Xi Xi tiba-tiba terbangun dan langsung menjerit heboh. Tapi mungkin karena baru bangun tidur, pikirannya masih kacau, dia jadi berpikir kalau dia bermimpi punya tiga tangan. Si Chen dengan canggung tak mengakui kalau itu sebenarnya tangannya dan cuma mengingatkan Xi Xi kalau itu cuma mimpi.
Tapi untuk apa Xi Xi datang, bukankah dia sudah melarangnya datang kecuali untuk urusan penting saja? Tentu saja Xi Xi datang untuk urusan penting. Tapi dia sengaja bertele-tele lebih dulu tentang salah satu pasal dalam kontrak mereka yang menyebutkan bahwa Xi Xi seharusnya memiliki kamar sendiri, tapi ternyata itu gagal Si Chen penuhi. Si Chen malah cuma menempatkannya di ruang wardrobe yang tak layak huni. Nenek bahkan sudah tahu kalau dia semalam tidur di kursi malas.
Karena itulah, sebagai kompensasi, dia ingin bayarannya dibayar lebih cepat sebagian. Tapi Si Chen langsung sinis menyindirnya dan menolak permintaannya.
Kesal, Xi Xi sontak memeluk Si Chen erat-erat, berusaha menggunakan itu untuk mengancam Si Chen untuk memberikan sebagian bayarannya lebih cepat. Tapi Si Chen malah senang-senang saja dipeluk mendadak, malah dengan nakalnya menggodanya.
"Aku suka yang mengambil inisiatif."
Canggung, Xi Xi sontak melepaskan diri dengan malu dan jadi makin panik saat Si Chen memberitahu bahwa sup pemberian Nenek itu adalah sup kesuburan. Wkwkwk! Xi Xi sontak kabuuuuuurrrrr!
Di rumah, Si Chen malah mendapati Xi Xi mengurung diri di ruang wardrobe-nya dan ada sebuah pesan yang tertempel di pintu, memperingatkan Si Chen untuk menghormati ketentuan kontrak dan tidak mengganggunya antara jam 10 malam sampai jam 8 pagi. Yah, Si Chen kecewa, dia jadi tidak dibacakan buku malam ini.
Karena tak punya jalan lain, Xi Xi memutuskan untuk mengembalikan beberapa barang mewah yang diberikan Si Chen sebagai maharnya ke toko. Sayangnya pihak toko menolaknya karena aturan mereka yang memiliki batas waktu pengembalian.
Tepat saat itu juga, Xi Wei mendadak muncul juga di toko itu. Takut ketahuan, Xi Xi pun berakting seolah dia mau mengembalikan semua baju mahal itu karena ukurannya tidak pas.
Tapi Xi Wei malah sengaja mengajaknya keliling untuk memilih baju. Jadilah kedua orang itu berusaha untuk kebolehan tentang pengetahuan mereka terhadap fashion. Xi Xi awalnya tidak ada niat bersaing dengannya, tapi Xi Wei jelas menganggap ini persaingan.
Parahnya lagi Xiao Ya juga tidak mau mengalah dan menghasut Xi Xi untuk menurutinya saja sehingga Xi Xi terpaksa harus mengeluarkan kartu VIP-nya hanya demi menuruti gengsinya Xiao Ya.
Mereka buru-buru pergi setelah itu. Kali ini mereka mencoba pergi toko tas untuk menjual beberapa tas. Tapi yang paling menarik perhatian si pemilik toko adalah tas pemberian Nenek yang Xi Xi pakai.
Dia langsung bisa melihat kalau itu tas kostum yang sangat mahal dan menawarkan harga yang cukup mahal juga untuk tas itu. Xi Xi awalnya menolak menjualnya karena itu hadiah. Tapi kemudian Xiao Ya punya ide untuk digadaikan saja dan dibeli lagi jika Xi Xi punya uang kapan-kapan. Sekarang ini Xi Xi sedang sangat membutuhkan uang.
Benar juga sih, Xi Xi akhirnya setuju untuk menggadaikannya saja, dia janji akan membelinya kembali tiga bulan yang akan datang, tak peduli biarpun harganya akan lebih mahal saat itu.
Sayangnya dia tidak menyadari kalau Xi Wei terus membuntutinya dan langsung tersenyum licik menyaksikan semua itu. Jelas dia akan memanfaatkan fakta itu untuk keuntungan pribadinya.
Xi Xi pulang malam harinya dengan penuh rasa bersalah pada Nenek. Apalagi Nenek tiba-tiba menanyakan ke mana tas pemberiannya. Xi Xi dengan canggung berbohong kalau dia tidak membawa tas itu karena hari ini mataharinya sangat terik, dia takut tasnya rusak.
Untungnya Nenek percaya dan meyakinkan Xi Xi untuk tidak usah mempermasalahkan hal itu, kalau rusak yah tinggal beli lagi yang baru. Nenek memberitahu bahwa minggu depan adalah hari ultahnya. Nenek akan mengadakan pesta dan sudah mengundang beberapa kerabat. Jadi Nenek ingin Xi Xi datang ke pestanya itu dengan membawa tas pemberiannya.
Tangan Shang Ke sebenarnya sudah baikan. Tapi begitu Ruo Na datang, dia langsung pura-pura seolah dia belum sembuh biar bisa bermanja ria sama Ruo Na. Tapi Ruo Na dengan cerdiknya membongkar kebohongannya.
Tapi melihat berbagai barang dan makanan yang ada di sofa, Ruo Na bisa menyimpulkan kalau Shang Ke selalu tidur di sofa dan makan makanan ringan setiap hari. Apa dia tidur di sofa karena takut gelap?
Shang Ke menyangkal, dia takut hujan dan guntur. Sejak kecil, dia sering sendirian di rumah karena orang tuanya sering pergi dinas. Setiap kali ada hujan dan guntur, dia sangat ketakutan lalu lari ke sofa menutupi dirinya dengan selimut, meringkuk dan menyalakan TV. Di sofa inilah, dia selalu merasa aman.
Ruo Na jadi prihatin juga mendengarnya. Maka dia memutuskan untuk tidak langsung pergi dan membuatkan Shang Ke mie instan. Cuma mie instan, tapi Shang Ke bahagia banget dan langsung lebay memuji-muji masakan Ruo Na.
Dia bahkan refleks memanfaatkan kesempatan untuk memeluk Ruo Na dari belakang dengan alasan membantu cuci piring. Ruo Na jadi gugup. Shang Ke langsung mendekat untuk menciumnya, tapi Ruo Na malah menendang itunya lalu pergi. Wkwkwk!
Di pesta ultah Nenek, Ran Xi Wei lagi-lagi berulah, menyindir Xi Xi tidak pantas menjadi Nyonya Yi, bahkan sengaja mempermalukan Xi Xi di hadapan para kenalannya.
Si Chen datang tak lama kemudian, membawakan hadiah berupa piyama mahal dan Xi Wei langsung nyamber, menggembar-gemborkan bahwa dirinya-lah yang merekomendasikan pakaian itu pada Si Chen.
Sedangkan Xi Xi hanya memberinya asinan sayur yang baik untuk kesehatan lansia yang kontan saja langsung diremehkan para tamu. Padahal Nenek justru sangat menghargainya karena memang hal-hal seperti ini yang lebih dibutuhkan oleh lansia seperti dirinya. Si Chen juga awalnya kurang setuju, tapi begitu melihat reaksi Nenek, dia sontak membela istrinya di hadapan para tamu.
Tapi kemudian Xi Wei dengan sengaja memberikan hadiah berupa tas pemberian Nenek. Dia pura-pura mengklaim kalau tas itu cuma sama persis dengan tasnya Xi Xi, padahal jelas tas itu memang tasnya Xi Xi yang dibelinya untuk membongkar perbuatan Xi Xi.
Nenek jelas bingung, Nenek yakin kalau tas itu tak mungkin ada duanya dan langsung menyuruh Xi Xi untuk mengambil tasnya. Si Chen langsung bisa menyadari apa yang terjadi. Maka saat Xi Xi hampir mengakui kejujurannya, dia dengan cepat menyela, mengklaim kalau tas itu ada di kamar lalu cepat-cepat membawa Xi Xi masuk kamar.
Xi Xi sebenarnya memang punya tas duplikatnya, dia membuatnya sendiri biar Nenek tidak sedih karena tidak melihatnya membawa tasnya. Dia jujur mengaku pada Si Chen kalau dia memang menjual tas yang asli, dan dia akan mengaku jujur juga pada Nenek nanti.
Si Chen sontak sinis mengira Xi Xi menjualnya hanya karena Xi Xi mata duitan. Dan sekarang Xi Xi malah mau mengaku jujur pada Nenek, Si Chen jadi semakin sinis mengira dia bukan hanya mata duitan tapi juga tidak punya empati. Bisa-bisanya Xi Xi mau menyakiti hati Nenek di hari ulang tahunnya.
Si Chen melarangnya bicara apa pun begitu mereka keluar nanti, biar dia sendiri yang akan menyelesaikan perkara ini, dan dia akan buat perhitungan dengan Xi Xi setelah pesta usai nanti.
Nenek langsung percaya kalau tasnya Xi Xi adalah yang asli. Xi Wei berusaha menunjukkan pada Nenek bahwa kedua tas itu memiliki sedikit perbedaan. Tapi Si Chen dengan cepat berakting bak seorang ahli dan meyakinkan Nenek bahwa kedua tas ini sama-sama asli.
Dia beralasan bahwa desainer zaman sekarang, biasanya selalu membuat produk sampel lebih dulu sebelum membuat produk jadinya, dan menegaskan agar masalah ini diakhiri sampai di sini saja. Lagipula ini pesta ultah Nenek, jangan sampai berubah jadi acara penilaian tas. Untungnya Nenek peraya. Tapi Xi Wei jelas kesal, tapi tak ada yang bisa dilakukannya sekarang.
Mantannya Xi Xi melihat berita tentang dan foto-foto Xi Xi yang sekarang tampak begitu bahagia bersama keluarga barunya dan itu kontan membuatnya sangat kesal. Dalam flashback, dia dicari sama Xi Wei yang menawarinya sebuah pekerjaan entah apa. Entah apa yang dikatakan Xi Wei padanya, tapi si mantan langsung setuju.
Shang Ke tiba-tiba muncul menyela pertemuan Ruo Na dengan seorang pria. Dia langsung cemburu melihat kedua orang itu ngobrol akrab padahal mereka hanya membicarakan tentang bisnis.
Ruo Na bahkan mengklaim kalau dia dan pria itu hanya sekedar mantan rekan di perusahaan lama. Tapi Shang Ke bisa melihat dengan jelas kalau hubungan mereka lebih dari sekedar rekan kerja. Dan setelah pertemuan bisnis itu usai, Ruo Na akhirnya jujur mengaku kalau pria itu adalah mantan pacarnya. Shang Ke shock.
Malam harinya, Xi Xi berusaha menjelaskan kalau dia menjual tasnya Nenek karena dia punya alasannya sendiri. Tapi Si Chen keukeuh menolak mempercayainya, bersikeras meyakini kalau Xi Xi tuh cewek mata duitan.
Xi Xi sakit hati mendengarnya. "Yin Si Chen, pernahkah kau kelaparan? Atas dasar apa kau menyalahkanku?"
Si Chen tak mau tahu dan langsung mengusirnya. Xi Xi akhirnya terpaksa kembali ke ruang wardrobe-nya dan menangis diam-diam dengan penuh rasa bersalah pada ibunya dan nenek.
Keesokan paginya saat sarapan, Nenek melihat pasutri itu diem-dieman. Nenek jelas tak senang melihat mereka bertengkar terus padahal mereka masih pengantin baru. Xi Xi dengan canggung mengaku bahwa dialah yang salah karena membuat Si Chen kesal.
Dia lagi-lagi ingin mengakui kebenarannya pada Nenek, tapi Si Chen dengan cepat menyela dan langsung mengajaknya bicara empat mata. Diam-diam dia memperingatkan Xi Xi untuk tidak mengakui kebenarannya sekarang karena itu akan sangat menyakiti Nenek.
Dan lagi, itu pasti akan membuat Nenek mencurigai pernikahan mereka. Jika Xi Xi merasa bersalah, lebih baik dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemani Nenek saja.
Semua masalah ini membuat Xi Xi jadi tidak fokus saat di pelajaran seni rupanya bersama Zi Xin. Tapi dia berusaha menguasai diri dan fokus kembali ke gambar sketsa-nya Zi Xin yang bagus banget. Xi Xi sama sekali tidak curiga kalau Zi Xin sudah ahli, dan hanya berpikir kalau Zi Xin cuma berbakat saja.
Tapi kemudian dia menemukan sketsa asli komiknya Dewa Agung Nianxi. Tapi alih-alih berpikir kalau Zi Xin adalah Nianxi, Xi Xi dengan polosnya berpikir kalau Zi Xin adalah penggemarnya Nianxi juga.
Dia bahkan langsung nyerocos antusias meyakinkan Zi Xin untuk tidak usah malu mengakuinya. Tidak masalah kok biarpun seorang presdir menyukai manga shoujo. Zi Xin mengiyakannya saja dengan canggung dan berbohong kalau dia mendapatkan sketsa itu dari temannya yang bekerja di perusahaan penerbit.
Kalau Xi Xi suka, Xi Xi boleh mengambilnya kok. Xi Xi menolak, dia tidak akan membiarkan gambar Dewa Agung Nianxi menderita bersamanya, soalnya Si Chen sudah pasti tidak akan menyukai hal-hal seperti ini.
Xi Xi baru ingat kalau buku edisi spesial Dewa Agung Nianxi akan segera dijual, Xi Xi berharap sekali Dewa Agung Nianxi akan mengadakan acara tanda tangan. Dia ingin sekali melihat dengan Dewa Agung Nianxi.
"Jika ada, apa kau akan hadir?" Tanya Zi Xin antusias.
"Tentu saja aku harus mengatasi segala rintangan untuk pergi ke sana."
Zi Xin jelas ingin mengabulkan harapan Xi Xi itu. Tapi dia penasaran apakah Xi Xi masih akan menjalankan toko online-nya walaupun sekarang dia sudah menikah dengan Si Chen.
Xi Xi membenarkan, tujuan awalnya mendirikan toko online sebenarnya untuk membuka merek desain-nya sendiri. Tapi sepertinya, sekarang itu hanya bisa jadi pikiran saja.
Zi Xin tiba-tiba berinisiatif menyewa Xi Xi untuk mendesainkan dan membuatkan seragam pekerja perusahaannya. Xi Xi tentu saja langsung setuju tanpa ragu.
Si Chen tidak tinggal diam begitu saja dan menyuruh sekretarisnya - Chen Fei Ang, untuk menyelidiki uang penjualan tas itu. Dari hasil penyelidikan Fei Ang, uang hasil penjualan tas itu ternyata dikirim ke ibunya Xi Xi untuk membayar tunggakan uang sewa toko laundry-nya.
Sedangkan uang mahar pemberian Si Chen, diambil alih oleh ayahnya dan neneknya. Karena tak ingin Xi Xi bikin perkara lagi, Si Chen pun memerintahkan Fei Ang untuk menyelidiki kontrak pemilik toko itu.
Selain itu, Si Chen juga mendapat surat tilang karena melakukan penyalipan ilegal pada malam pestanya Alex. Si Chen langsung ingat saat Xi Xi meminta ganti rugi atas penyalipan yang dilakukannya. Waktu itu dia mengira kalau Xi Xi cuma menipunya, sekarang dia baru sadar kalau Xi Xi tidak menipunya.
Di sebuah restoran, Zi Xin mengajak Xiao Ya bertemu untuk menanyakan beberapa hal tentang Xi Xi, soalnya dia menduga kalau Xi Xi sedang mengalami kesulitan keuangan belakangan ini. Xiao ya kaget, kok dia bisa tahu? Tapi baiklah, melihat kepedulian Zi Xin pada Xi Xi, Xiao Ya pun memutuskan untuk menceritakan segalanya.
Malam harinya, Xi Xi ditelepon ibunya yang terdengar sangat senang karena gedung ini sudah dibeli oleh bos lain. Dan bos baru itu berbaik hati menurunkan harga sewa toko setengah harga. Uangnya Xi Xi juga sudah dikembalikan. Wah! Xi Xi tak percaya mendengarnya. Bos baru itu pasti malaikat.
Tak lama kemudian, Xiao Ya menelepon Xi Xi untuk memberitahukan tentang pertemuannya dengan Zi Xin tadi siang. Xi Xi jadi berpikir kalau bos berhati malaikat itu pasti Zi Xin. Maka dia langsung menelepon Zi Xin dan mengajaknya bertemu besok, sama sekali tidak sadar kalau bos berhati malaikat yang menolong itu sebenarnya suaminya sendiri yang saat itu sedang antusias menunggu ucapan terima kasihnya Xi Xi.
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam