Si Yuan mondar-mandir gelisah saking khawatirnya. Tapi saat keluarganya kembali, dia langsung pura-pura cuek. Dia bahkan bersikap sok cuek saat menanyakan keadaan Yun Ru.
Tapi Yu Xuan (Note: Bagi orang lain dia memang Yun Ru, tapi aku akan tetap panggil dia Yu Xuan yah) malah cuma menatapnya wajahnya dengan keheranan, membuat Si Yuan jadi takut dijewer lagi dan langsung melindungi kedua telinganya.
Padahal Yu Xuan cuma penasaran, Si Yuan benar-benar adiknya? Si Yuan sontak sinis menuduh otak Yun Ru tidak beres, seharusnya dia masih dirawat di rumah sakit sekarang.
"Kau yang tidak beres! Apa kau berharap aku tinggal di rumah sakit selamanya?!" Serang Yu Xuan kesal. Membuat semua orang keheranan melihat sikapnya yang sangat berbeda dari Yun Ru yang biasanya.
Tapi tentu saja dia tidak ingat dengan segalanya (Err... lebih tepatnya, tidak tahu). Dia tidak tahu apa pekerjaan Ibu sehingga Ibu harus pergi kerja malam-malam, dan butuh waktu beberapa detik baginya untuk mengingat apa pekerjaan Ibu (kerja di bar). Dia juga tidak tahu yang mana kamarnya Yun Ru sehingga dia hampir saja salah masuk ke kamarnya Si Yuan.
Saat akhirnya dia masuk ke kamar yang benar, dia benar-benar merasa asing dengan segala hal di kamar itu. Dia mendapati kamar itu tertata sangat rapi, baju-bajunya terlipat rapi dan licin di lemari, tapi dia heran dan tak suka melihat baju-bajunya (karena memang tidak sesuai dengan gayanya Yu Xuan), juga ada banyak koleksi kaset dan komik.
Dia juga menemukan sebuah buku diary di laci. Isi curhatan dalam diary itu memakai kata-kata yang cukup puitis tapi jelas setiap kata di dalamnya menggambarkan tentang betapa tertekan dan frustasinya Yun Ru terhadap hidupnya sendiri, hidupnya yang kosong dan sunyi. Yu Xuan jelas keheranan membaca curhatan penuh depresi itu.
Tapi di halaman lain, dia membaca curhatan puitis lain yang lebih menarik perhatiannya. Curhatan tentang seseorang yang berarti baginya (bagi Yun Ru), seseorang yang sangat berbeda darinya, seseorang yang penuh keceriaan dan kehangatan seperti cahaya mentari. Siapa lagi kalau bukan Zi Wei.
Curhatan itu kontan membuat Yu Xuan bingung, teringat akan sosok Wang Quan Sheng yang juga seperti itu. Tapi karena pikirannya masih keruh, dia jadi bingung dan tak yakin akan pria dalam ingatannya itu.
Dia lalu menemukan walkman hadiah ultah itu. Tapi lagi-lagi dia bingung karena ada dua ingatan tentang walkman itu dalam pikirannya. Dia ingat membuka walkman itu sebagai Yun Ru, namun dia juga ingat mendengarkan lagu melalui walkman itu sebagai Yu Xuan.
Dia juga menemukan kasetnya Wu Bai - Last Dance. Tapi saat dia hampir mau menyalakan lagu itu melalui walkman itu, tiba-tiba dia tersela oleh Zi Wei yang melempar kerikil ke jendelanya.
Zi Wei tidak tenang memikirkan ucapan Jun Jie tadi, makanya dia mendatangi Yun Ru/Yu Xuan dengan membawakannya makanan. Dia merasa bersalah, makanya dia berusaha menunjukkan perhatian dengan menawarkan bantuan apa saja yang bisa dia lakukan untuknya.
Tapi Yu Xuan bisa melihat dengan jelas kalau Zi Wei ingin mengatakan sesuatu dan mendesaknya untuk to the point saja. Maka Zi Wei pun memberitahu Yun Ru untuk melupakan apa yang dia ucapkan pada Yun Ru malam itu dan mengingatkan Yun Ru untuk mencarinya dan Jun Jie jika Yun Ru butuh bantuan apa pun, daripada menderita sendirian seperti waktu itu.
Yu Xuan cuma diam saja sambil menatapnya, membuat Zi Wei jadi keheranan karena biasanya Yun Ru selalu malu-malu dan tidak berani menatap mata orang lain. Apa otak Yun Ru rusak?
"Otakmu yang rusak!" bentak Yu Xuan kesal, "aku hanya merasa segalanya sangat aneh."
Maksudnya begini, Yu Xuan ingat apa yang dia lakukan di masa lalu (masa lalunya Yun Ru). Namun dia yakin kalau semua itu bukanlah sesuatu yang akan dia lakukan.
Seperti misalnya, pernyataan cintanya pada Zi Wei. Heran dia, kenapa dia melakukan itu padahal itu sama sekali bukan gayanya. Kalau dia menyukai seseorang, maka dia pasti akan mencari cara untuk membuat orang itu jatuh cintanya padanya hingga orang itu menyatakan cinta kepadanya, dan bukannya dia yang akan menyatakan cinta pada orang itu.
Zi Wei jelas heran mendengarnya. "Kenapa aku merasa bahwa semua yang kau katakan barusan itu... tidak terdengar seperti sesuatu yang akan kau katakan?"
Kesal, Yu Xuan refleks memanggil Zi Wei sebagai Wang Quan Sheng lagi, tapi dia juga mengakui bahwa dia memang tidak seperti dirinya sendiri. Mungkin ini karena efek pukulan di kepalanya.
Zi Wei buru-buru menyela, gregetan karena dipanggil Wang Quan Sheng lagi. Siapa pula Wang Quan Sheng itu? Kenapa Yun Ru memanggilnya Wang Quan Sheng terus menerus? Seharian ini Yun Ru terus memanggilnya Wang Quan Sheng, sadar nggak sih?
Bukan cuma itu, waktu Yun Ru sadar juga, Yun Ru memeluknya sambil memanggilnya Wang Quan Sheng dan memarahinya karena meninggalkan Yun Ru sendirian.
Yun Ru jadi canggung mendengarnya. Sebenarnya dia juga merasa ini aneh. Jadi begini, dia merasa sejak dia bangun, dia seperti memimpikan mimpi yang sangat amat panjang. Mimpi yang terasa begitu nyata sampai dia bingung yang mana yang nyata dan yang mana yang cuma mimpi.
Dia memimpikan dirinya dan Zi Wei menjalani kehidupan yang sangat berbeda. Dalam mimpinya, dia bukan Chen Yun Ru, melainkan Huang Yu Xuan. Sedangkan Zi Wei dalam mimpinya, bernama Wang Quan Sheng.
Huang Yu Xuan dalam mimpinya sangat berbeda dari Chen Yun Ru. Dirinya sebagai Huang Yu Xuan tidak akan pernah memaksakan dirinya untuk menyukai hal-hal yang tidak dia sukai. Huang Yu Xuan tidak pernah takut mengejar impiannya.
Saat kuliah, Huang Yu Xuan pertama kali bertemu dengan Wang Quan Sheng. Mereka jelas baru pertama kali bertemu waktu itu, namun anehnya, Quan Sheng sudah tahu apa-apa saja yang dia sukai dan apa-apa saja yang tidak dia sukai.
Walaupun mereka baru pertama kali bertemu, tapi Huang Yu Xuan merasa bahwa mereka sudah saling mengenal sejak lama, seolah Quan Sheng muncul secara khusus untuk bertemu dengannya.
Lalu Quan Sheng menyatakan perasaannya padanya, dan mereka pun bersama. Dalam mimpinya, mereka menyewa sebuah apartemen kecil di Taipei. Awalnya Yu Xuan tidak betah di rumah baru itu. Namun perlahan-lahan, rumah itu mulai terisi kenangan-kenangan mereka bersama, sehingga lama kelamaan, Yu Xuan mulai suka dan merasa betah tinggal di sana.
Malah saat akhirnya mereka sudah punya cukup uang untuk pindah ke rumah yang !lebih besar, Yu Xuan enggan meninggalkan rumah itu. Bahkan setelah Quan Sheng meninggalkannya sendirian, dia tetap tinggal di sana sendirian.
Selama Yu Xuan memberitahukan semua ini pada Zi Wei, kita melihat Yun Ru melihat semua kenangan indah Yu Xuan bersama Quan Sheng yang kontan membuatnya iri dan sedih.
Zi Wei tampak begitu terpana mendengarkan kisah tentang 'mimpi' itu. Tapi Yu Xuan mengira kalau Zi Wei tidak mempercayai ceritanya, dan jadi kesal karenanya, tidak seharusnya dia menceritakan mimpinya itu ke Zi Wei.
Zi Wei buru-buru menjelaskan bahwa dia bahwa dia bukannya tidak percaya. Hanya saja, dari mimpi yang Yun Ru ceritakan barusan, dia menyadari kalau Yun Ru sepertinya sangat amat mencintainya. Pfft! Narsis sekali.
Yun Ru sontak ilfeel sama dia. Dia jadi heran dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa suka sama orang super narsis kayak Zi Wei? Selain wajahnya yang cakep, sisanya tidak ada satu pun yang dia sukai dari Zi Wei. Setiap hari Zi Wei selalu tersenyum kayak orang tolol, cara bicaranya juga tidak baik, bertingkah sok keren di depan cermin. Dan satu lagi, dia pakai jam tangan digital lagi, apa dia anak SD?
"Masalah perasaan, yang kusukai adalah Wang Quan Sheng yang ada dalam mimpiku, bukan kau. Jadi yang kukatakan waktu itu adalah kesalahan besar. Tolong kau lupakan apa yang kukatakan tentang aku menyukaimu. Kalau orang lain tahu, aku akan sangat malu."
Wah! Zi Wei tersinggung dan kesal mendengarnya. Geli, Yu Xuan penasaran kenapa Zi Wei bereaksi selesai ini, apa mungkin... Zi Wei sebenarnya ada sedikit rasa sama dia? Aduh, please deh, jangan! Rasanya menggelikan sekali.
"Siapa juga yang menyukaimu!" kesal Zi Wei, "kukasih tahu yah, bahkan sekalipun dunia berakhir besok dan hanya tersisa kita berdua, aku tidak akan pernah menyukaimu!"
"Wang Quan Sheng! Awas saja kalau kau berani mengatakannya sekali lagi!" kesal Yu Xuan, tak sadar kalau dia memanggil Zi Wei sebagai Quan Sheng lagi.
"Pertama, namaku Li Zi Wei. Berhentilah memanggilku Wang Quan Sheng! Kedua, aku akan terus mengatakannya sebanyak yang kuinginkan... aku tidak akan pernah menyukaimu."
PLAK! Yu Xuan sontak menabok lengannya dengan kesal, tidak terima Zi Wei mengucap semua itu dengan wajah Wang Quan Sheng. Tapi reaksinya ini malah membuat Zi Wei berpikir kalau Yu Xuan mengarang cerita tentang mimpi tadi hanya untuk memberi dirinya sendiri jalan keluar... jalan keluar dari rasa malu karena pengakuan cintanya gagal. Iiish! Yu Xuan sontak menendang kaki Zi Wei.
Yu Xuan masih kesal banget saat dia pulang dan langsung menonjok bantal sambil merutuki Zi Wei. Berusaha menenangkan diri, Yu Xuan pun mendengarkan lagunya Wu Bai - Last Dance melalui walkman itu sambil lanjut membaca buku dairy-nya Yun Ru.
Tapi semakin dia membacanya, semakin dia heran. Jelas-jelas apa yang dia baca itu adalah curhatan dirinya sendiri, tapi kenapa rasanya sangat asing? Kenapa dia merasa seperti tidak mengenal dirinya sendiri?
Dia ingat kenangan indah (yang dia kira mimpi) antara dirinya dengan Quan Sheng, saat mereka berciuman di bawah selimut dan itu membuatnya jadi semakin penasaran, "Huang Yu Xuan, siapa kau?"
Pada saat yang bersamaan, Zi Wei juga mendengarkan lagu yang sama sambil merutuki keanehan sikap Yun Ru sejak dia sadar dari komanya. Tapi dia juga bingung dan penasaran dengan Wang Quan Sheng yang selalu disebut-sebut sama Yun Ru.
" Wang Quan Sheng, siapa kau?"
Di dalam kamar kurungannya, Yun Ru melihat kenangan indah Yu Xuan bersama Quan Sheng saat suatu pagi Yu Xuan membangunkan Quan Sheng karena dia bermimpi tadi. Yu Xuan tidak ingat detil mimpinya, namun dia yakin itu mimpi buruk.
Quan Sheng meyakinkannya untuk kembali tidur saja kalau dia tidak mengingat mimpinya. "Aku akan memelukmu. Jadi kau tidak perlu takut biarpun bermimpi lagi."
Kenangan indah itu kontan membuat Yun Ru meneteskan air mata, dan Yu Xuan pun juga berlinang air mata.
Yu Xuan langsung terbangun dengan kebingungan. Apakah Wang Quan Sheng itu benar-benar hanya mimpi? Apakah kenangan tentang Huang Yu Xuan dan Quan Sheng itu hanya mimpi? Tapi kenapa rasanya begitu nyata?
Dia tak sempat memikirkannya lebih jauh gara-gara bunyi alarm yang mendadak berbunyi sangat nyaring mengganggu kupingnya. Dia langsung keluar mencari alarm itu dan mendapatinya berada di dalam kamarnya Si Yuan. Tapi biarpun ada alarm berbunyi sangat nyaring di sampingnya, Si Yuan tetap saja tidak bangun-bangun.
Bukan itu saja, Yu Xuan juga mendapati Ibu lagi-lagi tertidur di sofa dalam keadaan mabuk seperti biasanya. Yu Xuan benar-benar heran dan merasa sangat asing dengan rumah dan keluarganya ini.
Tak lama kemudian, Si Yuan akhirnya bangun sambil marah-marah sama kakaknya karena dia jadi bangun terlambat gara-gara alarmnya mati. Tapi Yu Xuan sontak balas memarahi Si Yuan yang sudah gede tapi masih manja minta dibangunin setiap hari.
Dia bahkan mengancam Si Yuan untuk bangun sendiri mulai sekarang dan mematikan alarm-nya yang bising itu dalam kurun waktu 1 menit. Jika tidak, maka dia sendiri yang akan mematikan alarm itu dan menyiram Si Yuan pakai air es. Ancamannya benar-benar serius sehingga membuat Si Yuan jadi ketakutan sekaligus keheranan dengan perubahan kakaknya ini.
Dia bahkan menolak membelikan sarapan untuk Si Yuan dan langsung menggebrak meja dengan kesal saat Si Yuan protes. Si Yuan jadi semakin heran dengan perubahan Yun Ru.
Ibu yang juga baru bangun, cepat-cepat melerai mereka. Untuk membantu Ibu meredakan mabuknya, Yu Xuan memberinya obat pengar sambil menasehati Ibu tentang apa-apa saja yang harus dia lakukan jika dia dipaksa menghadapi orang-orang yang memaksanya untuk mabuk.
Yu Xuan lancar banget kalau ngasih nasehat karena pada dasarnya dia memang orang dewasa yang sudah berpengelaman dalam menghadapi situasi seperti ini. Tapi Ibu tidak tahu itu dan langsung kesal mendengar segala nasehat putrinya itu, mengira kalau Yun Ru bisa bicara selancar ini tentang masalah mabuk karena Yun Ru bergaul dengan anak-anak nakal.
Yu Xuan juga kaget sendiri dengan omongannya, tidak yakin kenapa dia bisa bicara begitu dan buru-buru beralasan kalau dia mempelajarinya dari film, lalu cepat-cepat menghindar. Tapi sebelum itu, dia memerintahkan Si Yuan untuk menggantikannya memapah Ibu ke kamar. Ibu dan Si Yuan cuma bisa bengong menyaksikan sikap Yun Ru yang sangat berbeda dari biasanya ini.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam