Sinopsis Good Witch Episode 1 - Part 1

Sinopsis Good Witch Episode 1 - 1


Hari itu di sekolah TK mereka, dua gadis kembar cilik sama-sama memakai kostum pramugari. Dengan lugunya mereka sama-sama mengaku kalau mereka ingin menjadi pramugrari, tapi alasannya berbeda.

Sang kakak - Cha Sun Hee, berkata bahwa dia ingin menjadi pramugari karena dia ingin melakukan kebaikan seperti ayahnya yang seorang polisi. Sementara sang adik - Cha Do Hee, berkata kalau dia ingin menjadi pramugari karena dia cantik.

Sontak semua orang bertepuk tangan heboh untuk mereka. Kedua orang tua mereka pun tampak benar-benar bangga pada mereka.

 

Dalam kilasan foto-foto, kita diperlihatkan kisah hidup si kembar sejak mereka lahir... sampai akhirnya beranjak remaja.

Tapi bisa dilihat bahwa biarpun mereka kembali identik, tapi mereka memiliki kepribadian yang sangat bertolak. Dan perbedaan itu semakin mencolok terlihat dari penampilan saat mereka sudah beranjak remaja.

Cha Sun Hee (Lee Da Hae) tampak lugu dan culun dengan kacamata besarnya. Sementara Cha Do Hee (Lee Da Hae) selalu tampil cantik dan memperhatikan penampilannya.


Hari itu, Ayah mereka berhasil menyelamatkan seorang pria mabuk yang hampir saja terjatuh dari gedung yang sangat tinggi. Tangannya terluka hingga harus di-sips gara-gara itu. Tapi berkat kejadian itu pula, Ayah mendapat penghargaan sebagai polisi teladan dan pemberani.


Malam harinya saat sedang patroli, Ayah membangga-banggakan penghargaan yang barusan di dapatnya pada istrinya. Ayah bahkan berniat mau mendapatkan sertifikat satu lagi.

Alih-alih senang, Ibu justru cemas kalau Ayah akan melakukan sesuatu yanag berbahaya lagi. Tapi Ayah bersikeras kalau sertifikatnya ini adalah hadiah darinya sebagai suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.

"Aku akan berusaha lebih baik padamu dan anak-anak untuk mendapatkan penghargaan lagi. Maaf sudah membuatmu khawatir."

"Baguslah kau tahu. Orang bilang kalau kau adalah malaikat, tapi bagiku kau itu bodoh. Kau selalu terluka dan menderita karena berusaha membantu orang lain."


Si kembar pulang saat itu juga. Do Hee langsung meneriakkan dukungan penyemangat untuk sang ayah tercinta, tapi Sun Hee lebih tertarik mengetahui apakah Ayah dapat uang penghargaan dan usul agar mereka makan di luar bersama hari ini.

"Sayang, kau dengar itu kan. Kami semua mendukungmu, jadi kau tidak boleh terluka lagi mulai sekarang." Pesan Ibu

Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba mereka mendengar suara jeritan seorang wanita. Ibu langsung cemas mendengarnya. Ayah pun langsung mematikan teleponnya untuk mengecek keadaan seorang diri karena Partnernya Ayah sedang patroli di tempat lain.


Ayah bergegas mencari sumber suara dan mendapati seorang wanita yang hendak diperkosa dua pria. Parahnya lagi, kedua pria itu meremehkannya dan mengusirnya.

Ayah jelas kesal dan langsung mengeluarkan pistolnya. Kedua pria itu akhirnya melepaskan si wanita yang langsung kabur dari sana.

Tanpa mempedulikan pistol di tangan Ayah, pria satu nekat mengambil sebuah botol dan pria dua mengambil batu lalu mengeroyok Ayah.


Awalnya Ayah bisa melawan mereka. Tapi apalah daya satu lawan dua, dengan cepat kedua pria itu meringkus lalu menusuk ayah dan menghantam kepalanya hingga Ayah sekarat. Di tanah, tampak tergeletak bekas baju dan perhiasan korban yang ketinggalan.


Ayah pun segera dilarikan ke rumah sakit. Ibu dan si kembar bergegas datang begitu mendengar kabar itu. Sayangnya, setibanya mereka di sana, nyawa Ayah sudah tak tertolong lagi.

Ibu dan Sun Hee sontak menangis pilu meratapi kematian Ayah. Sementara Do Hee berlinang air mata dalam diam, tampak begitu terpukul sekaligus marah.

Insiden itu bukan cuma merenggut nyawa Ayah, tapi juga reputasinya. Alih-alih menjadi pahlawan yang gugur, ia justru difitnah sebagai penjahat. Dan karenanya, Ayah dipecat secara tidak hormat.

Berhari-hari, Ibu dan Sun Hee membagi-bagikan selebaran di jalan, berusaha keras mencari saksi mata kejadian malam itu tanpa mempedulikan panas dan hujan deras yang mendera mereka. Pun begitu, tetap saja wanita itu tak pernah muncul.

Ibu bahkan berusaha meyakinkan para polisi bahwa malam itu dia mendengar suara wanita. Buktinya pun ada, pakaian dan kalung wanita itu jelas-jelas tertinggal di TKP. Tapi para polisi malah tak yakin kalau ini adalah barang-barang milik korban. Apalagi semua CCTV rusak malam itu.


Sejak saat itu, keluarga mereka pun jatuh miskin sampai terpaksa harus meninggalkan rumah yang selama ini mereka tinggali. Do Hee pun berubah dingin dan sinis pada keluarganya sendiri.

Saat Ibu masih sedih menangisi foto Ayah, Do Hee dengan kasarnya merebut foto itu dan melemparnya ke kardus. Saat mereka harus pindah ke rumah yang lebih kecil di atas bukit, dia menolak membantu mereka dan membiarkan Ibu dan Sun Hee bekerja sendirian.


Ibu pun harus bekerja serabutan seorang diri demi menghidupi keluarganya. Keadaan finansial mereka benar-benar buruk hingga Ibu terpaksa menunggak uang sewa rumah.

Tapi saat si pemilik rumah menagih uang sewa dan mengetahui Ibu tidak mampu membayarnya, dia malah kurang ajar menyuruh Ibu untuk membayar uang sewa dengan tubuhnya.

Ibu sontak panik menjerit-jerit minta tolong. Untunglah saat itu juga si kembar baru pulang sekolah. Do Hee sontak murka dan langsung menarik pria itu dari Ibunya dan PLAK! Menamparnya sekeras-kerasnya.

Pria itu jelas kesal dan hampir saja menampar Do Hee. Tapi untunglah Sun Hee dan Ibu cepat-cepat menjauhkannya dari Do Hee. Pria itu jelas tidak terima dan langsung mengusir mereka. Kesal, Do Hee membentak Ibu untuk segera angkat kaki dari rumah lalu membanting salah satu pot tanaman di sana.

Terpaksalah mereka harus pindah ke tempat lain. Dan lagi-lagi, Do Hee menolak membantu mereka dan tampak selalu murungaaa.


Hari itu, Sun Hee dipanggil ke universitas karena baik dia dan Do Hee sama-sama lulus Jurusan Kepramugarian. Tapi tentu saja kondisi finansial mereka tidak memungkinkan keduanya untuk meneruskan kuliah secara bersamaan.

Sun Hee yang selalu baik hati, dengan lapang hati memutuskan untuk mengalah dan memberikan kesempatan itu pada Do Hee saja.

Pihak universitas bingung kenapa Sun Hee malah mengalah pada adiknya. Kalau hanya salah satu dari mereka yang bisa kuliah, maka seharusnya Sun Hee lah yang kuliah. Apalagi dia mendapat peringkat pertama.

"Kneapa? Apa saudari kembarmu tidak mau mengalah?"

Sun Hee menyangkal. "Ini semua keputusan saya sendiri. Saya yang lebih tua, jadi seharusnya sayalah yang mengalah."


Sun Hee sebenarnya sangat sedih. Tapi saat dia berpapasan dengan Do Hee di luar, Do Hee malah sinis menyindirnya. Apa Sun Hee senang karena semua orang memanggilnya untuk wawancara hanya karena dia lahir duluan?

"Biarkan kuperjelas. Kau sendiri yang memilih tidak kuliah. Jadi jngan serang aku dengan alasan itu."

"Aku tidak bermaksud pamer. Aku hanya ingin kau bahagia. Itu saja keinginanku."

"Berhentilah bersikap baik. Setiap kali melihatmu, aku kesal karena kau mengingatkanku pada Ayah!"


Selama beberapa waktu kemudian, Sun Hee bekerja paruh waktu di sana-sini. Dia bekerja dengan tekun bahkan sekalipun waktu tangannya sedang terluka.

Sementara Do Hee dengan seenaknya pulang dengan membawa tagihan bulanan dan langsung mengambil semua uang gajinya Sun Hee. Pun begitu, Sun Hee tetap bahagia bisa membantu ibu dan adiknya.

"Aku yakin aku bisa mendapatkan kesempatan juga suatu hari nanti." Narasi Sun Hee

 

Waktu berlalu dengan cepat. Do Hee sekarang mulai melamar kerja di sebuah perusahaan penerbangan.

Berbeda dengan Sun Hee berpikir untuk mengorbankan dirinya demi kebahagiaan keluarganya atau orang lain, Do Hee justru berpikir bahwa kesempatan harus direbut dan bukan dengan cara mengorbankan diri.

Beberapa waktu kemudian, Do Hee akhirnya mendapat pemberitahuan kalau dia lulus sesi wawancara. Ibu dan Sun Hee benar-benar bangga padanya, tapi Do Hee jadi semakin sombong sekarang. Dia bahkan langsung memukul tangan Do Hee saat Do Hee mau menyentuh seragam pramugarinya.


Suatu malam saat Sun Hee sedang bekerja membersihkan kaca mobil di sebuah pom bensin, dia mendapati Do Hee ada di dalam mobil itu bersama pacarnya.

Sun Hee langsung dadah-dadah saking senangnya sambil melepaskan maskernya. Tapi Do Hee langsung panik dan malu dan cepat-cepat mengisyaratkan Sun Hee untuk memakai maskernya kembali sebelum pacarnya melihatnya.

Dalam narasi masing-masing, kita mendengar Sun Hee berpikir bahwa keluarganya adalah harta yang paling berharga di dunia. Tapi bagi Do Hee, keluarganya adalah penghalang masa depannya dan dia ingin menyingkirkan mereka.


Suatu hari, Do Hee memutuskan untuk keluar dari rumah mereka. Ibu dan Sun Hee berusaha menghalanginya, tapi Do Hee tak mau peduli dan pergi tanpa melihat kembali ke belakang.

Sementara Do Hee menjalankan tugasnya sebagai pramugari dengan profesional, Sun Hee sendiri baru mulai mendapat kesempatan untuk belajar kepramugarian.

Bagi Do Hee, dia sama sekali tidak membutuhkan yang namanya pria dan cinta. "Aku hanya memanfaatkan mereka untuk mendapatkan apa yang kumau."


Suatu hari saat dia bekerja di mini market, Sun Hee bertemu seorang pria yang bekerja sebagai badut. Sun Hee meminjaminya uang saat pria itu kekurangan uang untuk membayar belanjaannya.

Sejak saat itu, hubungan mereka pun mulai berkembang dengan pesat. Suatu malam saat Sun Hee baru selesai dengan kursusnya, si badut bernama Bong Cheon Dae itu datang dan melamar Sun Hee tepat di hadapan teman-temannya.

"Uang bukan masalah jika kau benar-benar mencintai seseorang. Aku ingin memberinya semua hal yang bisa kuberikan." Narasi Sun Hee

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments