dan klien, Jae In langsung mendengus
sinis. Pengacara Park mengklaim kalau dia memanggil Jae In kemari
sebagai pengacara SH Group dan bukannya sebagai temannya.
"Ketua mengubah surat wasiatnya" ujar Pengacara Park sambil menunjukkan surat wasiat yang baru disahkan Kakeknya Jae In.
Jae In memutuskan tak peduli dan mau langsung pergi, harta itu milik
kakeknya jadi terserah kakeknya saja mau dia apakan hartanya itu, tidak
ada hubungannya dengannya. Tapi Pengacara Park cepat menghentikannya
untuk menjelaskan masalah ini lebih jauh. Jae In hanya bisa sepenuhnya
mengambil alih SH Group jika Jae In mendapatkan saham milik Ketua.
"Tapi sebagai gantinya aku harus menikah dengan orang yang dia inginkan, itu syaratnya! Tapi aku tidak mau melakukan itu"
"Apa kau bahkan tidak mau tahu siapa wanitanya?"
Tidak sedikitpun, Jae In yakin bahwa dia tahu siapa wanita itu. Ini kan
bukan pertama kalinya terjadi, Kakeknya sudah pernah menulis wasiat
semacam ini 3 tahun yang lalu. Pengacara Park menyela dan meyakinkan Jae
In bahwa kali ini wanitanya bukan Han Joo Hee, bukan pula seseorang
yang mereka kenal. Jae In agak kaget mendengarnya, tapi dia tetap
bersikeras.
"Siapapun wanita itu, pokoknya aku tidak tertarik. Semua ini tidak ada
hubungannya denganku bahkan sekalipun dia menyerahkan semua harta
kekayaannya. Aku puas dengan apa yang kumiliki sekarang. Aku bisa
bangkit dengan kekuatanku sendiri. Jika Kakek bisa membangun perusahaan
ini seorang diri, aku juga pasti bisa" tegas Jae In
Pengacara Park dengan frustasi memberitahu Jae In bahwa walaupun Jae In
tidak menginginkan harta warisan Ketua, tapi kali ini kasusnya lain.
Keputusan yang Jae In ambil kali ini, bukan pilihan yang tepat.
Malam harinya, Jae In mempelajari salinan surat wasiat kakeknya.
Ternyata dalam surat wasiat itu, Kakeknya Jae In memang tidak
mensyaratkan Jae In untuk menikah dengan seorang wanita pilihannya.
Kakeknya Jae In malah membuat syarat yang lebih memojokkan Jae In,
siapapun yang mau menikah dengan wanita pilihan Kakek, maka orang itulah
yang berhak mendapatkan warisannya.
Kakek bahkan tidak peduli jika pria itu adalah Min Tae Ha, sepupunya Jae
In yang selama ini sangat menginginkan SH Group. Pokoknya siapapun yang
menikahi wanita itu duluan maka dialah yang akan menjadi pewaris SH
Group.
Jae In langsung mendesah kesal tapi akhirnya dia menyerah dan setuju
"Kalau begitu ayo kita lakukan, Kakek. Aku juga tidak suka kalah dalam
permainan"
Siapakah Kakeknya Jae In?... Ow, ternyata dia adalah ahjussi yang
ditolong Kim Da Hyun, ahjussi yang Da Hyun kira tunawisma. Dia
sebenarnya Ketua SH Group, Lee Gyu Chul.
Keesokan harinya, Da Hyun sedang menilai karya murid-muridnya sementara
Jae In pergi bersama Pengacara park mendatangi wanita yang Kakeknya Jae
In inginkan sebagai menantu itu. Pengacara Park penasaran, wanita
seperti apa sih yang begitu dicintai Kakeknya Jae In itu. Jae In dengan
sinis menduga mungkin dia adalah wanita siluman serigala berekor
sembilan.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sekolahnya Da Hyun tepat saat Da Hyun
dan murid-muridnya sedang olahraga di lapangan. Setelah pelajaran
olahraganya usai, Da Hyun tiba-tiba dipanggil ke kantor karena ada tamu.
Bagitu Da Hyun datang, Jae In langsung menatapnya seperti sedang
menilainya. Mereka lalu duduk bersama, Jae In dan Pengacara Park
sama-sama memberikan kartu nama mereka masing-masing pada Da Hyun yang
menerima kedua kartu nama itu dengan bingung. Pengacara Park memulai
pertemuan mereka dengan bertanya apakah Da Hyun mengenal Lee Gyu Chul?
Da Hyun mencoba memikirkannya dan langsung mengira kalau itu nama murid
"Tidak ada murid dengan nama itu di kelasku. Mungkin dia di kelas lain"
Jae In langsung mendengus sinis, sementara Pengacara Park dengan sopan
dan sabar menjelaskan bahwa tujuan kedatangan mereka kemari bukan untuk
membicarakan masalah murid. Dia menjelaskan bahwa Lee Gyu Chul adalah
ketua SH Group. Tapi Da Hyun malah semakin bingung, lalu apa tujuan
mereka kemari?
Pengacara Park hendak menjelaskan, tapi Jae In langsung menyela tak
sabaran dan mengklaim tujuan mereka kemari adalah untuk mencari tahu
bagaimana cara Da Hyun melibatkan dirinya dalam masalah ini? Apa yang
sudah Da Hyun lakukan pada kakeknya? "Rayuan seperti apa yang kau
gunakan padanya?" tuduh Jae In.
Bersambung ke part 2
1 Comments
Lanjut sampai epsd akhir ya mba imma..
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam