Sinopsis Forever and Ever Episode 7

Pabrik itu adalah milik teman mendiang Ayahnya Chen dengan keluarga Zhou sebagai pemegang saham terbesarnya. Dulu saat mendiang ayahnya berniat meninggalkan Keluarga Zhou demi menikahi ibu kandungnya, teman-teman Ayah-lah yang mendukungnya. Makanya Chen sekarang harus membantu masalah pabrik itu sebagai balas budi.

 

Wen Xing datang tak lama kemudian untuk mengajak mereka ke paviliun, karena Nyonya Zhou memanggil mereka untuk menikmati pertunjukkan Opera. Banyak dari tamu-tamu mereka yang datang untuk berziarah, masih belum pulang biar sekalian menghadiri acara pertunangan Chen. 

Makanya Nyonya Zhou mengundang Opera untuk menghibur para tamu. Tapi Chen, Ren, Mei Xing dan Wen Xing lebih memilih menonton dari kejauhan dan tidak ikut bergabung bersama para tetua.

 

Malam harinya, Chen memutuskan kembali ke pabrik sendirian, berniat mengambil sampel air limbah itu, ingin mengecek sendiri di labotariumnya untuk mengetahui seberapa parah air limbah itu.

Tapi saat dia hendak keluar, pak satpamnya sudah tidak ada sehingga dia jadi terkunci di dalam pabrik. Hmm, sepertinya si karyawan pabrik yang tadinya bersama pak satpam sengaja mengajak pak satpam keluar dan mengunci Chen di dalam, balas dendam karena Chen membuat pabrik berhenti beroperasi.

Mei Xing datang menyusulnya tak lama kemudian, tapi dia juga tak punya kuncinya. Chen mencoba menelepon seseorang untuk membantunya keluar. Tapi orang itu malah menelepon dan meminta bantuan Wen Chuan.

Tapi Wen Chuan malah tersenyum licik dan diam saja melanjutkan menonton opera seolah tak tahu menahu tentang terkuncinya Chen, membiarkan Chen terkunci di sana lebih dari 3 jam. 

Untungnya Mei Xing berinisiatif menelepon Wen Xing, dan baru saat Wen Xing mendesaknya, Wen Chuan mulai beranjak pergi tapi jalannya santai banget, dan tiba di pabrik tak lama kemudian dengan tampang tanpa dosa.

Setelah Wen Chuan pergi, Mei Xing berkomentar kalau Wen Chuan itu sebenarnya lebih cocok berbisnis dibandingkan Chen. Hanya saja, hati Wen Chuan busuk.

Begitu kembali ke Shanghai, Chen langsung menjemput Shi Yi untuk melihat rumah pernikahan mereka. Rumah tua yang cukup besar dan mewah juga, walaupun tidak sebesar dan tidak semegah kediaman Zhou di Zhenjiang. Ini rumah peninggalan mendiang Ayahnya Chen.

Paman Lin memberitahu bahwa rumah ini masih dalam tahap renovasi, dan hanya boleh mereka tinggali setelah mereka resmi menikah. Chen lalu membawa Shi Yi masuk ke ruang buku yang sangat besar dan di meja ada empat kertas bertuliskan nama Shi Yi dengan 4 gaya kaligrafi yang berbeda.


Chen menyuruhnya memilih salah satu jenis kaligrafi yang paling disukainya, pilihannya itulah yang nantinya akan dipakai untuk undangan pertunangan mereka. Yang tak disangkanya, Shi Yi ternyata mengerti kaligrafi dan mengetahui sejarah tiap-tiap kaligrafi tersebut.

Dengan hati-hati dia menilai tiap-tiap kaligrafi tersebut. Dia juga mempertimbangkan kaligrafi kesukaan Keluarga Zhou yang menyukai kaligrafi Dinasti Tang, sehingga dia tanpa ragu menyingkirkan kaligrafi yang bukan berasal dari Dinasti Tang.

Dia juga langsung menyingkirkan kaligrafi yang berasal dari penulis yang kematiannya tragis, takut itu akan bawa sial untuk pernikahan mereka... hingga akhirnya dia memutuskan untuk memilih kaligrafi yang terakhir.

 

Wang Man datang saat itu membawakan beberapa gaunnya Shi Yi. Dia memberitahu Shi Yi bahwa neneknya sudah jarang merancang baju sekarang, tapi nanti Nenek-lah yang yang akan merancang gaun pernikahannya Shi Yi. Dia jamin baju pengantin buatan neneknya akan lebih dari sekedar cantik.

Baju terakhir yang dirancang oleh neneknya adalah gaun pengantin Nyonya Zhou, sekitar 25 tahun yang lalu. Hah? Shi Yi bingung dan keheranan mendengar informasi aneh itu. Chen sekarang berumur 28 tahun, kenapa pernikahan Nyonya Zhou dengan mendiang Ayahnya Chen malah berumur 25 tahun?

Tapi dia tidak berani menanyakan keanehan informasi itu dan fokus pada gaun-gaunnya saja dan memutuskan memilih yang modelnya paling simple yang memang sesuai kepribadiannya.


Tapi bukan hanya Wang Man yang datang, Zhou Wen Chuan dan Tong Jia Ren juga memutuskan berkunjung ke sana untuk berkenalan dengan Shi Yi. Wen Chuan menyapanya cukup ramah, tapi Jia Ren hanya melempar senyum tipis.

Saat mereka semua makan siang bersama, Shi Yi mengetahui bahwa Jia Ren dan Chen rekan kerja sekaligus teman sekampus. Tapi Chen lebih jenius darinya. Saat Jia Ren baru kuliah S1, Chen sudah lulus S3.

Wen Chuan memberitahu bahwa IQ kakak pertamanya itu adalah 190, mulai kuliah di umur 17 tahun dan mendapat gelar doktor di umur 19 tahun. Tapi dia bukan orang paling jenius sedunia, ada orang lain yang lulus S3 fisika di umur 15 tahun.

 

Tapi yang paling menarik perhatian Shi Yi adalah sikap Wen Chuan yang tampak jelas lebih perhatian pada Wang Man daripada pada istrinya sendiri. Saat Wang Man mengeluh tentang dietnya yang selalu gagal, Wan Chuan langsung menggodainya. Tapi Wang Man dingin mengabaikannya dan Wen Chuan langsung tertunduk sedih.

Berusaha mencairkan suasana canggung ini, Shi Yi menyarankan Wang Man untuk pakai cara akupuntur saja. Chen penasaran mendengarnya nyerocos lancar tentang akupuntur, sejak kapan Shi Yi mempelajari akupuntur?

Shi Yi pun bercerita bahwa waktu kecil dia sering sakit dan berobat ke dokter pengobatan tradisional. Karena itulah dia jadi tertarik mempelajari akupuntur. Shi Yi bahkan ingin mencoba ilmunya ke Chen. Chen tak enak, Shi Yi sendiri sudah sibuk bekerja, masih ingin mengakupunturnya, Chen takut Shi Yi kelelahan.

"Melakukan sesuatu untukmu, aku tidak merasa lelah."

"Baiklah."

Duh, mereka romantis banget. Jia Ren jadi cemburu hingga dia tidak tahan lagi berlama-lama di sana dan langsung pamit pergi seorang diri. Suasana aneh ini jelas tak luput dari perhatian Shi Yi, tapi dia mengerti untuk tidak menanyakan apapun.


Wen Chuan sudah menunggunya saat Wang Man keluar tak lama kemudian. Dia terang-terangan mengaku bahwa dia menikahi Jia Ren hanya karena perintah ibunya. Tapi istrinya itu juga mencintai pria lain yang tak lain adalah kakaknya. Dia tidak seperti kakaknya yang bisa dan berani melawan perintah ibunya.

"Kau sudah menikah. Maka jalanilah hidup kalian dengan baik." Dingin Wang Man lalu pergi.

 

Malam harinya, Shi Yi menemukan sepenggal puisi 'Shanglin Fu' yang ditulis ulang oleh Chen. 'Alis panjang dan melengkung, mata yang jernih, saling jatuh cinta, kecantikan yang menggugah hati'.

Shi Yi ingat puisi itu. Dia ingat dirinya di kehidupan masa lampau pernah menulis ulang keseluruhan puisi itu di dinding perpustakaan Pangeran Nanchen. Tanpa menceritakan ingatan kehidupan masa lampaunya itu, Shi Yi langsung meminta Chen untuk memberikan puisi itu padanya. Chen setuju.

Dalam perjalanan kembali ke Zhenjiang, Paman Lin memperhatikan Chen sekarang beda. Dulu dia tak pernah melewatkan satu detikpun dan melewatkan waktu perjalanan dengan membaca jurnal-jurnal. Tapi sekarang Chen malah melamun. Baru kali ini Paman Lin melihat Chen melamun gelisah memikirkan seorang wanita.

Hari ini Chen dan Shi Yi mengunjungi kedua orang tua Shi Yi untuk membahas pertunangan mereka yang akan diadakan minggu depan di kediaman keluarga Zhou. Shi Yi dan kedua orang tuanya awalnya berencana tidak mengundang sanak saudara mereka dulu karena ini hanya pertunangan. 

Tapi mendengar pesta pertunangannya ternyata berskala besar karena sanak saudara keluarga Zhou sendiri sangat banyak, akhirnya keluarga Shi pun memutuskan untuk mengundang beberapa sanak saudara mereka juga.

Di kediaman Zhou, para pelayan keluarga Zhou pun sudah mulai sibuk mendekor rumah dengan segala pernak-pernik berwarna merah.


Besok Shi Yi sudah harus berangkat ke kediaman keluarga Zhou, makanya malam ini Mei Lin sengaja menginap di rumah Shi Yi untuk memberinya semangat. Shi Yi mengaku agak takut bertemu dengan Ibunya Chen, tapi yang paling membuatnya gugup adalah fakta bahwa mulai besok, dia akan mulai tinggal seatap dengan Chen.

Xiao Yu penasaran, mereka berdua sudah sampai ke tahap apa sih? Apa sudah cup-cup? Yah jelas belum lah, gandengan tangan saja belum pernah. Hah? Xiao Yu dan Mei Lin kaget, mereka sudah mau tunangan tapi mereka bahkan belum ke tahap skinship? Chen yang bermasalah atau Shi Yi juga sama bermasalahnya? Sebaiknya Shi Yi segera bertindak dan berinisiatif duluan.

Malas mendengarkan ocehan mereka lagi, Shi Yi langsung menghindar dengan alasan mau mengepak barang-barangnya.


Keesokan harinya, hanya Lin Fei yang datang menjemputnya karena Chen dan Paman Lin masih sibuk. Tapi Shi Yi tidak akan langsung berangkat ke Zhenjiang karena masih ada rekaman. Kali ini dia akan melakukan rekaman untuk acara amal.

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

0 Comments