Tahun 2007.
Tengah malam, Dua orang anak kembar (yang kelihatannya nggak
kembar-kembar amat😅) sedang berjalan menyusuri hutan berduaan saja
sambil berdebat. Kim Woo Jin (si adik), bertanya-tanya bagaimana Kim Bum
Gyun (si kakak) menemukannya di hutan ini.
"Sudah kubilang, dimanapun kau berada, aku akan menemukanmu." Ujar Bum Gyun.
"Oh, karena telepati anak kembar?"
"Telepati, matamu. Kalau kau naik gunung itu lagi, kubunuh kau."
Woo Jin ngotot kalau dia serius kali ini, alien itu ada, UFO juga ada.
Bum Gyun tak percaya, memangnya dia punya bukti? Tentu saja punya, bukti
pertama adalah munculnya kabut. Bum Gyun jelas tak percaya, kabut itu
muncul karena ada kelembapan di udara.
Woo Jin menunjukkan bukti kedua, yaitu buah cemara yang terbakar, buah
cemara ini terbakar karena emosi dari UFO. Bum Gyun yakin kalau itu cuma
bekas bakaran para pendaki gunung.
Mereka terus eyel-eyelan tentang ada tidaknya alien... saat tiba-tiba
saja sebuah cahaya yang sangat terang bersinar dari langit di belakang
mereka.
Kedua saudara kembar itu berbalik dengan takut-takut dan melihat cahaya
terang itu bersinar mendekati mereka. Ketakutan, Bum Gyun langsung
menyuruh Woo Jin naik ke sepedanya dan berusaha keras mengayuh sepedanya
secepat mungkin.
Tapi cahaya itu terus mengikuti mereka. Mereka akhirnya keluar dari
hutan, tapi cahaya itu terus membuntuti mereka. Lampu jalan yang mereka
lewati tiba-tiba meledak, kedua anak itu sontak semakin ketakutan. Tapi
untungnya Bum Gyun tetap mampu mengendalikan sepedanya.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terlihat sebuah cahaya lampu sebuah
truk. Cahaya itu kontan menyilaukan mata supir truk. Tapi tiba-tiba
saja lampu mobilnya mati. Supir truk jelas langsung panik apalagi
kemudian dia melihat dua anak melaju tepat ke arahnya.
Ia langsung banting setir hingga akhirnya dia menabrak pembatas jalan
sementara kedua anak itu terus melaju, berusaha melarikan diri dari
cahaya terang aneh itu. Tapi kemudian, mereka melihat sebuah cahaya
terang lain dari arah berlawanan.
Bum Gyun terus berusaha mengayuh sepedanya, tapi tiba-tiba saja dia
oleng dan membuat mereka berdua terjatuh. Kedua cahaya terang itu terus
mendekat dari kedua sisi dan membuat keduanya semakin ketakutan.
Cahaya di depan mereka tiba duluan. Tapi untunglah itu ternyata cahaya
mobil dan ayah mereka keluar dari dalamnya. Melihat cahaya itu semakin
mendekat, Ayah langsung pasang badan untuk melindungi kedua anak
kembarnya.
Cahaya itu terus mendekat... lalu tiba-tiba saja sebuah cahaya terjatuh
di tengah kota dan memancarkan radiasinya yang sontak memadamkan listrik
di seluruh kota.
Cahaya itu berhenti tak jauh dari mereka. Tapi kemudian mereka melihat
sesosok mirip manusia muncul dari cahaya itu lalu tiba-tiba saja sosok
bercahaya itu membentuk diri menjadi seorang perempuan cantik
bertel~~~ang bulat. Hmm, alien?
Wanita/alien misterius itu perlahan berjalan mendekat dan berhenti di
hadapan mereka. Shock, Woo Jin mengulurkan jarinya yang gemetaran pada
wanita misterius itu, "Bum Gyun-ah. Alien itu, ternyata memang ada."
Wanita tak mengucapkan apapun tapi tiba-tiba dia terjatuh dan pingsan.
Woo Jin nekat mendekatinya dan terperangah melihat sosok wanita
misterius itu.
Kita kemudian dibawa ke masa depan, dimana Woo Jin sekarang tumbuh
menjadi seorang mahasiswa sains dan teknologi di Universitas Handam, dia
bahkan sudah sangat berbeda dari masa kecilnya yang mempercayai alien.
Tidak lagi mempercayai hal-hal berbau takhayul ataupun alien.
Hari itu, kampus ramai oleh demo mahasiswa yang menuntut pengunduran
diri rektor. Woo Jin tidak peduli dengan demo mereka ataupun panggilan
seorang temannya dan nekat menerobos barisan mereka untuk masuk kelas
dan mengikuti ujian seorang diri. Sementara dia sedang serius
mengerjakan ujiannya, pak dosen sedang memperhatikan demo itu dari
jendela.
Keluar dari kelas, dua orang temannya langsung mengkonfrontasinya karena
Woo Jin tidak mau bekerja sama dengan mereka dan hanya peduli jadi
juara kelas sendiri. Woo Jin menanggapi mereka dengan dingin, "Kau tahu
pepatah yang mengatakan, 'Si juara kelas tak buang tenaga'?"
Dia langsung pergi dengan cuek sementara teman-temannya terus menggosipkannya dan mengatainya
'psikopat brengsek'. Di tengah jalan, Woo Jin mendapat telepon yang menuntut pembayaran perawatan neneknya.
Akhirnya dia terpaksa bekerja paruh waktu menjadi hantu wanita di wahana
rumah hantu. Selesai mendadani dirinya, dia melihat ada anak kecil
masuk. Dia langsung meraung, berusaha menakuti anak itu, tapi malah
membuat anak itu mewek.
Woo Jin langsung panik berusaha menghiburnya dengan permen ditempel ke
matanya yang membuat penampilannya makin seram dan membuat anak itu
menangis makin kencang. Woo Jin panik berusaha menenangkan anak itu dan
meyakinkannya kalau hantu itu tidak ada, dia manusia kok.
"Tidak, temanku pernah melihatnya," kata anak itu.
Woo Jin terus meyakinkan kalau temannya itu salah lihat dan mencoba
menjelaskan fenomena hantu secara ilmiah yang jelas saja membuat anak
itu bingung. Pokoknya tidak ada yang namanya hantu di dunia ini.
Pulang kerja, dia makan ramen di mini market. Tapi kemudian dia mendapat
chat yang mengabarkan tentang meninggalnya Ji Hyuk Sunbae, kabarnya dia
bunuh diri. Dan sepertinya ini bukan kasus bunuh diri pertama.
Keesokan harinya, Woo Jin mendatangi kantor profesornya untuk menawarkan
diri menggantikan posisi Ji Hyuk sebagai asisten penelitian. Prof tak
percaya mendengarnya, bisa-bisanya Woo Jin mengatakan itu di saat
seperti ini.
Woo Jin meminta maaf, dia menyadari memang tidak benar baginya membahas
masalah ini sekarang, tapi dia hanya ingin prof tahu kalau dia berminat
menggantikan posisi Ji Hyuk.
Saat dia keluar, seorang sunbaenya langsung melabraknya dengan kesal.
Apa Woo Jin senang dengan kematian Ji Hyuk? Sepertinya dia sudah sangat
menunggu ini terjadi, apalagi hanya dia yang satu-satunya yang mengikuti
ujian.
"Karena bajingan sepertimu, sistem terkutuk ini takkan pernah berubah.
Bajingan sepertimu lah yang membunuh Ji Hyuk, mengerti? Kau pikir kau
yang terbaik? Kau tidak peduli dengan orang lain selama kau sendiri
baik-baik saja. Kau anggap kami lelucon?"
Woo Jin santai membalasnya, sunbae lah yang menganggap dunia ini
lelucon. Dia selalu mendapatkan posisi terbaik berkat koneksi pribadinya
dan dia selalu menyerahkan semua tugasnya pada Ji Hyuk lalu berbohong
ke semua orang kalau dialah yang mengerjakan semua itu.
"Bukankah agak konyol jika kau pamer sebagai prajurit keadilan sekarang?"
Tak terima sindirannya, si sunbae langsung menyindir hyung-nya Woo Jin.
Apa dia sudah keluar dari penjara? Dia dengar kalau hyung-nya Woo Jin
masuk penjara setelah keluar dari rumah sakit jiwa. Langkah Woo Jin
sontak terhenti mendengarnya.
Flashback,
Suatu hari saat mereka SMA, Woo Jin terburu-buru mendatangi kantor
polisi dan melihat Bum Gyun terborgol dan seorang pria sedang
mendampratnya, entah kejahatan apa yang dilakukannya.
Flashback end.
Berusaha menguasai emosinya, Woo Jin berbalik menghadapi si sunbae
dengan tenang dan mengkonfirmasi kalau hukumannya masih belum usai.
Siapa tahu kalau mereka pada akhirnya nanti bekerja sama, Woo Jin
memohon pada si sunbae untuk tidak menindasnya nanti.
"Aku adalah seorang bajingan yang cerdas dan kasar," ujar Woo Jin.
Di luar, dia melihat beberapa mahasiswa berkumpul di depan altar yang
mereka buat di dekat TKP Ji Hyuk bunuh diri. Saat dia mendekat ke sana,
dia mendengar beberapa detektif sedang mengonterogasi salah seorang
mahasiswa yang mengaku kalau dia melihat ada seseorang di samping Ji
Hyuk.
Detektif Hong bertanya apakah dia melihat wajah orang itu. Si mahasiswa
menyangkalnya karena waktu itu terlalu gelap, tapi dia melihat mereka
memegang sesuatu di tangan mereka, bentuknya kotak.
Woo Jin hendak pergi saat Detektif Hong memperlihatkan sebuah gambar
taser berbentuk kotak dan mahasiswa itu membenarkannya, alat yang mereka
pegang itu sebuah taser. Woo Jin langsung membeku, teringat bagaimana
dulu Bum Gyun pernah memberinya sebuah taser dan bersikeras menyuruh Woo
Jin membawanya kemana-mana.
"Kau tidak tahu kapan orang-orang itu akan menyerang." Itulah yang
dikatakan Bum Gyun waktu itu, entah siapa orang-orang yang dimaksudnya.
Tiba-tiba sebuah pikiran melintas di benak Woo Jin, dia langsung naik ke
atap tempat bunuh dirinya Ji Hyuk. Perlahan dia mendekati tepi gedung
dan membayangkan (Sepertinya ingatan masa lalu) Bum Gyun menodongkan
taser itu pada seorang wanita di sebuah atap gedung dan menuduhnya
sebagai alien yang dulu.
Wanita itu berusaha menyangkal, tapi Bum Gyun tak mempercayainya dan
terus mendekatinya sampai wanita itu tersudut ke tepi pagar pembatas.
(Hmm, apa mungkin wanita itu meninggal dan menyebabkan Bum Gyun
dipenjara?)
Tapi saat dia melongok kebawah, tiba-tiba dia melihat sesosok pria
mencurigakan diantara para pelayat, sedang menatapnya. Wajah pria itu
memang tidak kelihatan, tapi Woo Jin langsung mendelik shock
mengenalinya.
Dia langsung bergegas turun kembali ke altar. Tapi setibanya di sana, pria misterius itu sudah tidak kelihatan dimana-mana.
Woo Jin berjalan pulang dengan masih gelisah memikirkan si pria
misterius tadi. Sepertinya tadi itu Bum Gyun, tapi itu tidak mungkin,
Bum Gyun ada di penjara sekarang. tapi saat dia masuk, dia malah melihat
ada sepasang sepatu di depan pintu dan sebuah tas di pojokan.
Shock, dia langsung mendekati kamarnya tepat saat pintunya terbuka dan
Bum Gyun keluar. Dia langsung melompat memeluk Woo Jin dengan suka cita
dan membuat Woo Jin melongo, apa yang terjadi?
Bum Gyun dengan bangga berkata kalau dia adalah narapidana yang baik dan
karena itulah dia dibebaskan bersyarat. Dia dibebaskan hari ini? Iya.
Woo Jin jelas curiga, apa tadi Woo Jin datang ke kampusnya?
Tapi Bum Gyun menyangkal dan ekspresi wajahnya sepertinya jujur. Woo Jin
tampaknya belum bisa percaya sepenuhnya, tapi memutuskan untuk tidak
membahasnya lebih jauh. Bum Gyun langsung melompat memiting kepala Woo
Jin dengan sayang.
Malam harinya, mereka makan ayam di luar. Woo Jin cuma bisa melongo
melihat Bum Gyun melahap ayam-ayamnya dengan sangat rakus, sementara
berita di TV sedang menyiarkan tentang polutan kecil yang terjadi selama
seminggu ini.
Di tengah makan, Bum Gyun dapat sms spam. Woo Jin heran, Bum Gyun beli
ponsel baru? Bum Gyun membenarkannya, ponselnya baru tapi nomornya tetap
nomor lama. Dia langsung mengajak Woo Jin selfie, tapi Woo Jin tidak
mood dan langsung menutup mulut Bum Gyun dengan ayam.
Saat Bum Gyun tidur, Woo Jin langsung menggeledah isi tas Bum Gyun tapi
tak menemukan apapun sesuatu yang mencurigakan. Tiba-tiba Bum Gyun
terbangun dan memergokinya. Menyadari Woo Jin masih mencurigainya, Bum
Gyun berusaha meyakinkannya kalau dia sudah baik-baik saja sekarang.
"Aku sungguh tidak akan melakukan apapun yang membuatmu khawatir lagi."
Janji Bum Gyun "Aku juga harus melakukan sesuatu untuk nenek. Aku tidak
akan pernah kembali ke penjara lagi. Aku tidak akan pernah
meninggalkanmu sendirian lagi."
Dia lalu mengalihkan topik dan mengaku kalau sekarang dia adalah seorang
patissier dan sudah mendapatkan pekerjaan di toko roti dekat kampusnya
Woo Jin, dia akan bekerja mulai besok.
Bak seorang kakak, dia meyakinkan Woo Jin untuk fokus belajar saja, biar
hyung yang mencari nafkah untuk mereka. Senyum Woo Jin langsung
mengembang seketika, hyung apanya? Dia kan cuma semenit lebih awal.
Jadilah mereka ribut dan bergelut di atas kasur.
Keesokan harinya, Woo Jin pergi ke toko roti untuk mengecek dan
benar-benar mendapati Bum Gyun sedang bekerja menghias kue di sana. Woo
Jin sungguh lega melihatnya. Tapi dia tak bisa lama-lama karena dia
ditelepon Profesor Park saat itu.
Sambil menunggu prof datang, Woo Jin melihat-lihat meja kerjanya Ji Hyuk
yang penuh foto-fotonya bersama teman-temannya dan kekasihnya. Sekilas
dia melihat tabel jadwal percobaan Neuroscience.
Sekilas tak ada yang aneh. Tapi kemudian Woo Jin menyadari sesuatu yang
tertulis di jadwal itu, sebuah nomor telepon dan Woo Jin sepertinya
mengenali nomor itu. Dengan takut-takut dia mencoba memencet nomor
telepon itu dan langsung shock melihat itu nomor telepon Bum Gyun.
Woo Jin mendesah frustasi menyadari Bum Gyun berbohong tentang tak
pernah datang ke kampusnya. Dia langsung menelepon Bu Gyun dan bertanya
apakah dia mengenal seseorang di kampusnya.
Bum Gyun santai menyangkal, hanya Woo Jin satu-satunya orang yang dia
kenal di sana. Woo Jin pura-pura mempercayainya dan bertanya kapan dia
pulang kerja. Bum Gyun berkata sekitar jam 8.
Tapi nyatanya, saat hari masih sore, Bum Gyun sudah keluar dari toko
roti. Dia berjalan pergi tanpa menyadari Woo Jin yang membuntutinya. Dia
berbelok-belok melewati gang-gang sepi lalu masuk ke sebuah gedung
apartemen.
Dia keluar dari sebuah kamar tak lama kemudian dan Woo Jin baru keluar
setelah memastikan Bum Gyun sudah pergi. Dia langsung menghantam gagang
pintu dengan tabung pemadam kebakaran sampai copot.
Woo Jin shock mendapati itu kamar rahasianya Woo Jin dan dindingnya
tampak penuh dengan berbagai artikel tentang alien, UFO dan sebuah
tulisan
'Pembunuhan Berantai di Universitas Handam' dan menyebutkan Ji Hyuk sebagai salah satu korbannya. Lalu sebuah post-it tertempel di sebuah foto alien yang bertuliskan,
Pelaku: Han Jung Yeon = Alien.
Dia bahkan menemukan baju dan topi yang sama persis dengan yang dipakai
si pria misterius di kampus waktu itu. Di meja, dia menemukan surat
pemberitahuan pembebasannya Bum Gyun yang ternyata sudah sejak sebulan
yang lalu. Dia langsung menggeledah lacinya dan menemukan taser di sana.
Bum Gyun kembali saat itu. Woo Jin langsung kesal mengkonfrontasi semua
kebohongannya, apa Bum Gyun yang membunuh orang-orang itu? Apa dia
membunuh Ji Hyuk? Bum Gyun menyangkal, dia justru berusaha membantunya.
Alien lah yang melakukannya.
Dia meminta maaf karena berbohong, tapi dia tahu kalau Woo Jin tidak
akan mempercayainya dan berencana untuk bilang kalau semuanya sudah
jelas.
"Jadi, kau menyembunyikan diri selama sebulan dan melakukan hal-hal seperti ini?!"
Bum Gyun terus berusaha meyakinkan Woo Jin kalau kali ini dia sangat
yakin. Woo Jin langsung menampik tangannya dengan kesal, memangnya ada
sesuatu yang Woo Jin yakini, pernah benar? Sepertinya Bum Gyun masih
gila, lebih baik dia kembali ke rumah sakit jiwa lagi.
"Aku tidak gila! Kita berdua sama-sama melihatnya dulu. Kita melihat saat alien itu membwa Ayah pergi.
Flashback,
Suatu hari, Ayah menitipkan Woo Jin dan Bum Gyun pada nenek mereka lalu
pergi dengan membawa semua barang-barangnya bersama wanita misterius
itu. Wanita itu cuma diam menatap mereka tanpa ekspresi.
Flashback end.
"Jangan menyangkal kenyataan, alien itu ada."
"Kaulah yang menyangkal kenyataan. Ayah... hanya membuang kita. Dia menyingkirkan kita. Itulah kenyataannya."
Bum Gyun bersikeras bukan seperti itu yang terjadi. Air matanya mengalir
saat dia terus bersikeras mengklaim kalau alien itu ada, wanita itu
adalah alien. Apa Woo Jin tidak merasa kalau tingkah anak-anak di
kampusnya aneh? Kenapa anak-anak yang terlihat normal, semuanya sekarat?
Itu karena alien, wanita itulah yang membunuh mereka. Woo Jin tetap tak
percaya, apa Bum Gyun punya bukti? Tentu saja, dia punya bukti yang bisa
membuat Woo Jin menerima kalau semua ini benar.
Baiklah. Tapi jika kali ini Bum Gyun salah lagi maka dia harus kembali ke rumah sakit jiwa, dan jangan pernah keluar lagi.
"Aku tidak perlu begitu, ikut aku."
Dia lalu membawa Woo Jin ke toko rotinya dan menjelaskan kalau lantai
atas toko ini adalah tempat persembunyian alien. Dia naik dengan
hati-hati. Tapi Woo Jin yang masih sulit mempercayainya, langsung cuek
mendahuluinya dan membuka ruangan itu.
Tapi saat lampu menyala, mereka malah mendapati tempat itu kosong. Jelas
saja Woo Jin langsung sinis. Bum Gyun kontan shock dan langsung
bergumam sendiri seperti orang gila, tidak mungkin, kemarin dia masih di
sini.
"Apa mungkin dia melihatku dan kabur? Bagaimana dia bisa... Dia sedang
mengawasiku. Woo Jin-ah, aku yakin dia kemarin masih di sini. Wanita itu
ada di sini dan dia... Wanita itu ada di sini! Alien itu pasti ada di
sini! Dimana dia? Dimana dia?"
Frustasi melihat tingkah gila Bum Gyun, Woo Jin langsung memeluknya dan
menenangkannya. "Kumohon jangan lakukan ini padaku. Aku sudah sangat
kesulitan selama ini. Aku membutuhkanmu. Jadi, tolong hentikan. Dan
tetaplah di sisiku. Lupakan Ayah. Bahkan jika dia pergi, tidak akan ada
yang berubah."
Tapi Bum Gyun benar-benar sudah seperti orang kesetanan. Masih belum
terlambat, dia pasti belum jauh. Mereka masih bisa menangkapnya, mereka
harus menangkapnya. Dia bahkan langsung melarikan diri darinya.
Woo Jin mengejarnya dan mendapati Bum Gyun berdiri di luar, sama sekali
tak mempedulikan hujan saking fokusnya menatap sesuatu di depan. Dia
bahkan tidak mendengarkan Woo Jin dan berjalan mendekati zebra cross.
Woo Jin benar-benar frustasi dibuatnya. Woo Jin akhirnya mengikuti arah
pandangannya dan saat itulah dia melihatnya, wanita misterius yang dulu,
berjalan menyeberang jalan, sama persis seperti yang mereka lihat
pertama kali waktu mereka kecil dulu.
Sama seperti yang pernah Woo Jin lakukan waktu dia kecil dulu, sekarang
Bum Gyun mengulurkan tangan ke wanita itu dan berkata. "Bukti nomor
tiga... alien."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam