Sinopsis Forever and Ever Episode 15

Wen Chuan mendatangi Mei Xing, mencoba membujuk Wen Xing untuk memihak padanya dan menyetujui proposal proyek yang diajukannya. Mei Xing sinis mengklaim kalau dia tidak ada waktu untuk membaca proposalnya, dia sangat sibuk. Dan lagi, dia terlalu malas untuk membantu orang lain. 

Dengan dinginnya dia menegaskan bahwa dia bukan jenis orang yang berbelas kasihan pada orang lain. Karena itulah, dia lebih suka memiliki sedikit teman, dan Chen adalah teman terbaiknya... teman yang paling penting baginya.

"Kalau sampai terjadi sesuatu padanya di Bremen, aku pasti akan buat perhitungan denganmu." Ancam Mei Xing. "Sifatnya mulia, aku tidak. Dia toleran, aku tidak. Ingat itu baik-baik!"

Wen Chuan tentu saja berusaha berkilah dan mengklaim kalau dia justru lebih mengkhawatirkan Chen karena dia adiknya Chen. Mei Xing sinis tak mempercayainya.

Shi Yi memberitahu Xiao Yu bahwa nama kedua kepiting peliharaannya Chen itu namanya: Natrium Klorida (garam) dan Natrium Glutamat (MSG). (Pfft! Nama-nama yang unik) Dia juga memberitahu bahwa Chen tidak bisa pulang untuk sementara waktu karena pekerjaannya.

Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, Shi Yi mengajak Xiao Yu untuk ikut ke Wuzhen bersamanya. Dia akan menjadi juri dalam kontes sulih suara di sana, dan diizinkan membawa satu orang. Jadi Xiao Yu ikut saja bersamanya. Xiao Yu setuju.

Yang tidak Xiao Yu ketahui, Du Feng ternyata seorang polisi dan kasus yang ditanganinya sekarang ini adalah kasus keluarga Zhou. Rekannya Du Feng curiga sama Chen karena kepulangannya yang terkesan terlalu mendadak untuk mengambil alih bisnis keluarga. 

Hmm... Jangan-jangan dia tinggal di gedung yang sama dengan Shi Yi dan mendekati Xiao Yu cuma buat dimanfaatin doang untuk menyelidiki Chen dan keluarganya? Tapi sepertinya dia beneran suka sama Xiao Yu.

Saat bertemu Xiao Yu, dia tampak canggung dan malu-malu, dan langsung senang saat Xiao Yu mengajaknya ikut liburan bersamanya ke Wuzhen.

Begitu mereka tiba, Shi Yi mengajak mereka makan siang bersama rekan-rekan kerjanya. Tapi Xiao Yu langsung bisa melihat kalau Sutradara Wang naksir Shi Yi dilihat dari caranya menegur Mei Lin untuk tidak menakut-nakuti Shi Yi dengan cerita horor tentang kota tua ini, soalnya Shi Yi takut gelap. Xiao Yu jadi penasaran, jika suaminya Shi Yi itu tahu ada pria lain yang naksir Shi Yi, apa dia akan cemburu?

Baru juga diomongin, sang suami tercinta mendadak menelepon. Shi Yi langsung beranjak pergi dengan antusias untuk menjawab teleponnya. Sebagai suami yang baik, Chen menelepon hanya untuk melaporkan segala detil kegiatannya seharian ini pada Shi Yi.

Tapi Shi Yi malah sengaja memprovokasinya dengan memberitahu Chen bahwa sepertinya ada pria lain yang naksir dia. Tapi yang tak disangkanya, Chen ternyata tahu siapa pria itu. Chen bahkan bisa menduga kalau Shi Yi ingin bertanya apakah dia cemburu atau tidak. 

Jawabannya, yah jelas cemburu lah. Makanya dia selalu ingin mengetahui kondisi Shi Yi setiap saat. Dan karena cemburu pula, makanya dia mengingat nama pria itu. Shi Yi senang, tapi Chen jadi semakin tak tenang.

Saat mereka jalan-jalan berdua, Du Feng menanyai Xiao Yu tentang kenapa Shi Yi sangat takut sama kegelapan. Xiao Yu pun bercerita bahwa sejak kecil, Shi Yi sering memimpikan tentang peperangan dan kekacauan. Karena terlalu sering bermimpi itulah, lama kelamaan Shi Yi menjadi takut saat hari menjadi gelap.

Shi Yi bahkan pernah sampai konsultasi ke psikiater, tapi ternyata tidak ada masalah apa pun dengannya. Bahkan gara-gara itu, dia sampai pernah putus sekolah dua tahun. Tapi kondisinya pelan-pelan mulai membaik saat dia kembali melanjutkan sekolahnya. Hanya saja dia tetap takut gelap. 

Tapi sekarang kondisinya sudah semakin membaik daripada dulu. Mungkin karena memang terlahir sebagai seniman, makanya dia lebih sensitif daripada orang lain. Dia pintar melukis, pernah belajar memainkan alat musik tradisional juga dan akhirnya memenangkan banyak penghargaan.

Eh tapi kenapa Du Feng tanya-tanya tentang Shi Yi? Naksir yah? Shi Yi sudah menikah. Hmm, sepertinya Du Feng memang sedang menyelidiki Shi Yi, tapi dia mengklaim kalau dia cuma asal tanya saja karena penasaran. Dan jangan khawatir, dia punya etika kok, dia hanya tertarik sama wanita yang belum menikah.

Tengah malam, Chen baru saja menyelesaikan pekerjaannya saat Shi Yi menelepon dan mengeluh kalau dia tidak bisa tidur gara-gara bermimpi buruk lagi, mimpi yang sama berulang kali.

Dia makin takut saat tiba-tiba saja terdengar suara-suara aneh dari luar. Apa ada orang di luar? Atau hantu? Berusaha menghibur sang istri, Chen pun dengan senang hati menuruti kemauan Shi Yi yang menyuruhnya untuk menyebutkan berbagai macam jenis-jenis teh... hingga Shi Yi tertidur lelap.

Chen sebenarnya sangat mencemaskannya. Tapi karena dia berada di negara lain, jadi dia mengirim Ren yang bisa datang cepat keesokan harinya dengan membawa serombongan bodyguard yang berjaga di depan gedung penginapannya Shi Yi.

Ren juga membawakan banyak hadiah, untuk Shi Yi dan semua rekan kerjanya, semuanya dari Chen. Ren memang tidak bilang kalau misinya datang kemari adalah untuk menjaga Shi Yi. Tapi saking cemasnya akan keselamatan kakak iparnya itu, Ren juga menyatakan kalau dia akan menginap di sini dan ingin ikut menonton acara kompetisi sulih suara tersebut. 

Keesokan harinya, Shi Yi naik perahu berkeliling kota kuno itu bersama para rekannya dan para pemenang kompetisi. Namun yang tak disangkanya, tiba-tiba dia melihat suaminya, berdiri di atas jembatan depan. Shi Yi sontak turun dari perahu dengan antusias.

Chen berterima kasih pada Mei Lin karena sudah menjaga istrinya, lalu melempar tatapan sebal pada Sutradara Wang sampai Sutradara Wang kalah dan langsung memalingkan muka. Setelah semua orang pergi, Chen memberitahu Shi Yi bahwa pekerjaannya dan masalah kepulangannya ke Cina sudah selesai semua.

Shi Yi heran mendengar bagian yang terakhir, memangnya ada masalah apa dengan kepulangannya ke Cina. Tak ingin membuatnya khawatir, Chen sengaja merahasiakannya dan hanya beralasan kalau rekan-rekannya di sana enggan melepaskannya, makanya kepulangannya tertunda.

Shi Yi tiba-tiba memeluknya manja dan bertanya. "Kali ini kau tiba-tiba pulang, apakah ada sebagian alasannya karena kau rindu padaku?"

"Iya. Aku sangat merindukanmu."

Shi Yi senang. "Jadi kau tidak akan pergi lagi?"

Chen membenarkan, dia tidak akan pergi lagi. Eh tapi, Shi Yi heran, kenapa tadi Chen menatap Sutradara Wang seperti itu? 

"Memberi hormat pada orang yang kalah." Ujar Chen. Pfft!

Chen belum ingin pulang ke penginapan, jadi mereka pun memutuskan untuk jalan-jalan dan mengunjungi pabrik pewarnaan kain. Tapi sepertinya para pekerja sedang istirahat, tidak ada seorang pun yang menjaga kain-kain itu.

Sembari berjalan menelusuri kain-kain itu, Shi Yi memberitahu Chen tentang kisah drama yang di-dubbing-nya, kisah kepahlawanan Pangeran Nanchen. Namun tiba-tiba hujan mengguyur deras, para karyawan langsung panik mengangkati lain-lain itu, Shi Yi dan Chen pun bergegas membantu mereka, membuat para karyawan terkikik geli menyadari kedua sejoli itu berkencan di pabrik pewarnaan kain.

Mereka basah kuyup saat mereka tiba di depan penginapan dan bertemu dengan bos pemilik penginapan. Shi Yi santai saja memperkenalkan Chen sebagai suaminya, tidak sadar kalau ucapannya itu membuat Chen berbunga-bunga.

Ren ternyata sudah pergi dan hanya meninggalkan secarik pesan, dia tahu Chen datang, makanya dia meninggalkan mereka biar tidak mengganggu.

"Tadi di luar, kau memperkenalkan pada pemilik penginapan, aku ini siapa?" Goda Chen.

"Hah? Sudah lupa, memangnya aku bilang apa?" Ujar Shi Yi pura-pura amnesia saking malunya.

Dia lalu sibuk mengatur suhu ruangan, takut Chen kedinginan. Tapi tiba-tiba Chen memeluknya dari belakang dengan mesra dan mengecup bahunya yang terbuka yang kontan saja membuat Shi Yi membeku dengan gugup.

Shi Yi dengan gugup berbalik menghadapnya, menelusuri tulang hidung Chen dengan ujung jarinya, lalu mulai membuka kancing kemeja Chen.

Chen pun mengecup lembut keningnya dan berkata. "Jangan naikkan suhunya terlalu tinggi, nanti kita akan berkeringat."

Bersambung ke episode 16

Post a Comment

0 Comments