Sinopsis Forever and Ever Episode 8

Shi Yi mengira dia akan rekaman sulih suara seperti biasa untuk acara amal kali ini, tapi ternyata dia malah disuruh menyanyi lagu tema (drama ini). Lagu yang menggambarkan perasaan Shi Yi pada Chen, baik di masa lampau, maupun masa kini, penantiannya yang begitu panjang untuk bisa bertemu lagi dengan pujaan hatinya dan harapannya akan cinta dan masa depan mereka kelak.

 

Sutradara Wang terpana kagum mendengar nyanyiannya. Sayangnya dia menyadari perasaannya takkan terbalas. Shi Yi bahkan langsung pergi begitu selesai. Akhirnya dia hanya bisa ikhlas, yang penting Shi Yi bahagia.

 

Saat Shi Yi keluar tak lama kemudian, Chen sudah menunggu di depan. Malah sebenarnya pekerjaannya sudah selesai satu jam yang lalu dan susah menunggu selama setengah jam, tapi tidak masalah, dia rela menunggu tunangannya selama apapun.

Sebelum Chen dan Shi Yi datang, Mei Xing memutuskan untuk pindah ke hotel. Tidak baik baginya tinggal seatap dengan calon tunangannya Chen, takutnya menimbulkan rumor. Tinggal di kamar lain juga tidak bisa karena sudah penuh oleh para tamu lainnya. Wen Xing kecewa.

"Kenapa? Tiba-tiba tidak senang? Ini tidak seperti Zhou Wen Xing."

"Zhou Wen Xing... Harus seperti apa agar semua orang puas?"

"Di mataku, kau bisa jadi apapun. Bisa menangis, bisa tertawa, bisa berulah seperti apapun. asal kau gembira setiap hari."

Dulu waktu masih kecil, Wen Xing sering menginap di rumahnya waktu libur musim panas dan menangis setiap hari, tapi dia tetap imut kok. Ucapannya langsung berhasil membuat Wen Xing tersenyum kembali.

Tepat setelah Mei Xing pergi, Tang Xiao Fu dan Zhou Wen Fang mau keluar jalan-jalan. Wen Xing langsung semangat mau ikut. Xiao Fu tak setuju karena kesehatan Wen Xing yang tidak boleh capek, tapi Wen Xing bersikeras meyakinkan kalau dia baik-baik saja. Lagipula, siapa tahu dia bisa ketemu Chen di tengah jalan nanti.

Tak bisa menghentikannya, terpaksa mereka mengikutsertakannya. Dan benar saja, mereka melihat mobilnya Chen lewat saat baru tiba di bawah gunung. Wen Xing langsung antusias menyapa Shi Yi. 

Akhirnya sekarang bisa berkenalan dan ngobrol dengan Shi Yi. Waktu itu dia tidak bisa menyapanya gara-gara keberadaan ibunya. Apa Shi Yi takut untuk bertemu ibu mereka lagi? Wajar sih kalau dia takut, semua orang di rumah juga takut sama ibu mereka (Pfft!). Tapi jangan khawatir, Wen Xing pasti akan membantu Shi Yi untuk menghadapi Ibu.


Cepat-cepat memotong obrolan para wanita itu, Chen sontak mengomeli Wen Xing saking cemasnya dengan kesehatan adik kesayangannya itu. Takut dia kelelahan dan akhirnya memengaruhi jantungnya.

Canggung, Wen Xing langsung menggunakan Xiao Fu sebagai alasan, mengklaim kalau dia hanya khawatir membiarkan ibu hamil jalan-jalan sendirian. Dia tidak kelelahan kok, soalnya mereka juga jalan pelan-pelan.

Tapi tetap saja Chen tidak bisa membiarkan Wen Xing berlama-lama di luar rumah dan memerintahkan ketiga wanita itu untuk segera balik ke rumah dengan mobilnya, biar dia dan Shi Yi meneruskan perjalanan dengan jalan kaki saja.

Wen Xing akhirnya menurut, tapi dia memperingatkan mereka untuk tidak terlambat karena mereka harus mencoba hidangan nanti. Kalau terlambat, bisa-bisa ibu mereka bakalan marah.

Sisa perjalanannya masih cukup jauh sebenarnya, mungkin akan makan waktu sekitar satu jam. Kemungkinan tidak akan terlambat. Kalaupun terlambat juga tidak masalah, semua orang tetap haus menunggu mereka karena bagaimanapun, ini adalah pesta pertunangan mereka.

Chen masih agak canggung awalnya. Tapi akhirnya, sedetik kemudian dia mantap memberanikan diri untuk menggenggam tangan Shi Yi dan menuntunnya naik. Shi Yi meyakinkan kalau dia baik-baik saja. Dia sangat sehat dan sering berolahraga, jadi tidak masalah jalan kaki naik gunung.

Justru yang dia khawatirkan adalah Chen yang selalu berada di laboratorium. Dia pikir kalau Chen tidak pernah berolahraga, tapi Chen mengaku bahwa justru hobinya adalah naik gunung di waktu senggangnya.


Sambil jalan santai, Chen menceritakan tentang seluk-beluk keluarganya. Tentang kenapa kedua adiknya bermarga Zhou sedangkan adik sepupunya malah bermarga Zhousheng seperti dirinya. 

Ayahnya meninggal dunia saat Chen dan adik-adiknya masih kecil. Karena itulah, demi mempertahankan kelangsungan bisnis keluarga, pamannya mengambil alih posisi kepala keluarga dan bisnis keluarga mereka untuk sementara waktu (sampai nantinya Chen sudah memenuhi syarat untuk mengambil alih bisnis keluarga dan tugas sebagai kepala keluarga).

Karena syarat keluarga Zhou mengharuskan kepala keluarga bermarga Zhousheng, makanya pamannya pun mengganti marganya dari Zhou menjadi Zhousheng. Anaknya satu-satunya, Ren, juga ikut berganti marga.

Wen Chuan dan Wen Xing itu sebenarnya saudara kembar. Tapi memang Wen Chuan tampak lebih dewasa dibanding Wen Xing. Penyakitnya membuat Wen Xing jarang keluar rumah, makanya sosialisasinya juga terbatas dan itulah yang membuatnya lebih polos dibanding saudara-saudaranya.

Para supir keluarga senang banget bisa dapat makan gratis dari berbagai acara keluarga ini. Sikap mereka sangat sopan dan hormat pada Chen, cuma Paman Lin satu-satunya yang berani menggodai Chen.

Saat mereka tiba di ruang makan, hanya Ren, Wen Xing, Tang Xiao Fu dan Zhou Wen Fang yang menemani mereka makan. Chen dan Shi Yi asyik ngobrol berdua yang kontan sama membuat yang lain menggodai mereka.

Wen Fang mengingatkan Shi Yi bahwa jika dia menikah dengan Chen, maka dia harus tinggal di area pegunungan yang membosankan ini setiap tahun. Tapi Shi Yi tidak mempermasalahkannya sama sekali, udara di pegunungan bagus, dia suka kok. Chen senang mendengar jawabannya. Tapi Tang Xiao Fu berbeda darinya. Dia sama sekali tidak suka tinggal di desa dan rumah kuno semacam ini.

Tiba-tiba asistennya Nyonya Zhou muncul untuk menyampaikan undangan Nyonya Zhou untuk nonton opera di paviliun. Semuanya diundang... kecuali Shi Yi. Chen jelas tak senang, Shi Yi pun kecewa, tapi dia berusaha menutupinya dengan tetap tersenyum.


Hanya Tong Jia Ren satu-satunya menantu yang disayang sama Nyonya Zhou. Bahkan Wen Xing pun tak mampu membujuk Nyonya Zhou untuk menerima Shi Yi.

Tapi tak sengaja Jia Ren mendengar Wen Fang dan Xiao Fu menggosipkannya. Jia Ren dulu sangat populer, prestasinya juga bagus. Chen tentu saja yang paling bagus, tapi dia kurang suka menonjolkan diri, makanya selalu Jia Ren yang ditunjuk untuk melakukan pidato.

Dulu semua orang mengira kalau Jia Ren dan Chen akan menikah. Namun karena sebuah kesalahan, malah berakhir jadi seperti ini (Kesalahan apa?). Mereka benar-benar tidak berjodoh, Chen sama sekali tidak ada perasaan padanya. Malah Jia Ren sendiri yang tergila-gila pada Chen. Kesal, Jia Ren langsung mengonfrontasi kedua wanita itu. Tapi Xiao Fu sama sekali tidak takut untuk balas mengkritiknya dan jelas saja itu membuat Jia Ren semakin kesal.

Malam harinya, Chen memperlihatkan kepiting peliharaannya pada Shi Yi. Lin Shu memberitahu Shi Yi bahwa gara-gara peliharaannya Chen itulah, semua hidangan yang berhubungan dengan kepiting, jadi ditiadakan. Shi Yi mengerti, memelihara binatang pasti akan tumbuh perasaan sayang. Kalau begitu, dia juga tidak akan lagi makan kepiting mulai sekarang.

Lin Shu sudah selesai merapikan kasurnya Shi Yi, dia pun bergegas kelar meninggalkan mereka berduaan. Chen mendadak jadi canggung saat kemudian dia harus pamit ke kamar sebelah, padahal jelas-jelas dia enggan pergi. Shi Yi geli melihat kecanggungan tunangannya yang imut itu.

Chen benar-benar memperhatikan segala keperluannya Shi Yi dengan mendetil. Bahkan segala peralatan mandi dan skincare-nya pun sama persis dengan yang ada di rumahnya Shi Yi.

Padahal kamar mereka bersebelahan, tapi mau mengucapkan selamat malam saja, Chen malah melakukannya melalui telepon karena dia takut menganggu Shi Yi. Padahal dia sama sekali tidak menganggu karena Shi Yi memang terbiasa begadang karena pekerjaannya.

Shi Yi langsung mengajaknya bertemu di luar kamar. Tapi tiba-tiba Lian Sui muncul, mengabarkan ada masalah di luar. Terpaksa Chen harus meninggalkan Shi Yi untuk mengecek ada masalah apa lagi di keluarganya.

Ternyata gara-gara masalah tadi siang, Jia Ren malah mendorong Xiao Fu sehingga Xiao Fu harus dilarikan ke rumah sakit dan sekarang Jia Ren menangis sendirian (Entah menangis betulan atau cuma untuk menarik simpati Chen). Dia berusaha membela diri kalau dia melakukan itu karena tidak terima hinaan mereka.

Untungnya Ren datang saat itu, membantu Chen terbebas dari situasi canggung ini. Ren lega mendengar Shi Yi masih di kamar. Lebih baik memang begitu. Rumah mereka ini sangat besar, orang yang tinggal di dalamnya sangat banyak yang pada akhirnya bisa memicu berbagai masalah dan rumor yang dilebih-lebihkan. 

Kalau Shi Yi sampai ngobrol dengan semua orang di sini dan mendengar semua gosip dari berbagai macam perspektif, takutnya dia akan takut menikah dengan Chen.

"Makanya kau harus meluangkan lebih banyak waktu untuk menemaninya dan ngobrol dengannya, paham?" Ujar Chen.

Karena Chen belum kembali juga, Shi Yi jadi khawatir dan ingin keluar. Tapi Lian Sui mendadak muncul menghalanginya dan melarangnya keluar. Nyonya Zhou adalah orang yang menjunjung harga diri. Masalah hari ini adalah aib bagi keluarga. Kalau sampai dilihat oleh Shi Yi yang notabene masih orang luar, Nyonya Zhou pasti takkan senang.

Chen memang sengaja tidak segera kembali karena dia menduga kalau Shi Yi pasti baru tidur dan belum terlalu nyenyak. Dia takut menganggu, jadi dia akan menunggu sebentar di luar. Ren memutuskan untuk duduk menemaninya. Jarang-jarang dia bisa bersama Chen yang super sibuk.

Dia penasaran kenapa Chen sekarang memutuskan pulang padahal dia sangat menyukai penelitian ilmiah. Chen menolak menjawab, mengira kalau Ren tidak akan mengerti.

Jangan meremehkannya, biarpun Ren masih belum cukup umur untuk memahami dunia kerja orang dewasa, tapi ingatannya cukup bagus. Jadi Chen jawab saja pertanyaannya, dia pasti akan mengingatnya. Jadi biarpun sekarang dia belum mengerti, tapi di masa depan nanti dia pasti akan mengerti.


Chen akhirnya memberitahu Ren alasan dan pertimbangannya untuk pulang dan mengambil alih bisnis investasi keluarga mereka. Dulu upah pekerja Cina rendah, makanya pabrik-pabrik di negara ini berkembang pesat. Banyak produk-produk 'Made in China' di seluruh dunia.

Namun sekarang segalanya sudah berubah. Upah tenaga kerja Cina semakin meningkat yang pada akhirnya malah mengurangi produksi. Perusahaan butuh balik modal dan mendapat keuntungan untuk bisa terus beroperasi. 

Sekarang produk-produk 'Made in China', sudah banyak berubah menjadi produk-produk buatan negara lain. Makanya belakangan ini banyak pabrik yang gulung tikar atau berpindah ke negara lain yang modalnya lebih rendah.

Kalau terus begini, maka pengangguran di negara ini akan semakin meningkat. Makanya Chen ingin menarik investasi untuk meningkatkan produksi dan lapangan kerja di dalam negeri. Dia juga ingin bisnis keluarga mereka kembali ke akar dan jati dirinya di Cina.

Walaupun awalnya masih marah pada Wen Chuan yang meninggalkannya untuk menikah dengan wanita lain, tapi ternyata Wang Man gampang takluk juga. Masalah keluarga yang terjadi hari ini, membuatnya jadi bersimpati pada Wen Chuan. Memang hubungan mereka dari dulu selalu begini, ada masalah sedikit langsung putus, tapi juga cepat balikan.

Apalagi Wen Chuan juga masa bodo dengan masalah istrinya dan lebih perhatian pada Wang Man. Biarpun masih rada jual mahal, tapi jelas Wang Man sudah takluk oleh rayuan Wen Chuan.

Malah keesokan paginya di acara makan pagi bersama, Nyonya Zhou tidak melihat keberadaan Wen Chuan. Jia Ren terus terang mengaku kalau suaminya itu tidak pulang semalam. Tapi saat Wen Chuan muncul tak lama kemudian, dia berbohong kalau dia bangun kesiangan. 

Semua orang jelas menyadari ada yang tidak beres dengannya dan pernikahan mereka, tapi tidak ada seorang pun yang bersuara, pura-pura tak tahu tentang kebohongan Wen Chuan. Nyonya Zhou jadi tidak mood makan lagi gara-gara situasi yang tak menyenangkan ini. Dia memerintahkan Chen dan Wen Chuan untuk ikut dengannya ke rumah sakit nanti siang lalu bergegas pergi.

Chen muncul sendirian, dia sengaja membiarkan Shi Yi tidur lebih lama, jelas karena dia tak ingin Nyonya Zhou membulinya. Selain merahasiakannya pada Shi Yi, semua orang juga merahasiakan masalah Xiao Fu dari Wen Xing, mungkin karena tak ingin membuatnya cemas mengingat kondisi kesehatannya Wen Xing yang buruk. 

Saat Shi Yi bangun tak lama kemudian, dia mendapati di meja sudah disiapkan sarapan berbentuk bunga lotus yang dipersiapkan Chen untuknya, dia sendiri loh yang mengukir makanan-makanan itu jadi berbentuk bunga lotus. 

Wen Xing datang menemaninya tak lama kemudian. Dia memang mengemban misi dari Chen untuk menemani Shi Yi soalnya kakaknya itu sedang ada urusan di luar. 

Usai sarapan, Wen Xing lalu membawa Shi Yi ke sebuah perpustakaan kuno yang gedungnya cukup tinggi. Waktu mereka jalan-jalan di kuil Qinglong, Shi Yi memang pernah membahas tentang perpustakaan kuno pada Chen.

Wen Xing memberitahu bahwa perpustakaan kuno ini menyimpan banyak hal. Bahkan hadiah-hadiah yang Chen berikan saat pertama kali bertemu orang tua Shi Yi, dia pilih dari perpustakaan kuno ini. Setiap hari ada orang yang membersihkan perpustakaan kuno ini, jadi tempat ini dijamin bersih tanpa sebutir debu.

Ngomong-ngomong tentang debu, Wen Xing memberitahu kalau kakak pertamanya itu alergi debu dan bunga. Jadi kalau misalnya mereka nanti bertengkar hebat, Shi Yi sodorkan saja bunga ke depan hidungnya, maka nanti di tubuhnya akan timbul benjolan merah.

"Aku benar-benar ragu apakah kau sungguh pernah belajar kedokteran? Semua orang bilang padaku bahwa alergi tidak boleh dianggap remeh. Bisa sangat mengerikan kalau parah."

"Aku cuma bercanda. Sebenarnya gejala alerginya lebih mirip pilek. Bersin, hidung meler dan suhu tubuh naik. Asalkan menjauh dari alergen, dia akan sembuh keesokan harinya."

Yang menarik perhatian Shi Yi adalah bagian tembok perpustakaan itu. Sayangnya perpustakaan kuno ini memang bukan perpustakaan kuno dalam kehidupannya yang sebelumnya. 

Tembok perpustakaan ini bersih, sedangkan perpustakaan kuno yang ada dalam ingatannya adalah tembok yang dia tulisi puisi 'Shanglin Fu'. Lokasinya juga terpisah jauh ribuan mil dari tempat ini.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments