Sinopsis Forever and Ever Episode 16

Shi Yi berbaring dalam pelukan Chen sambil menelusuri tulang selangkanya sembari mendengarkannya bicara tentang nasehat para orang tua untuk tidak terlena oleh musik dan wanita cantik. Dulu Chen berpikir bahwa musik dan wanita cantik memang tidak layak disukai, namun sekarang dia berubah pikiran.

Chen penasaran, temannya di institusi penelitian bilang bahwa pria dan wanita tinggal bersama di hotel, perlu menunjukkan akta nikah. Apa sekarang juga perlu begitu? 

Hah? Shi Yi juga tidak tahu. Dia tidak bawa akta nikah mereka. Tidak masalah, untungnya Chen pernah memotret akta nikah mereka tepat setelah mereka mendapatkan akta nikah ini. Lagipula membawa akta nikah ke mana-mana bisa beresiko hilang, jadi lebih aman bawa fotonya saja.

"Lalu bagaimana kalau ponselnya hilang? Bukankah datanya juga akan ikut hilang."

"Aku mengunci foto ini, tidak bisa dibuka tanpa sandi."

"Kau berpikir sangat cermat." Puji Shi Yi lalu mengecup pipinya.

 

Mereka lalu keluar mencari Xiao Yu, tapi malah tak sengaja bertemu dengan Mei Lin, Sutradara Wang dan yang lain. Chen sontak menggenggam tangan Shi Yi dengan protektif sambil menatap Sutradara Wang dengan sengit.

Mei Lin memberitahu bahwa mereka semua akan balik ke Shanghai malam ini, tapi Shi Yi memutuskan tidak ikut, dia masih ingin bersama suaminya satu malam di sini.

 

Setelah Mei Lin cs pergi, Chen mendadak malu dilihat orang dan langsung melepaskan pegangan tangannya. (Pfft! Padahal tadi kan lebih banyak orang yang lihat) Shi Yi geli melihatnya, tapi apa Chen pulang dari Jerman sendirian. Chen membenarkan. Dia memang selalu sendirian, kecuali di rumah atau di laboratorium.

Dia kalah dong dari pengacaranya yang punya beberapa orang asisten. Chen mengaku kalau di laboratoriumnya juga dia punya beberapa orang asisten. Tapi di luar, dia sama sekali tidak butuh asisten. Lagian apa gunanya membawa asisten ke mana-mana, tidak bisa membantunya makan, tidak bisa membantunya minum air, tidak bisa membantunya tidur.

Shi Yi sontak menatapnya dengan keheranan. Dipikir-pikir, Chen itu memang agak aneh. Dia bahkan bisa menonton A Step Into The Past lebih dari 70 kali, sangat jarang ada orang yang seperti itu.

Chen mengaku bahwa dia hanya tidak mau menghabiskan waktu mencari drama baru, makanya dia lebih suka menonton film itu berulang kali. Rasanya menyenangkan menonton ulang setiap adegannya. (Hmm, benar-benar cowok setia. Sama film aja dia setia, sama istri apalagi)

 

Tiba-tiba Shi Yi tersandung gara-gara jalan mundur, untungnya Chen sigap menangkapnya. Dia jadi mengkhawatirkan kecerobohan Shi Yi dan akhirnya memutuskan untuk menggenggam tangan Shi Yi saja. 

"Kenapa sebelumnya aku tidak menyadarinya kalau dia sangat imut." Batin Shi Yi.

Mereka bertemu Xiao Yu dan Du Feng di restoran. Tapi Xiao Yu malah langsung menuntut Chen untuk minum arak. Chen menolak, mengklaim kalau dia tidak minum. Tapi Xiao Yu ngotot memaksa.

Chen akhirnya mengalah dan menurutinya. Tapi bahkan sebelum dia sempat menyentuhnya, Shi Yi mendadak merebut gelasnya, melindungi Chen dengan menenggak habis arak itu menggantikan Chen.


Padahal Shi Yi benar-benar tidak kuat minum dan mabuk dengan cepat. Saat menunggu para wanita, Du Feng mencoba tanya-tanya tentang pekerjaannya Chen dan memperkenalkan dirinya sendiri hanya sebagai PNS.

Saat kedua wanita itu keluar, Shi Yi sudah teler sampai tidak bisa berjalan dengan benar. Xiao Yu memberitahu bahwa dia akan pindah dari rumah Shi Yi begitu dia tiba di Shanghai nanti malam. Suaminya Shi Yi sudah pulang, jadi dia harus segera angkat kaki dari rumah itu. Dia lalu menyerahkan Shi Yi pada Chen lalu pergi bersama Du Feng.

Baru tiba di depan penginapan, Shi Yi sudah terlalu pusing dan langsung duduk di bangku lalu berbaring di pangkuan Chen. Dalam mabuknya, Shi Yi berkata bahwa dia tahu Chen tidak suka berbisnis, hanya menyukai segala hal yang berhubungan dengan laboratorium dan penelitiannya. Hidup ini hanya sebentar, karena itulah, jadi lakukan saja apa-apa yang ingin Chen lakukan.

"Kau teliti saja Venus yang kau sukai, sisanya serahkan padaku. Aku akan menyeduh teh dan memasak untukmu. Aku akan menjagamu dengan baik. Kelak, setiap hari ada aku. Aku adalah andalanmu. Karena kau tidak menyukai Zhenjiang, kita menetap saja di Shanghai."

Chen terharu mendengarnya dan langsung membelai pipinya yang memerah karena mabuk. Tapi di matanya, Shi Yi sangat cantik saat pipinya memerah. Chen mengajaknya untuk balik ke kamar mereka, tapi Shi Yi tidak mau, kepalanya masih sangat pusing. Terpaksalah Chen harus terus bertahan memeluk Shi Yi dalam pangkuannya.

Ren sebenarnya belum pulang. Dia galau, sebenarnya dia masih ingin bersama mereka, tapi juga tidak ingin mengganggu mereka. Di rumah mereka itu, hanya kakak pertamanya dan kakak ipar pertamanya yang dia sukai. Makanya dia selalu menantikan mereka pulang. Tapi di sisi lain, dia juga tak ingin mereka pulang karena kedua orang itu memang tidak cocok tinggal di rumah mereka.

Tapi karena tak mungkin berada di sini terus, Ren akhirnya memutuskan balik ke Zhenjiang. Tapi dia masih belum ingin pulang ke rumah, dan berhubung dia tidak punya banyak teman, jadi dia pergi mencari Yuan Yuan. Pfft! Kangen Yuan Yuan yah?

Ren dengan muka juteknya menyuruh Yuan Yuan masuk mobil saja. Kebetulan Yuan Yuan sebenarnya mau beli daun teh untuk kakeknya, jadi sekalian saja Ren bawa dia ke pabrik pengolahan teh milik keluarga Zhou.

Yuan Yuan mau beli teh langsung di sini saja, tapi Ren malah memberikannya secara gratis. Yuan Yuan sontak protes menuduh Ren pamer kekayaan padanya. Ren menyangkal, lagipula berdasarkan pembagian aset, sekarang pabrik teh ini sudah menjadi milik kakak sepupunya Yuan Yuan. Jadi Yuan Yuan bisa ambil gratis berapa pun yang dia inginkan.

Dia tidak tahu berapa banyak aset yang Chen berikan pada Shi Yi, tapi yang pasti sangat banyak, termasuk pabrik pembuatan alat musik tradisional. Tapi tentu saja dia punya tujuan untuk menunjukkan semua ini pada Yuan Yuan.

Dia ingin Yuan Yuan membantunya untuk mendukung kakaknya, bantu kakaknya dengan mengucap hal-hal baik tentang kakaknya di hadapan keluarganya Yuan Yuan. Tidak mudah bagi kakaknya bertemu dengan jodoh yang tepat.

Kakak pertamanya itu sangat kasihan. Semua orang di keluarga mereka ingin mendapatkan sesuatu darinya. Padahal Chen sangat tulus pada mereka dan selalu memikirkan segala cara untuk melindungi mereka.


Mei Xing baru tiba di kediaman keluarga Zhou malam hari dan mendapati Wen Xing menunggunya di luar padahal hujan turun dengan deras dan dingin. Tapi Wen Xing sama sekali tak peduli dan langsung lari menyambutnya dengan antusias.

Mei Xing sontak mengomelinya saking cemasnya, takut Wen Xing sakit. Lalu dengan perhatian dia menyeka wajah Wen Xing, tangannya, bahkan kakinya. Dia santai saja melakukannya tanpa maksud apa-apa, tapi sikap dan perhatiannya itu jelas membuat Wen Xing semakin jatuh cinta padanya.

 

Mei Xing tiba-tiba mengajak Wen Xing untuk tinggal di Shanghai beberapa waktu karena dia ingin membawa Wen Xing periksa ke dokter spesial jantung kenalan ayahnya. Wen Xing heran mendengarnya, apa penyakitnya sangat parah? 

Kenapa belakangan ini semua orang bersikap sangat aneh, padahal hasil tes kesehatan terakhirnya menunjukkan dia baik-baik saja. Ibunya bahkan ingin dia pacaran. Apa bagusnya pacaran kalau dia cuma bisa tinggal di sini, masa iya kencan cuma piknik di gunung.

Jelas dia mengatakan semua itu karena ingin memancing reaksi Mei Xing, tapi ternyata tanggapan Mei Xing tak ubahnya seperti tanggapan seorang kakak pada adiknya, cuma menasehatinya untuk berhati-hati dalam memilih pacar. Wen Xing kecewa.

Hari sudah semakin malam, hujan tak kunjung reda, udara pun semakin dingin, tangannya Chen juga sudah pegal, tapi Shi Yi masih juga belum sadar dari mabuknya. Untungnya ada seorang bapak yang kagum dengan kesetiaan Chen dan berbaik hati memayungi mereka sampai tiba ke kamar mereka.

Chen dengan telaten menyeka tangan Shi Yi saat tiba-tiba Shi Yi memeluknya dan tanya apakah bulan ini dia pernah bicara sama Jia Ren. Chen jujur mengaku iya, Shi Yi sontak cemberut imut. Tapi Chen meyakinkan kalau mereka cuma membicarakan masalah pekerjaan, tidak lebih.

"Lalu apakah dulu kalian ada...?"

"Tidak ada."

"Memangnya kau tahu apa yang mau kutanyain."

"Tahu."

"Kalau begitu ke depannya juga tidak boleh."

"Tidak akan pernah."

"Tidak boleh dengan siapa pun."

"Tidak akan dengan siapa pun."

Senang, Shi Yi langsung manja menyodorkan tangannya ke Chen untuk lanjut dilap. Tiba-tiba dia berkata bahwa jika dia mati duluan, dia meminta Chen untuk bersabar dan tidak menikah lagi. Dia janji akan menebusnya dengan menjadi istrinya Chen lagi di kehidupan mereka yang selanjutnya. Jika dia baik, maka akan ada kehidupan selanjutnya lagi dan lagi.

Tapi Chen malah cuma senyum dan tidak menjawabnya, Shi Yi jadi sebal. Tapi kemudian Chen setuju dan berjanji. Shi Yi pun senang dan langsung tertidur lagi.


Saat Chen mau berbaring di sebelahnya tak lama kemudian, Shi Yi tanpa sadar malah membuang bantalnya Chen lalu menjadikan Chen sebagai gulingnya sambil ngelantur kalau dia ingin makan buah delima. Tak bisa bergerak, terpaksalah Chen tidur dalam posisi seperti itu.


Keesokan paginya saat Shi Yi masih tertidur, Chen keluar pagi-pagi hanya demi mencarikan buah delima untuk sang istri tercinta. Karena tidak ada mobil, pemilik penginapan pun meminjamkan kendaraan lain untuk Chen.

Jadilah Chen berkendara keliling kota pakai motor Scoopy warna pink plus helm pink yang ada baling-baling bambunya. Wkwkwk! Imut sekali.

Dan begitu mendapatkan delimanya, dia dengan telaten mengupas semua delima itu satu per satu. Saat Shi Yi bangun tak lama kemudian, dia langsung antusias memakan semangkok delima itu dengan lahap tanpa mengetahui segala kesulitan yang rela dilakukan sang suami untuknya.

Chen mengaku bahwa barang-barangnya dari Jerman sudah dikirimkan ke asrama institut penelitiannya. Hah? Shi Yi kaget mendenganrya. Itu kan asrama khusus jomblo, Chen sudah menikah, apa kata orang kalau dia tinggal di asrama jomblo? Hmm, benar juga. Kalau begitu, nanti Chen akan suruh orang untuk memindahkan barang-barangnya ke rumah nanti.

"Rumahnya siapa?"

"Rumah kita."

"Patuh sekali." Shi Yi senang dan langsung menghadiahinya dengan sesendok delima.


Setibanya kembali ke rumahnya Shi Yi di Shanghai, Xiao Yu sudah pindah. Shi Yi benar-benar sudah menyiapkan segalanya untuk menyambut Chen di rumahnya, termasuk sandal rumah couple.

Tapi yang tak disangkanya, Chen benar-benar menganggap serius candaannya kemarin tentang tidur di ruang buku. Hadeh! Nih cowok. Geli, Shi Yi sengaja menggodanya lebih lama dengan mengklaim kalau dia lupa beli kasur untuk Chen. 

Tapi Chen masih juga nggak nyambung dan berkata kalau dia akan tidur di sofa saja nanti malam. Shi Yi mengiyakannya saja lalu membantu Chen menata sedikit pakaian yang dibawanya ke lemari.

 

Chen sendiri sibuk menata bukunya di ruang belajar. Ini baru sedikit, barang-barangnya yang lain baru akan tiba dua hari lagi. Tapi kemudian Shi Yi melihat Chen ternyata punya dua laptop, colokan listriknya tidak cukup. Maka Chen pun langsung keluar mau ke supermarket untuk membeli colokan baru. Tapi Shi Yi malah mendadak mencegahnya pergi lalu menyeretnya masuk kembali ke dalam.

Bersambung ke episode 17

Post a Comment

0 Comments