Sinopsis Forever and Ever Episode 9

Shi Yi sedang membaca sendirian di perpustakaan saat Chen datang. Dia tidak menjelaskan urusan apa yang dilakukannya barusan dan hanya memberitahu bahwa segala urusannya sudah selesai, sisanya tidak perlu campur tangannya lagi.

Chen lalu membawanya ke balkon lantai atas di mana mereka bisa melihat pemandangan desa yang indah itu, tapi Shi Yi sontak gemetar ketakutan. Dia memang takut ketinggian (Karena dia di masa lampau, mati dari tempat tinggi). 

Melihat itu, Chen dengan lembut menuntun Shi Yi lalu memeluknya dari belakang, menenangkannya melalui pelukannya. Shi Yi jelas gugup karenanya, tapi memang sih, pelukan itu berhasil menenangkan Shi Yi dari ketakutannya sehingga dia bisa menikmati pemandangan desa itu. Apa Chen sering datang ke tempat ini?

"Aku sering datang sendirian untuk melihat pemandangan dan memikirkan sesuatu."

"Apa yang sekarang kau pikirkan?" Tanya Shi Yi sambil berbalik dan langsung berhadapan dengan wajah Chen yang sangaaaaat dekat.

Mereka jadi tenggelam dalam tatapan mata satu sama lain... Saat tiba-tiba saja Wen Xing muncul dan Chen kontan melompat menjauh sambil terbatuk-batuk seolah mereka kepergok melakukan sesuatu yang tak senonoh, padahal kan nggak ngapa-ngapain. Hehe.

Wen Xing geli melihatnya, maaf menganggu. Shi Yi nggak nyambung dengan kecanggungan Chen dan mengira kalau Chen terbatuk-batuk karena alergi debunya, padahal kan tempat itu sangat bersih tanpa debu.

Wen Xing meyakinkan Shi Yi kalau alergi kakaknya tidak parah kok. Hanya saja... Shi Yi memang harus selalu memperhatikahanya, terutama di malam hari. Kalau alerginya kambuh, biasanya dia akan sangat lemah di malam hari, jadi Shi Yi harus selalu berada di sisinya dan menjaganya.

Dari perpustakaan, Chen membawa Shi Yi menemui neneknya. Sementara dia mereparasi radionya Nenek yang rusak, Nenek langsung suka sama Shi Yi dan menyambut Shi Yi dengan hangat bak cucunya sendiri.

Ia lalu memberi Shi Yi makan permen kesukaan Chen semasa kecil. Permennya nggak enak sebenarnya, tapi Shi Yi tak enak sama Nenek, apalagi itu permen kesukaan Chen. Jadi biarpun tak enak, tapi dia akan berusaha menyukainya mulai sekarang.

 

Chen benar-benar cucu yang berbakti. Usai membetulkan radio, dia lalu membersihkan lumut-lumut di lantai agar Nenek bisa jalan dengan nyaman dan tidak terpeleset. Padahal dia bisa saja memerintahkan orang lain melakukannya, tapi dia lebih memilih melakukannya sendiri karena orang luar pastinya tidak akan setelaten keluarga sendiri.

Shi Yi mengerti. Dulu ibu dan beberapa pamannya mempekerjakan orang untuk merawat nenek. Tapi perawat tersebut tidak bekerja dengan benar. Dia tidak pernah mengajak Nenek bicara, juga tidak pernah menjemur nenek cukup lama di bawah sinar matahari pagi. Akhirnya mereka semua sepakat untuk merawat nenek sendiri secara bergantian.

"Hal-hal kecil yang sepertinya tidak penting, sebenarnya hanya anggota keluarga yang akan terpikirkan dan menjaga dengan baik."

Tiba-tiba Nenek memanggil Shi Yi lagi. Kali ini ia ingin memberikan gelang rosario untuknya. Rosario ini memang khusus ia simpan untuk diberikan pada istri cuci sulungnya.

Tapi saat hendak tidur siang, Nenek tiba-tiba menggumam ambigu bahwa ia bersalah pada keluarga Zhousheng. Tuan Muda Pertama (Ayahnya Chen) tidak seharusnya menikahi 'Dia' (Nyonya Zhou). Seandainya saja Tuan Muda Pertama tahu tentang masalah Tuan Muda Kedua (Zhousheng Xing). (Hah?)

Chen memberitahu bahwa gelang rosario itu terbuat dari batu giok dan merupakan peninggalan zaman akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing. Biasanya dipakai untuk melantunkan doa dan mantra. Gelang rosario itu... adalah peninggalan ibunya. 

Chen menjelaskan bahwa Nyonya Zhou sebenarnya bukan ibu kandungnya. Nyonya Zhou adalah ibu kandungnya Wen Chuan dan Wen Xing. Ibu kandungnya sendiri sudah meninggal dunia. Sedangkan Nenek... adalah Ibunya Nyonya Zhou. Hah? Jadi dia bukan nenek kandungnya Chen? Shi Yi jadi bingung mendengarkan hubungan keluarga mereka yang rumit ini.

Chen memberitahu bahwa nenek dan ibu kandungnya adalah saudara jauh, tapi ibu kandungnya diasuh oleh nenek sejak ia masih kecil. Nenek sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri.

Ayahnya meninggalkan keluarga Zhou demi menikahi ibunya. Namun setelah ibunya meninggal dunia, ayahnya memutuskan kembali ke keluarga Zhou. Agar putranya bisa mewarisi marga Zhousheng secara sah, Ayah pun setuju untuk menuruti aturan keluarganya yang menyuruhnya menikahi Nyonya Zhou. 

Chen mengaku sempat tinggal di rumah ini selama beberapa waktu sebelum dia dibawa kembali ke keluarga Zhou. Shi Yi prihatin mendengar ceritanya, menyadari bahwa di keluarga ini, Chen sudah tidak punya orang yang dekat dengannya (keluarga kandung).

Usai membersihkan lumut, Chen lalu minta kunci mobil ke Paman Lin. Tapi Paman Lin ragu untuk menyerahkannya. Chen memang seorang profesor jenius, tapi tidak ada manusia yang mahabisa di dunia ini. Akui saja, kemampuan menyetirnya Chen tidak terlalu bagus, apalagi jalanan di daerah pengunungan seperti ini butuh skill menyetir yang benar-benar ahli.

"Waktu itu demi menjemputmu, dia latihan menyetir di tepi danau selama setengah harian." Ujar Paman Lin membocorkan rahasianya Chen. Pfft! Chen kan jadi malu.

Shi Yi pun langsung menawarkan diri untuk menyetir, dia cukup ahli kok, dia bawa SIM juga. Paman Lin setuju dan langsung menyerahkan kunci mobilnya ke Shi Yi.


Dan memang kemampuan menyetirnya Shi Yi sangat bagus, dengan ahlinya dia berkelok-kelok di jalanan pegunungan itu dengan kecepatan tinggi sampai membuat Chen rada takut.

Tapi saat Shi Yi berhenti di tengah jalan untuk membeli buah pada seorang pedagang keliling, tiba-tiba ada pria kaya nan angkuh bawa mobil Ferrari. Dia tidak melihat Chen yang sedang menelepon di dalam mobil, dan langsung gercep mencoba merayu Shi Yi dengan cara menyombongkan kekayaannya dan membeli semua dagangan si penjual buah... Semuanya buat Shi Yi.

Shi Yi menolak, pacarnya yang akan membelikan buah ini untuknya. Pria itu jelas tidak tahu siapa Chen dan langsung sinis meremehkan Chen, bahkan menghina seleranya Shi Yi dalam memilih pria yang menurutnya terlalu biasa. Melihat itu, Chen langsung keluar dari mobil dan merangkul Shi Yi protektif sambil melempar tatapan laser ke pria itu.

Begitu kembali ke Nenek, Shi Yi curhat tentang kejadian tadi. Nenek tertawa mendengarnya, wajar kalau wanita cantik banyak yang melirik, dulu ibu kandungnya Chen juga sangat cantik. Shi Yi meralat, bukan itu yang dia permasalahkan. Yang dia permasalahkan adalah pria itu menghina Chen, Shi Yi tak suka.

Tiba-tiba Nyonya Zhou datang menjenguk Nenek, tapi jelas hubungan mereka tak baik. Nenek bahkan terang-terangan menyindir Nyonya Zhou. Nenek bahkan menolak mengakui Nyonya Zhou sebagai putrinya, menyatakan bahwa ia hanya memiliki satu putri... Yaitu mendiang ibunya Chen. Bahkan secara tak langsung, Nenek mengusir Nyonya Zhou dan menolak uang pemberiannya. Ia hanya mau dinafkahi oleh cucu sulungnya.


Nyonya Zhou akhirnya pulang dengan sedih. Dari percakapannya dengan Zhousheng Xing, dulu dia sangat marah pada semua orang karena memaksanya untuk menikah dengan Ayahnya Chen dan menjadi ibu tirinya Chen. Dia bahkan sampai bertengkar hebat dengan ibunya gara-gara itu.

Tapi sekarang dia sudah tua, dia sudah bisa menerima segalanya, tapi sikap ibunya padanya tak pernah berubah. Mereka hidup begitu mewah, tapi banyak hal yang berada di luar jangkauan mereka. Mereka bahkan tak mampu menyembuhkan penyakitnya Wen Xing.

Dalam perjalanan pulang, Shi Yi memperhatikan Chen terus termenung sepanjang jalan. Berusaha mengalihkan pikirannya, Shi Yi langsunb menyuruh Chen untuk menaikkan sekat antara jok depan dengan jok belakang agar mereka bisa bicara secara pribadi.

Dia bertanya-tanya apakah nanti dalam acara pertunangan, mereka harus berciuman setelah tukar cincin? Chen mendadak canggung dan malu mendengarnya, dia belum pernah memikirkan itu soalnya.

Berhubung si cowok polos ini tidak berinisiatif, akhirnya Shi Yi yang memberanikan diri untuk mengambil inisiatif dengan menyuruh Chen mendekat padanya dan memejamkan mata lalu mencium Chen.

Chen sempat kaget awalnya, tapi akhirnya dia mulai membalas ciuman Shi Yi... Tepat saat sekat mobil mendadak dibuka sama Paman Lin. (Pfft! Paman Lin! Ganggu aja ah!) Chen dan Shi Yi sontak saling melepaskan diri. Chen refleks mengambil majalah dan pura-pura membacanya padahal majalahnya kebalik. Hehe.

Mereka tiba saat hari sudah petang, berjalan beriringan dengan canggung dan malu-malu menuju kamar mereka. Shi Yi naik duluan karena Chen berkata kalau dia masih harus menangani suatu urusan. 

Padahal itu cuma alasan saja, nyatanya dia cuma mondar-mandir untuk menenangkan perasaannya yang tengah bergejolak. Beberapa menit kemudian dia baru menyadari kalau Shi Yi tidak segera menyalakan lampu kamarnya. 

Chen bingung kenapa, padahal biasanya Shi Yi akan masuk kamar mandi dalam waktu 10 menit setelah masuk kamar. Dia tidak tahu kalau Shi Yi juga sama sepertinya, butuh waktu cukup lama untuk menenangkan perasaannya yang bergejolak karena ciuman tadi.

Mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur malam itu. Sama-sama ingin mendatangi kamar satu sama lain, tapi pada akhirnya saling mengurungkan niat karena takut menganggu. Akhirnya mereka cuma bisa saling mengurungkan diri di kamar masing-masing dengan gelisah.

Keesokan paginya, Chen bangun duluan dan langsung keluar lari pagi. Shi Yi baru keluar kamar saat Chen sudah selesai mandi. Mengira kalau Chen baru bangun, Shi Yi mengajaknya lari pagi bersama, dan Chen langsung setuju, pura-pura seolah dia belum berolahraga sama sekali. Pfft!

Setelah lari cukup lama, mereka pun berhenti di tengah jalan untuk istirahat. Shi Yi duluan yang mengaku kalau semalam dia tidak bisa tidur. Chen langsung sumringah, Shi Yi tidak bisa tidur karena dia yah?

"Nggak tuh." Sangkal Shi Yi dengan penuh harga diri. "Apa semalam kau tidur nyenyak?"

Chen berbohong mengiyakannya, nyenyak banget sampai pagi. Padahal sepanjang malam dia terus bergulingan ke kanan dan ke kiri dengan gelisah. Nyenyak dari mana?

Si cowok Ferrari itu ternyata kerabat dari salah satu kerabatnya Chen. Hari ini dia datang ke kediaman keluarga Zhou bersama kakeknya khusus untuk bertemu tuan muda Zhousheng. Namun alangkah shock-nya dia saat melihat si tuan muda Zhousheng itu ternyata si cowok yang kemarin diremehkannya. (Ha! Rasain!)

Parahnya lagi kakeknya langsung mendesaknya untuk menyapa Chen dengan sebutan kehormatan 'Paman Sepupu'. Chen dan Shi Yi diam saja menatapnya dengan pongah, menunggunya untuk menyebut mereka dengan panggilan kehormatan itu. 

Tak punya pilihan, terpaksa dia menurut dan menyapa Chen dan tunangannya sebagai 'Paman Sepupu' dan 'Bibi Sepupu'. Dia bahkan sudah kehilangan kepercayaan dirinya saat harus menyebutkan perusahaan kecil yang baru didirikannya.

Namun pertemuan ini harus segera diakhiri karena tiba-tiba ada masalah serius. Tang Xiao Fu sekarang berada dalam kondisi kritis, dan masalah ini membuat keluarga Tang dan keluarga Tong terlibat konflik sengit.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments