Sinopsis Circle Episode 1 - 1

Bagian 1: Beta Project.

Tahun 2007.


Tengah malam, Dua orang anak kembar (yang kelihatannya nggak kembar-kembar amat😅) sedang berjalan menyusuri hutan berduaan saja sambil berdebat. Kim Woo Jin (si adik), bertanya-tanya bagaimana Kim Bum Gyun (si kakak) menemukannya di hutan ini.

"Sudah kubilang, dimanapun kau berada, aku akan menemukanmu." Ujar Bum Gyun.

"Oh, karena telepati anak kembar?"

"Telepati, matamu. Kalau kau naik gunung itu lagi, kubunuh kau."

Woo Jin ngotot kalau dia serius kali ini, alien itu ada, UFO juga ada. Bum Gyun tak percaya, memangnya dia punya bukti? Tentu saja punya, bukti pertama adalah munculnya kabut. Bum Gyun jelas tak percaya, kabut itu muncul karena ada kelembapan di udara.

Woo Jin menunjukkan bukti kedua, yaitu buah cemara yang terbakar, buah cemara ini terbakar karena emosi dari UFO. Bum Gyun yakin kalau itu cuma bekas bakaran para pendaki gunung.


Mereka terus eyel-eyelan tentang ada tidaknya alien... saat tiba-tiba saja sebuah cahaya yang sangat terang bersinar dari langit di belakang mereka.

Kedua saudara kembar itu berbalik dengan takut-takut dan melihat cahaya terang itu bersinar mendekati mereka. Ketakutan, Bum Gyun langsung menyuruh Woo Jin naik ke sepedanya dan berusaha keras mengayuh sepedanya secepat mungkin.


Tapi cahaya itu terus mengikuti mereka. Mereka akhirnya keluar dari hutan, tapi cahaya itu terus membuntuti mereka. Lampu jalan yang mereka lewati tiba-tiba meledak, kedua anak itu sontak semakin ketakutan. Tapi untungnya Bum Gyun tetap mampu mengendalikan sepedanya.

Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terlihat sebuah cahaya lampu sebuah truk. Cahaya itu kontan menyilaukan mata supir truk. Tapi tiba-tiba saja lampu mobilnya mati. Supir truk jelas langsung panik apalagi kemudian dia melihat dua anak melaju tepat ke arahnya.

Ia langsung banting setir hingga akhirnya dia menabrak pembatas jalan sementara kedua anak itu terus melaju, berusaha melarikan diri dari cahaya terang aneh itu. Tapi kemudian, mereka melihat sebuah cahaya terang lain dari arah berlawanan.

Bum Gyun terus berusaha mengayuh sepedanya, tapi tiba-tiba saja dia oleng dan membuat mereka berdua terjatuh. Kedua cahaya terang itu terus mendekat dari kedua sisi dan membuat keduanya semakin ketakutan.


Cahaya di depan mereka tiba duluan. Tapi untunglah itu ternyata cahaya mobil dan ayah mereka keluar dari dalamnya. Melihat cahaya itu semakin mendekat, Ayah langsung pasang badan untuk melindungi kedua anak kembarnya.

Cahaya itu terus mendekat... lalu tiba-tiba saja sebuah cahaya terjatuh di tengah kota dan memancarkan radiasinya yang sontak memadamkan listrik di seluruh kota.


Cahaya itu berhenti tak jauh dari mereka. Tapi kemudian mereka melihat sesosok mirip manusia muncul dari cahaya itu lalu tiba-tiba saja sosok bercahaya itu membentuk diri menjadi seorang perempuan cantik bertel~~~ang bulat. Hmm, alien?

Wanita/alien misterius itu perlahan berjalan mendekat dan berhenti di hadapan mereka. Shock, Woo Jin mengulurkan jarinya yang gemetaran pada wanita misterius itu, "Bum Gyun-ah. Alien itu, ternyata memang ada."

Wanita tak mengucapkan apapun tapi tiba-tiba dia terjatuh dan pingsan. Woo Jin nekat mendekatinya dan terperangah melihat sosok wanita misterius itu.


Kita kemudian dibawa ke masa depan, dimana Woo Jin sekarang tumbuh menjadi seorang mahasiswa sains dan teknologi di Universitas Handam, dia bahkan sudah sangat berbeda dari masa kecilnya yang mempercayai alien. Tidak lagi mempercayai hal-hal berbau takhayul ataupun alien.


Hari itu, kampus ramai oleh demo mahasiswa yang menuntut pengunduran diri rektor. Woo Jin tidak peduli dengan demo mereka ataupun panggilan seorang temannya dan nekat menerobos barisan mereka untuk masuk kelas dan mengikuti ujian seorang diri. Sementara dia sedang serius mengerjakan ujiannya, pak dosen sedang memperhatikan demo itu dari jendela.

Keluar dari kelas, dua orang temannya langsung mengkonfrontasinya karena Woo Jin tidak mau bekerja sama dengan mereka dan hanya peduli jadi juara kelas sendiri. Woo Jin menanggapi mereka dengan dingin, "Kau tahu pepatah yang mengatakan, 'Si juara kelas tak buang tenaga'?"

Dia langsung pergi dengan cuek sementara teman-temannya terus menggosipkannya dan mengatainya 'psikopat brengsek'. Di tengah jalan, Woo Jin mendapat telepon yang menuntut pembayaran perawatan neneknya.


Akhirnya dia terpaksa bekerja paruh waktu menjadi hantu wanita di wahana rumah hantu. Selesai mendadani dirinya, dia melihat ada anak kecil masuk. Dia langsung meraung, berusaha menakuti anak itu, tapi malah membuat anak itu mewek.

Woo Jin langsung panik berusaha menghiburnya dengan permen ditempel ke matanya yang membuat penampilannya makin seram dan membuat anak itu menangis makin kencang. Woo Jin panik berusaha menenangkan anak itu dan meyakinkannya kalau hantu itu tidak ada, dia manusia kok.

"Tidak, temanku pernah melihatnya," kata anak itu.

Woo Jin terus meyakinkan kalau temannya itu salah lihat dan mencoba menjelaskan fenomena hantu secara ilmiah yang jelas saja membuat anak itu bingung. Pokoknya tidak ada yang namanya hantu di dunia ini.


Pulang kerja, dia makan ramen di mini market. Tapi kemudian dia mendapat chat yang mengabarkan tentang meninggalnya Ji Hyuk Sunbae, kabarnya dia bunuh diri. Dan sepertinya ini bukan kasus bunuh diri pertama.


Keesokan harinya, Woo Jin mendatangi kantor profesornya untuk menawarkan diri menggantikan posisi Ji Hyuk sebagai asisten penelitian. Prof tak percaya mendengarnya, bisa-bisanya Woo Jin mengatakan itu di saat seperti ini.

Woo Jin meminta maaf, dia menyadari memang tidak benar baginya membahas masalah ini sekarang, tapi dia hanya ingin prof tahu kalau dia berminat menggantikan posisi Ji Hyuk.


Saat dia keluar, seorang sunbaenya langsung melabraknya dengan kesal. Apa Woo Jin senang dengan kematian Ji Hyuk? Sepertinya dia sudah sangat menunggu ini terjadi, apalagi hanya dia yang satu-satunya yang mengikuti ujian.

"Karena bajingan sepertimu, sistem terkutuk ini takkan pernah berubah. Bajingan sepertimu lah yang membunuh Ji Hyuk, mengerti? Kau pikir kau yang terbaik? Kau tidak peduli dengan orang lain selama kau sendiri baik-baik saja. Kau anggap kami lelucon?"

Woo Jin santai membalasnya, sunbae lah yang menganggap dunia ini lelucon. Dia selalu mendapatkan posisi terbaik berkat koneksi pribadinya dan dia selalu menyerahkan semua tugasnya pada Ji Hyuk lalu berbohong ke semua orang kalau dialah yang mengerjakan semua itu.

"Bukankah agak konyol jika kau pamer sebagai prajurit keadilan sekarang?"


Tak terima sindirannya, si sunbae langsung menyindir hyung-nya Woo Jin. Apa dia sudah keluar dari penjara? Dia dengar kalau hyung-nya Woo Jin masuk penjara setelah keluar dari rumah sakit jiwa. Langkah Woo Jin sontak terhenti mendengarnya.

Flashback,


Suatu hari saat mereka SMA, Woo Jin terburu-buru mendatangi kantor polisi dan melihat Bum Gyun terborgol dan seorang pria sedang mendampratnya, entah kejahatan apa yang dilakukannya.

Flashback end.


Berusaha menguasai emosinya, Woo Jin berbalik menghadapi si sunbae dengan tenang dan mengkonfirmasi kalau hukumannya masih belum usai. Siapa tahu kalau mereka pada akhirnya nanti bekerja sama, Woo Jin memohon pada si sunbae untuk tidak menindasnya nanti.

"Aku adalah seorang bajingan yang cerdas dan kasar," ujar Woo Jin.


Di luar, dia melihat beberapa mahasiswa berkumpul di depan altar yang mereka buat di dekat TKP Ji Hyuk bunuh diri. Saat dia mendekat ke sana, dia mendengar beberapa detektif sedang mengonterogasi salah seorang mahasiswa yang mengaku kalau dia melihat ada seseorang di samping Ji Hyuk.

Detektif Hong bertanya apakah dia melihat wajah orang itu. Si mahasiswa menyangkalnya karena waktu itu terlalu gelap, tapi dia melihat mereka memegang sesuatu di tangan mereka, bentuknya kotak.


Woo Jin hendak pergi saat Detektif Hong memperlihatkan sebuah gambar taser berbentuk kotak dan mahasiswa itu membenarkannya, alat yang mereka pegang itu sebuah taser. Woo Jin langsung membeku, teringat bagaimana dulu Bum Gyun pernah memberinya sebuah taser dan bersikeras menyuruh Woo Jin membawanya kemana-mana.

"Kau tidak tahu kapan orang-orang itu akan menyerang." Itulah yang dikatakan Bum Gyun waktu itu, entah siapa orang-orang yang dimaksudnya.


Tiba-tiba sebuah pikiran melintas di benak Woo Jin, dia langsung naik ke atap tempat bunuh dirinya Ji Hyuk. Perlahan dia mendekati tepi gedung dan membayangkan (Sepertinya ingatan masa lalu) Bum Gyun menodongkan taser itu pada seorang wanita di sebuah atap gedung dan menuduhnya sebagai alien yang dulu.

Wanita itu berusaha menyangkal, tapi Bum Gyun tak mempercayainya dan terus mendekatinya sampai wanita itu tersudut ke tepi pagar pembatas. (Hmm, apa mungkin wanita itu meninggal dan menyebabkan Bum Gyun dipenjara?)


Tapi saat dia melongok kebawah, tiba-tiba dia melihat sesosok pria mencurigakan diantara para pelayat, sedang menatapnya. Wajah pria itu memang tidak kelihatan, tapi Woo Jin langsung mendelik shock mengenalinya.

Dia langsung bergegas turun kembali ke altar. Tapi setibanya di sana, pria misterius itu sudah tidak kelihatan dimana-mana.


Woo Jin berjalan pulang dengan masih gelisah memikirkan si pria misterius tadi. Sepertinya tadi itu Bum Gyun, tapi itu tidak mungkin, Bum Gyun ada di penjara sekarang. tapi saat dia masuk, dia malah melihat ada sepasang sepatu di depan pintu dan sebuah tas di pojokan.

Shock, dia langsung mendekati kamarnya tepat saat pintunya terbuka dan Bum Gyun keluar. Dia langsung melompat memeluk Woo Jin dengan suka cita dan membuat Woo Jin melongo, apa yang terjadi?

Bum Gyun dengan bangga berkata kalau dia adalah narapidana yang baik dan karena itulah dia dibebaskan bersyarat. Dia dibebaskan hari ini? Iya. Woo Jin jelas curiga, apa tadi Woo Jin datang ke kampusnya?


Tapi Bum Gyun menyangkal dan ekspresi wajahnya sepertinya jujur. Woo Jin tampaknya belum bisa percaya sepenuhnya, tapi memutuskan untuk tidak membahasnya lebih jauh. Bum Gyun langsung melompat memiting kepala Woo Jin dengan sayang.


Malam harinya, mereka makan ayam di luar. Woo Jin cuma bisa melongo melihat Bum Gyun melahap ayam-ayamnya dengan sangat rakus, sementara berita di TV sedang menyiarkan tentang polutan kecil yang terjadi selama seminggu ini.

Di tengah makan, Bum Gyun dapat sms spam. Woo Jin heran, Bum Gyun beli ponsel baru? Bum Gyun membenarkannya, ponselnya baru tapi nomornya tetap nomor lama. Dia langsung mengajak Woo Jin selfie, tapi Woo Jin tidak mood dan langsung menutup mulut Bum Gyun dengan ayam.


Saat Bum Gyun tidur, Woo Jin langsung menggeledah isi tas Bum Gyun tapi tak menemukan apapun sesuatu yang mencurigakan. Tiba-tiba Bum Gyun terbangun dan memergokinya. Menyadari Woo Jin masih mencurigainya, Bum Gyun berusaha meyakinkannya kalau dia sudah baik-baik saja sekarang.

"Aku sungguh tidak akan melakukan apapun yang membuatmu khawatir lagi." Janji Bum Gyun "Aku juga harus melakukan sesuatu untuk nenek. Aku tidak akan pernah kembali ke penjara lagi. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian lagi."

Dia lalu mengalihkan topik dan mengaku kalau sekarang dia adalah seorang patissier dan sudah mendapatkan pekerjaan di toko roti dekat kampusnya Woo Jin, dia akan bekerja mulai besok.

Bak seorang kakak, dia meyakinkan Woo Jin untuk fokus belajar saja, biar hyung yang mencari nafkah untuk mereka. Senyum Woo Jin langsung mengembang seketika, hyung apanya? Dia kan cuma semenit lebih awal. Jadilah mereka ribut dan bergelut di atas kasur.


Keesokan harinya, Woo Jin pergi ke toko roti untuk mengecek dan benar-benar mendapati Bum Gyun sedang bekerja menghias kue di sana. Woo Jin sungguh lega melihatnya. Tapi dia tak bisa lama-lama karena dia ditelepon Profesor Park saat itu.


Sambil menunggu prof datang, Woo Jin melihat-lihat meja kerjanya Ji Hyuk yang penuh foto-fotonya bersama teman-temannya dan kekasihnya. Sekilas dia melihat tabel jadwal percobaan Neuroscience.

Sekilas tak ada yang aneh. Tapi kemudian Woo Jin menyadari sesuatu yang tertulis di jadwal itu, sebuah nomor telepon dan Woo Jin sepertinya mengenali nomor itu. Dengan takut-takut dia mencoba memencet nomor telepon itu dan langsung shock melihat itu nomor telepon Bum Gyun.


Woo Jin mendesah frustasi menyadari Bum Gyun berbohong tentang tak pernah datang ke kampusnya. Dia langsung menelepon Bu Gyun dan bertanya apakah dia mengenal seseorang di kampusnya.

Bum Gyun santai menyangkal, hanya Woo Jin satu-satunya orang yang dia kenal di sana. Woo Jin pura-pura mempercayainya dan bertanya kapan dia pulang kerja. Bum Gyun berkata sekitar jam 8.


Tapi nyatanya, saat hari masih sore, Bum Gyun sudah keluar dari toko roti. Dia berjalan pergi tanpa menyadari Woo Jin yang membuntutinya. Dia berbelok-belok melewati gang-gang sepi lalu masuk ke sebuah gedung apartemen.


Dia keluar dari sebuah kamar tak lama kemudian dan Woo Jin baru keluar setelah memastikan Bum Gyun sudah pergi. Dia langsung menghantam gagang pintu dengan tabung pemadam kebakaran sampai copot.

Woo Jin shock mendapati itu kamar rahasianya Woo Jin dan dindingnya tampak penuh dengan berbagai artikel tentang alien, UFO dan sebuah tulisan 'Pembunuhan Berantai di Universitas Handam' dan menyebutkan Ji Hyuk sebagai salah satu korbannya. Lalu sebuah post-it tertempel di sebuah foto alien yang bertuliskan, Pelaku: Han Jung Yeon = Alien.

Dia bahkan menemukan baju dan topi yang sama persis dengan yang dipakai si pria misterius di kampus waktu itu. Di meja, dia menemukan surat pemberitahuan pembebasannya Bum Gyun yang ternyata sudah sejak sebulan yang lalu. Dia langsung menggeledah lacinya dan menemukan taser di sana.


Bum Gyun kembali saat itu. Woo Jin langsung kesal mengkonfrontasi semua kebohongannya, apa Bum Gyun yang membunuh orang-orang itu? Apa dia membunuh Ji Hyuk? Bum Gyun menyangkal, dia justru berusaha membantunya. Alien lah yang melakukannya.

Dia meminta maaf karena berbohong, tapi dia tahu kalau Woo Jin tidak akan mempercayainya dan berencana untuk bilang kalau semuanya sudah jelas.

"Jadi, kau menyembunyikan diri selama sebulan dan melakukan hal-hal seperti ini?!"

Bum Gyun terus berusaha meyakinkan Woo Jin kalau kali ini dia sangat yakin. Woo Jin langsung menampik tangannya dengan kesal, memangnya ada sesuatu yang Woo Jin yakini, pernah benar? Sepertinya Bum Gyun masih gila, lebih baik dia kembali ke rumah sakit jiwa lagi.

"Aku tidak gila! Kita berdua sama-sama melihatnya dulu. Kita melihat saat alien itu membwa Ayah pergi.

Flashback,


Suatu hari, Ayah menitipkan Woo Jin dan Bum Gyun pada nenek mereka lalu pergi dengan membawa semua barang-barangnya bersama wanita misterius itu. Wanita itu cuma diam menatap mereka tanpa ekspresi.

Flashback end.


"Jangan menyangkal kenyataan, alien itu ada."

"Kaulah yang menyangkal kenyataan. Ayah... hanya membuang kita. Dia menyingkirkan kita. Itulah kenyataannya."

Bum Gyun bersikeras bukan seperti itu yang terjadi. Air matanya mengalir saat dia terus bersikeras mengklaim kalau alien itu ada, wanita itu adalah alien. Apa Woo Jin tidak merasa kalau tingkah anak-anak di kampusnya aneh? Kenapa anak-anak yang terlihat normal, semuanya sekarat?

Itu karena alien, wanita itulah yang membunuh mereka. Woo Jin tetap tak percaya, apa Bum Gyun punya bukti? Tentu saja, dia punya bukti yang bisa membuat Woo Jin menerima kalau semua ini benar.

Baiklah. Tapi jika kali ini Bum Gyun salah lagi maka dia harus kembali ke rumah sakit jiwa, dan jangan pernah keluar lagi.

"Aku tidak perlu begitu, ikut aku."


Dia lalu membawa Woo Jin ke toko rotinya dan menjelaskan kalau lantai atas toko ini adalah tempat persembunyian alien. Dia naik dengan hati-hati. Tapi Woo Jin yang masih sulit mempercayainya, langsung cuek mendahuluinya dan membuka ruangan itu.

Tapi saat lampu menyala, mereka malah mendapati tempat itu kosong. Jelas saja Woo Jin langsung sinis. Bum Gyun kontan shock dan langsung bergumam sendiri seperti orang gila, tidak mungkin, kemarin dia masih di sini.

"Apa mungkin dia melihatku dan kabur? Bagaimana dia bisa... Dia sedang mengawasiku. Woo Jin-ah, aku yakin dia kemarin masih di sini. Wanita itu ada di sini dan dia... Wanita itu ada di sini! Alien itu pasti ada di sini! Dimana dia? Dimana dia?"


Frustasi melihat tingkah gila Bum Gyun, Woo Jin langsung memeluknya dan menenangkannya. "Kumohon jangan lakukan ini padaku. Aku sudah sangat kesulitan selama ini. Aku membutuhkanmu. Jadi, tolong hentikan. Dan tetaplah di sisiku. Lupakan Ayah. Bahkan jika dia pergi, tidak akan ada yang berubah."

Tapi Bum Gyun benar-benar sudah seperti orang kesetanan. Masih belum terlambat, dia pasti belum jauh. Mereka masih bisa menangkapnya, mereka harus menangkapnya. Dia bahkan langsung melarikan diri darinya.


Woo Jin mengejarnya dan mendapati Bum Gyun berdiri di luar, sama sekali tak mempedulikan hujan saking fokusnya menatap sesuatu di depan. Dia bahkan tidak mendengarkan Woo Jin dan berjalan mendekati zebra cross.


Woo Jin benar-benar frustasi dibuatnya. Woo Jin akhirnya mengikuti arah pandangannya dan saat itulah dia melihatnya, wanita misterius yang dulu, berjalan menyeberang jalan, sama persis seperti yang mereka lihat pertama kali waktu mereka kecil dulu.

Sama seperti yang pernah Woo Jin lakukan waktu dia kecil dulu, sekarang Bum Gyun mengulurkan tangan ke wanita itu dan berkata. "Bukti nomor tiga... alien."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments