Sinopsis Forever and Ever Episode 14

Chen memperhatikan Mei Xing tampak sedang sedih, tapi Mei Xing tetap setia kawan dan menolak mengatakan masalahnya dan beralih topik mendiskusikan kasusnya Chen. Mei Xing yakin kasus ini bukan sekedar kebetulan, pasti ada orang yang sengaja melakukannya untuk menunda kembalinya Chen ke Cina. (Hmm, Zhou Wen Chuan?)

Gara-gara Xiao Yu sangat menggilai sepak bola, jadi dia menuntut Shi Yi untuk menonton dan merekam siaran langsung Bundesliga. Dan usai melakukan permintaan Xiao Yu, Shi Yi makan siang di restoran.

Tapi tiba-tiba saja Wen Chuan juga muncul di sana. Cuma kebetulan kah? Chen mengaku tidak, justru dia memang ingin menemui Shi Yi untuk memberikan sebuah amplop berisi cincin kawinnya Chen yang asli yang Chen bilang hilang di kamar mandi itu, membuat kesan seolah cincin itu adalah bukti perselingkuhan antara Chen dengan Jia Ren.

Wen Chuan sengaja menghasutnya dengan memberitahu Shi Yi segala sesuatu tentang hubungan Chen dan Jia Ren. Bahwa mereka pernah memiliki perjanjian pernikahan dan tumbuh bersama sejak kecil, dan cincin itu membuktikan bahwa cinta lama mereka bersemi kembali, dan menyarankan Shi Yi untuk menyelesaikan masalah ini (menceraikan Chen) secara diam-diam.

Di Cina, Xiao Yu bertemu lagi dengan si cowok yang ditemuinya di supermarket waktu itu. Namanya Du Feng. Dalam perjalanan pulang, karena mereka tinggal di gedung yang sama, Du Feng mulai mengakrabkan diri dengan tanya-tanya ini-itu tentang Xiao Yu.

Xiao Yu juga tampak jelas tertarik padanya dan langsung senang waktu Du Feng mengaku belum punya pacar. Dia langsung setuju waktu Du Feng mengajaknya untuk saling menambahkan WeChat satu sama lain.

Saat Chen pulang, dia mendapati Shi Yi sedang makan es krim, tapi yang sontak menarik perhatiannya adalah cincin kawinnya yang asli yang terletak di atas meja. Shi Yi dengan wajah dingin mengaku kalau tadi dia bertemu dengan Wen Chuan dan Wen Chuan-lah yang memberikan cincin ini padanya.

Alih-alih panik atau takut Shi Yi salah paham, Chen malah kesal menuntut apa yang dikatakan Wen Chuan pada Shi Yi. Apa Wen Chuan juga memberitahu Shi Yi tentang hubungannya dengan Jia Ren? Berapa banyak yang dikatakan Wen Chuan? Apa perlu dia tambahi kalau ada yang kurang?

Shi Yi heran mendengarnya. "Apa kau tidak takut aku marah?"

"Aku yakin kau orang yang rasional?" Chen percaya padanya.

Memang, untungnya Shi Yi bukan orang yang gampang terhasut. Dinilai dari ukiran tanggal pernikahan mereka yang terukir di cincin itu, jelas menunjukkan kalau Chen sangat menghargai cincin itu dan pernikahan mereka. Jadi tidak mungkin dia cukup bodoh untuk menghadiahkan cincin kawinnya pada orang lain.

Shi Yi sama sekali tidak mencurigai niatan Wen Chuan menghasutnya dan hanya berpikir kalau Wen Chuan pasti cuma salah paham. Dia menduga mungkin ada orang yang memungutnya lalu memberikannya pada Jia Ren dan akhirnya membuat Wen Chuan salah paham.

Chen tersentuh mendengarnya. Terkait hubungannya dengan Jia Ren, Chen jujur mengaku bahwa dia dan Jia Ren memang tumbuh bersama sejak kecil, bersekolah di sekolah yang sama, kuliah di luar negeri yang sama dan bekerja di institusi penelitian yang sama, terkadang terlibat dalam proyek yang sama juga. 

Memang benar dia dan Jia Ren pernah memiliki perjanjian pernikahan. Namun kemudian kakaknya Jia Ren menikah dengan pamannya, Zhousheng Xing. Kakaknya Jia Ren itu adalah ibunya Ren. (Err.. berarti Jia Ren itu bibinya Ren sekaligus kakak iparnya. Benar-benar hubungan keluarga yang rumit). Tapi ibunya Ren sudah meninggal dunia saat Ren masih kecil.

Karena itulah mereka kemudian membatalkan kontrak pernikahan mereka. Lalu, Chen juga tidak tahu bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja Jia Ren menikah dengan Wen Chuan. Tiba-tiba dia menggenggam tangan Shi Yi dan mengaku bahwa sebelum bertemu Shi Yi, dia tidak pernah ada pemikiran apapun terkait pernikahan, makanya dulu dia hanya mengikuti saran keluarganya saja.

"Karena itulah, jika ada tindakanku yang salah atau membuatmu tak senang, aku minta maaf."

"Membiarkanmu minta maaf atas kejadian di masa lalu, kesannya aku tidak punya aturan." Shi Yi sama sekali tidak marah kok.

Chen senang. Semalam dia bicara sama Nenek, Nenek mengajarinya bahwa di antara suami-istri tidak perlu selalu membicarakan aturan, yang harus mereka bicarakan adalah masalah perasaan. Jika dia membuat Shi Yi sedih atau marah, maka dia harus minta maaf duluan.

Mengalihkan topik, Shi Yi usul agar mereka mengundang teman terdekatnya Chen untuk makan bersama mereka. Mereka pun mengundang Frank yang menceritakan tentang asal-usul jam tangan meteorit pemberian Chen itu.

Dulu, seorang mentor yang sangat dihormati oleh Chen, memberikan meteorit pada Chen sebagai hadiah kelulusan. Sang mentor memberitahu Chen bahwa meteorit ini memiliki makna romantis, istri sang pofesor pernah berkata bahwa ada sebuah pepatah cinta di Cina 'Petiklah bintang untuk orang yang kau cintai'. 

Karena itulah, sang mentor menyuruh Chen untuk memberikan meteorit itu pada istrinya kelak. Dan begitulah bagaimana kemudian Chen membuat jam tangan khusus dari meteorit untuk diberikan pada istrinya. (Wah! Ternyata si profesor polos, romantis juga yah. Dia benar-benar memetik bintang (meteorit) untuk diberikan pada wanita yang dia cintai)

Dia juga memberitahu Shi Yi bahwa Chen selalu berada di kampus dan laboratorium setiap saat. Makanya dia tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Bahkan apartemen ini, dialah yang mencarikannya untuk mereka berdua.

Bertahun-tahun mereka tinggal bersama di apartemen ini mulai dari S1, S2 sampai S3. Selama itu pula, Frank selalu heran karena tak pernah sekalipun dia melihat keluarganya Chen datang ke acara kelulusannya.

Mengingat betapa sederhananya hidup Chen selama ini, Frank sempat mengira kalau Chen itu berasal dari keluarga miskin sampai dia tidak sanggup bayar tiket pesawat untuk keluarganya.  Bahkan saking prihatinnya, Frank rela menawarkan uangnya sendiri untuk membelikan tiket pesawat untuk keluarganya Chen. 

Dia dan teman-teman yang lain bahkan mengira kalau Chen tidak pernah pacaran karena mereka pikir Chen tidak percaya diri karena kondisi ekonominya. Tapi kemudian Jia Ren datang dan memberitahu mereka semua kalau ekonomi keluarganya Chen sangat bagus.

Dia santai saja mengucap nama wanita lain itu sampai Chen harus mengetuk meja dengan muka kesal untuk memperingatkannya. Untungnya Frank cepat paham dan langsung pamit.

Chen lalu membawa Shi Yi keluar, hari ini dia tidak akan bekerja dan hanya ingin menghabiskan waktu untuk menemani Shi Yi. Dia membawa Shi Yi ke area pertokoan dan meninggalkan Shi Yi sebentar untuk membeli sesuatu.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba ada tawuran massal, para preman itu memecahkan segala macam benda membabi buta, bahkan memecahkan kaca mobilnya Chen yang jelas saja membuat Shi Yi ketakutan. Untungnya dia tidak terluka, tapi sangat ketakutan dan trauma.

Chen segera membawanya pulang dan memanggil Mei Xing untuk menyelidiki masalah ini. Kasus tuduhan penyelewengan dana laboratorium, ditambah masalah hari ini, semuanya jelas sangat aneh.

Malam harinya, Shi Yi baru selesai mandi. Tapi dia masih trauma. Chen memberitahu bahwa kejadian tadi hanya kecelakaan. Ada dua toko yang berselisih di daerah itu, mereka hanya sial karena berada di tempat dan waktu yang salah.

Chen benar-benar merasa bersalah. Awalnya dia ingin membeli bunga untuk Shi Yi, tapi malah membuat Shi Yi berada dalam situasi menakutkan tadi. 

Selain itu, sepertinya dia tidak bisa pulang lebih cepat bersama Shi Yi. Dia tidak mengatakan detilnya, hanya memberitahu bahwa serah-terima pekerjaannya di sini masih agak rumit. Jadi Shi Yi harus pulang duluan. Tapi dia janji akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin

Shi Yi agak kecewa mendengarnya. Tapi dia mengerti dan bisa menerimanya. Chen ingin menghiburnya tapi tak tahu harus bagaimana. Kalau begitu, Shi Yi menyuruhnya untuk membujuknya dengan mengucap kata-kata manis saja.

Tapi Chen benar-benar tidak pandai bicara. Shi Yi yang akhirnya harus mengajarinya untuk memujinya cantik. Dia gadis paling cantik yang pernah Chen kenal, bukan? Atau mungkin ada gadis lain yang lebih cantik?

"Tidak ada." Refleks Chen. "Tidak ada gadis lain yang lebih cantik darimu."

Chen tiba-tiba mengecup pipi Shi Yi lalu memegang kepala belakang Shi Yi sambil menatapnya dengan intens. Chen lalu mendekatkan wajahnya, Shi Yi pun memejamkan mata, menantikan ciuman Chen selanjutnya, tapi Chen ternyata cuma mencemaskan rambut basahnya Shi Yi dan langsung menyeret Shi Yi ke kamar mandi dan membantu Shi Yi mengeringkan rambutnya. Pfft!

"Dasar kutu buku!" Gemas Shi Yi dalam batinnya.

Malam ini juga, Shi Yi harus tidur sendirian lagi gara-gara Chen masih sibuk bekerja. Keesokan harinya, Shi Yi mendapati Chen memasak mie minyak untuknya. Dia telaten sekali menata mie itu di atas piring satu per satu sambil bercerita bahwa dia belajar memasak berbagai macam jenis mie dari ibu salah satu muridnya selama dia tinggal di Xi'an.

Rasanya lumayan juga. Tapi saat Shi Yi tengah menikmati mie-nya, Chen tiba-tiba berkata. "Tunggu aku pulang. Setelah aku pulang, kita tidur sekamar."

Uhuk-uhuk! Shi Yi sampai tersedak saking kagetnya. Pfft! Tapi Chen malah dengan polosnya mengira kalau Shi Yi tersedak gara-gara mie-nya terlalu pedas. Shi Yi dengan malu-malu mengingatkan Chen bahwa Paman Lin bilang, mereka belum bisa dikatakan menikah jika belum mengadakan resepsi.

Chen kecewa mendengarnya. Shi Yi jelas cuma bercanda saat dia berkata kalau nanti dia akan membuatkan kamar tidur sementara di ruang buku di rumahnya buat Chen. Tapi Chen malah menanggapinya dengan sangat serius, dan menyetujuinya dengan nada kecewa dan terpaksa.

Eh tapi kenapa Chen tidak ikut makan? Chen mengaku sudah makan duluan, jam biologis mereka beda 3 jam. Ah benar juga, eh tapi kok Chen bisa tahu dia bangun jam berapa? Chen mengaku memperhatikannya saat mereka tinggal di rumah keluarganya. Shi Yi baru ingat kalau Chen dan keluarganya biasanya makan pagi jam 5 pagi. Saat dia baru sarapan, mereka semua sudah selesai makan. 

Sudah saatnya Shi Yi kembali ke Cina. Mei Xing ikut mengantarkannya ke bandara. Shi Yi mengecup pipinya sebelum masuk, Chen sebenarnya ingin memeluknya, tapi dia terlalu canggung dan akhirnya mereka berpisah begitu saja.

Baru setelah dia keluar bandara, dia mengeluhkan dirinya sendiri pada Mei Xing. Yang tidak Shi Yi ketahui, sebenarnya salah satu asisten kepercayaan Mei Xing ikut dalam penerbangan yang sama dengannya, menjaganya secara diam-diam dan memastikannya sampai dengan aman dan selamat sampai ke Cina.

Mereka melakukan itu karena curiga dengan kejadian tawuran antar geng waktu itu. Memang hasil penyelidikan mereka tidak menunjukkan keanehan apapun, semua saksi mengatakan kalau itu benar-benar kecelakaan dan mereka hanya sial karena berada di tempat dan waktu yang tidak tepat. Tapi tetap saja mencurigakan. 

Karena itulah, Mei Xing menyarankan Chen untuk segera menyelesaikan permasalahannya di sini dan kembali ke Cina secepat mungkin. Sebenarnya dia bisa mewakili Chen untuk mengurus kasus dugaan penyelewengan dana laboratoriumnya, tapi Chen bertekad untuk menjernihkan nama baiknya dulu sebelum pulang.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments