Recap Forever and Ever Episode 10 & 11

Karena kedua orang tuanya sudah tiba di Zhenjiang, Shi Yi ingin meminjam mobil untuk pergi menemui mereka di rumah pamannya. Tapi masalahnya, semua orang sedang keluar... kecuali Ren. Hanya mobilnya Ren satu-satunya yang tersisa di rumah.

Masalahnya, Ren itu biasanya temperamental dan susah diajak kompromi. Waktu Lin Fei mencoba meminjam mobilnya, Ren langsung ketus menolak, ayahnya saja tak pernah menginjakkan kaki di mobilnya.

Tapi waktu Lin Fei memberitahu bahwa yang mau pinjam mobil adalah Shi Yi yang mau pergi menemui kedua orang tuanya, Ren mendadak berubah pikiran dan dengan senang hati meminjamkan mobilnya. Dia bahkan antusias mau ikut dan mengganti bajunya pakai setelan jas lengkap kayak calon menantu mau ketemu calon mertua aja.

Setibanya di rumah Paman, Yuan Yuan yang keluar menyambut mereka. Tapi Ren sama sekali tidak butuh diperkenalkan pada Yuan Yuan soalnya keluarga Zhou benar-benar menyelidiki Shi Yi sampai ke akar-akarnya, makanya Ren juga tahu segala data informasi tentang Yuan Yuan. Bahkan sampai detil sekecil-kecilnya pun, Ren tahu semuanya.

Mereka kayaknya cocok nih. Ren dingin dan cuek, sedangkan Yuan Yuan cerewet dan berani membantah semua ucapannya. Saat Ren berusaha menyanjung-nyanjung kakaknya di hadapan kakek dan neneknya Shi Yi, Yuan Yuan justru melawan semua ucapannya sambil mengingatkannya untuk tidak terlalu menyanjung kakaknya, takutnya kakek dan nenek malah akan kecewa saat bertemu Chen nanti.

Ibu menyuruh Shi Yi untuk bicara dengan ibu mertuanya nanti, soalnya mereka ingin bertemu sebelum pesta pertunangan dimulai. Bagaimanapun, besan harus bergaul seumur hidup, tidak baik jika mereka tidak saling mengenal lebih dulu. Shi Yi agak ragu kalau ibunya Chen bakalan mau bertemu, tapi tidak mungkin juga dia menolak permintaan Ibu. 

Chen datang tak lama kemudian untuk menjemput mereka pulang dan dengan sopan meminta maaf karena belum sempat mengunjungi calon mertuanya.

 

Perseteruan antara keluarga Tang dan keluarga Tong jadi semakin serius sekarang, bahkan setibanya di rumah, sudah ada dua polisi yang menginterogasi para supir tentang kejadian waktu itu.

Bahkan sebelum mereka mencapai kamar mereka, Lian Sui mendadak muncul mengabarkan bahwa Chen dipanggil Nyonya Zhou lagi. Situasi keluarga benar-benar kacau sekarang ini. Wen Chuan saja langsung kabur saking sumpeknya. 

 

Chen baru kembali malam harinya. Saking lamanya menunggu Chen, Shi Yi sampai ketiduran di sofa. Baru saat itulah Chen menjelaskan segala masalah yang terjadi di keluarganya pada Shi Yi. Karena itulah, dengan tak enak hati dia memberitahu Shi Yi bahwa Nyonya Zhou ingin membatalkan pertunangan mereka.

Chen benar-benar merasa sangat bersalah pada Shi Yi. Shi Yi memang sempat kaget mendengar keputusan itu, tapi melihat penyesalan Chen yang begitu tulus, malah membuatnya jadi prihatin pada Chen... hingga akhirnya dia bisa memahami dan menerima keputusan itu dengan besar hati.

Malah dia yang harus menghibur Chen dan mengingatkan Chen bahwa di saat seperti ini seharusnya Chen membujuknya. Tapi Chen benar-benar tak tahu harus bagaimana, malah minta Shi Yi untuk mengajarinya.

Maka Shi Yi menuntut Chen untuk jujur, apakah dia semalam benar-benar tidur nyenyak sampai pagi. Dia akan senang kalau Chen jujur. Maka Chen pun jujur mengaku bahwa sebenarnya dia sama sekali tidak bisa tidur semalam. Shi Yi senang.

Nyonya Zhou sepertinya antusias sekali memanfaatkan momen ini untuk membatalkan pertunangan Chen, bahkan keesokan harinya, semua dekorasi pesta sudah diturunkan.

Tapi Chen jelas tak mau menyerah begitu saja. Dia mencoba membujuk Nyonya Zhou untuk memindahkan pertunangannya ke Shanghai dengan hanya dihadiri orang tua kedua belah pihak, tapi Nyonya Zhou cuma menanggapinya dengan diam.

 

Chen jadi sedih, apalagi saat dia teringat kejujuran Paman Lin tentang kisah ibunya yang juga tak pernah disetujui mertuanya sehingga beliau tak pernah diizinkan masuk ke dalam rumah ini. Pada akhirnya ibunya Chen juga tak pernah mau masuk ke rumah ini. Tapi ayahnya Chen keras kepala mempertahankan cintanya dan membawa ibunya Chen kawin lari.

Keesokan harinya, Shi Yi ingin pulang sendirian untuk mengabarkan masalah ini pada keluarganya. Dia ingin menjelaskan sendiri soalnya sudah pasti keluarganya akan marah pada Chen padahal ini bukan salah Chen. Tapi Chen memaksa mau ikut karena ingin menjelaskan sendiri pada mereka.

Keluarganya Shi Yi sebenarnya bisa memaklumi pembatalan pertunangan ini, memang tidak baik jika merayakan kebahagiaan di tengah kedukaan. Tapi yang mereka permasalahkan adalah sikap ibunya Chen. Seharusnya dia datang untuk menjelaskan hal ini pada calon besannya dan meminta maaf. 

Biarpun mereka sebenarnya suka sama Chen, tapi mereka juga tidak ingin Shi Yi menikah dengan seseorang yang keluarganya tidak bisa menerima Shi Yi. Mereka takut Shi Yi akan ditindas oleh ibunya Chen. Toh mereka juga tak pernah menuntut Shi Yi untuk menikah dengan keluarga kaya. Karena itulah, Ibu berusaha membujuk Shi Yi untuk berpikir ulang tentang hubungannya dengan Chen.

 

Chen benar-benar merasa sangat bersalah pada mereka dan sangat sedih karena masalah ini. Akhirnya Shi Yi lagi yang harus menghiburnya dengan mengajaknya makan mie seafood di restoran kesukaannya.

Dia lalu membawa Chen ke sebuah gedung pertunjukan Opera, berniat mau memperlihatkan papan tulisan tapi ternyata papan tulisannya sudah dihilangkan. Tapi Shi Yi masih ingat betul kata-kata yang tertulis di papan itu: Hal-hal di dunia ini bagaikan pertunjukkan, untuk apa orang-orang di dunia terlalu serius.

Kalimat yang bagus dan penuh makna, hanya saja memang kurang cocok untuk Chen karena terkadang dia terlalu serius dalam hidupnya.

 

Saat mereka jalan-jalan di gang kecil, tak sengaja mereka bertemu mantan gurunya Chen yang sudah pensiun. Pak guru memberitahu Shi Yi bahwa Chen ini adalah murid terpintar yang pernah ia ajar.

 

Saat mereka pulang, Nenek menambahkan cerita tentang betapa jeniusnya Chen sejak kecil, bahkan sampai jadi rebutan beberapa sekolah. Mengalihkan topik, Nenek tiba-tiba meminta Shi Yi untuk menginap.

Shi Yi setuju, tapi kamar yang tersisa hanya satu, mereka jadi canggung. Chen memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu saja. Tapi Shi Yi tak suka dan langsung mengiriminya chat, mencoba mengundangnya masuk kamar dengan alasan takut Nenek salah paham jika tahu mereka tidak tidur sekamar.

Chen santai memberitahu kalau dia akan menanggungnya sendiri. Shi Yi sontak keluar kamar dengan muka cemberut dan langsung menyeret Chen masuk kembali ke kamar, dan mengundangnya untuk tidur seranjang dengannya.

 

Chen sontak melotot kaget. Eits! Jangan negative thinking dulu, yang Shi Yi maksud tidur seranjang yah cuma tidur doang, saling membelakangi. Tapi tetap saja Chen gugup. Berusaha mencairkan suasana, Shi Yi mencoba tanya-tanya ini-itu. Tapi jawaban Chen singkat-singkat saja. Cuma iya, betul, hmm. 

Shi Yi sampai geli mendengarnya, apa Chen tidak punya jawaban lain selain tiga kata itu? Dipikir-pikir, selama ini memang selalu Shi Yi yang mengambil inisiatif memulai obrolan. Chen jujur mengaku kalau dia tidak tahu harus ngobrol apa.

Mendengar itu, Shi Yi langsung mengajak Chen ngobrol dan menanyakan apa yang biasanya Chen bahas dengan murid-muridnya di tempat kerja. Chen mengaku kalau dia biasanya memang tidak suka mengobrol, tapi dia suka mendengar orang ngobrol. Terutama jika dia mendengar pembahasan akademis berbagai bidang.

Hidupnya selama ini monoton dan membosankan, hanya berkisar tentang pekerjaannya di laboratorium saja. Makanya dia takut membuat Shi Yi bosan jika membahas pekerjaannya. Tapi dia juga tidak tahu harus ngobrol apa di luar topik pekerjaannya.

Kalau begitu, Shi Yi mengajaknya ngobrol tentang makanan saja. Masakan Bibi tadi agak asin, dia jadi haus terus. Chen setuju, makanan tadi memang agak asin. Tapi ujung-ujungnya dia malah ngasih Shi Yi ilmu ilmiah tentang makanan asin dan proses detil tentang bagaimana makanan asin bisa memengaruhi kesehatan tubuh. Pfft!

Shi Yi geli mendengarnya. Ngobrol hal-hal remeh dengan Chen ternyata bisa jadi obrolan serius yah. Sungguh tidak gampang untuk ngobrol santai sama Chen. Canggung, Chen berusaha menghindar dengan alasan mau menutup jendela. Tapi Shi Yi dengan cepat menghentikannya. Lagipula dia suka mendengar suara rintik hujan.

"Aku takut kau kedinginan."

"Bukankah ada selimut... dan kau."

Dia mengucapkannya dengan santai, tapi tak pelak ucapannya membuat Chen tersentuh. Itu artinya, dia adalah kehangatan bagi Shi Yi. Chen pun tanpa ragu memberikan semua selimutnya untuk Shi Yi, mengklaim kalau dia sendiri tidak kedinginan.

 

"Shi Yi, terima kasih. Seharusnya aku yang memikirkan cara untuk menyenangkanmu. Tapi seharian ini malah kau terus yang berusaha membujukku."

"Kadang aku merasa kau sangat jujur."

Biarpun Chen mengklaim kalau dia tidak kedinginan, tapi tetap saja dia tidak bisa membiarkan Chen tidur tanpa selimut dan langsung membagi selimutnya untuk Chen, lalu menyuruh Chen untuk berbalik menghadapnya. Dia ingin mereka tidur seperti ini, saling berhadapan.

 

Terbangun keesokan paginya, Chen terpana menatap wajah cantik di hadapannya yang masih nyenyak tidur. Seketika itu pula dia membuat sebuah keputusan lalu menyelipkan uang koin 1 Yuan ke tangan Shi Yi, lalu keluar untuk membisiki Nenek tentang niatannya untuk menikahi Shi Yi tanpa perlu bertunangan lagi. Dan jelas saja Nenek langsung setuju. (Oh, mungkin uang koin 1 Yuan itu adalah simbol bahwa Shi Yi adalah satu-satunya baginya selama-lamanya, One and Only - Forever and Ever)

Shi Yi terbangun tak lama kemudian dan jelas bingung mendapati uang koin 1 Yuan yang mendadak muncul di tangannya itu. Saat dia memberitahu Chen tentang koin itu, Chen pura-pura tak tahu dan berkomentar kalau Shi Yi beruntung menemukan uang itu.

Dia lalu tanya tentang keberadaan kartu keluarganya, dan setelah memastikan kalau kartu keluarganya Shi Yi berada di apartemennya dan bukan di rumah orang tuanya, Chen langsung menyeret Shi Yi ke hadapan Nenek lalu melamarnya untuk membuat akta nikah dulu, resepsi belakangan.

Chen ingin mereka buat akta nikah hari ini juga, Paman Lin bahkan sudah dia panggil untuk membantu mereka. Dia menjelaskan kalau dia buru-buru karena sebentar lagi dia harus pergi dinas kembali ke Jerman. Dia takut terjadi sesuatu yang tak terduga jika dia pergi meninggalkan Shi Yi tanpa kejelasan status yang resmi.

 

Tapi tentu saja semua ini terlalu mendadak bagi Shi Yi hingga dia jadi bingung dan galau. Dia harus memikirkannya dulu dan langsung mengurung diri di kamar, membuat yang lain menunggunya dengan gelisah. Dia sendiri gelisah dan bingung sehingga dia butuh waktu cukup lama untuk memikirkannya.

Chen masih berusaha tetap tenang walaupun dia sangat gugup, malah Paman Lin yang tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Ini sudah hampir siang soalnya, waktunya mendesak. 

 

Untungnya tak lama kemudian, Shi Yi akhirnya keluar juga. Dia tidak menjawab iya atau tidak, tapi dia langsung memberikan kunci rumahnya ke Paman Lin dan memberitahu Paman Lin di mana dia menyimpan kartu keluarganya. Chen sontak tersenyum begitu lebar saking bahagianya.

Hanya beberapa orang yang diberitahu tentang ini. Lin Fei datang tak lama kemudian untuk mengantarkan gaunnya Shi Yi dan mengantarkan mereka ke kantor dukcapil. Dan setelah cukup lama menunggu, akhirnya mereka melihat Paman Lin kembali dengan membawa kartu keluarganya Shi Yi. Chen pun langsung menggandeng tangan Shi Yi, menuntunnya masuk untuk mendaftarkan pernikahan mereka dengan penuh kebahagiaan.

 

Berkat pernikahan mereka inilah, Nenek akhirnya bersedia datang ke kediaman keluarga Zhou dan menjadi saksi saat Chen menyerahkan dokumen pembagian asetnya pada Shi Yi. Shi Yi sempat bingung dan ragu awalnya, tapi dukungan Nenek membuatnya mantap untuk menandatangani dokumen itu.

Chen sebenarnya masih tak enak sama Shi Yi karena masalah perseteruan keluarganya. Tapi dia meyakinkan kalau dia tidak akan melakukan hal buruk pada Shi Yi.

"Aku tahu."

"Kau tahu?"

"Maksudku, aku percaya padamu."

"Meski aku tidak dapat memberitahumu seluruh kebenaran dari masalah ini, kau juga percaya padaku?"

"Mm-hmm. Karena aku memilih untuk hidup bersamamu, maka aku akan percaya padamu tanpa syarat."

Chen tersentuh mendengarnya. "Terima kasih sudah percaya padaku."

Chen memberitahu bahwa hari ini adalah tanggal 11 Mei. Jadi ke depannya, mereka akan merayakan anniversary pernikahan mereka tiap tanggal 11 Mei. Dia memang sengaja memilih tanggal yang pengucapannya mirip nama Shi Yi biar gampang diingat. (Pengucapan nama Shi Yi mirip dengan kata 'shiyi' yang artinya sebelas. Di kehidupan masa lampau juga dia dipanggil 'Shiyi' (Sebelas) karena dia muridnya Pangeran Nanchen yang ke-11)

Oh, Shi Yi akhirnya mengerti, pantas saja Chen memaksa untuk menikah hari ini juga. Hmm, tidak juga sih. Kebetulan saja ini terjadi pada tanggal 11 Mei sehingga dia punya alasan yang romantis ini. Jika terjadi di tanggal lain, maka Chen tidak akan punya alasan tentang tindakan terburu-burunya ini.

Tapi biarpun sekarang mereka menikah, Chen masih malu-malu dan langsung kabur dengan alasan mau tidur, padahal dia malah mesam-mesem di luar kamar. Pfft!

Tapi dia meninggalkan sebuah kotak kecil di sofa yang berisi dua buah cincin dan selembar pesan, memberitahu bahwa cincin yang zamrud adalah cincin pertunangan, tradisi keluarganya. Sedangkan cincin berlian kuning adalah cincin kawin.

"Semoga kau suka. Selamat menikah." Ucap Chen dalam pesannya.

Pfft! Nih cowok. Mau ngasih cincin kawin aja masih malu-malu padahal udah nikah. Shi Yi pun langsung memakai cincin berlian kuningnya lalu keluar dan mendapati Chen ternyata masih berdiri di luar kamar. Katanya mau tidur?

 

"Hehe, iya. Memang agak ngantuk." Canggung Chen.

"Lalu kenapa masih di sini?" Goda Shi Yi sambil menunjukkan cincinnya.

Chen tiba-tiba mendekat ingin mencium istrinya, tapi Lian Sui malah mendadak muncul. Hadeh! Orang-orang ini hobi banget mengganggu mereka. Sontak saja mereka saling menjauh dan Lian Sui mendadak jadi panik menyadari dirinya sudah menganggu si pengantin baru.

Dia langsung meletakkan minumannya begitu saja lalu bergegas kabur. Chen jadi canggung lagi sekarang, akhirnya dia hanya mengecup lembut kening Shi Yi lalu pamit masuk kamarnya sendiri.

 

Keesokan harinya, Chen masih cemas bagaimana harus mengabarkan pernikahannya ini pada keluarganya. Wen Xing punya ide bagus untuk membantunya. Yaitu dengan cara membawa Nenek ke ruang makan karena kalau ada Nenek, Nyonya Zhou sudah pasti takkan berani bicara.

Nenek dengan riang memberitahu semua orang bahwa Chen sudah membuat akta nikah dengan Shi Yi dan jelas saja itu mengagetkan semua orang. Tak ada seorang pun yang bicara saking tak senangnya dengan berita ini. Nyonya Zhou juga diam saja, tidak berani memprotes Chen di hadapan Nenek, hanya Ren satu-satunya yang berani bersuara dan mengucap selamat untuk Chen.


Nenek lalu menyuruh mereka untuk pergi ke kuil di atas gunung, berdoa untuk keberuntungan keluarga. Nyonya Zhou langsung memanfaatkan saat itu untuk menuntut Shi Yi semobil dengannya. Dia pura-pura baik. Tapi saat Ren memuji Shi Yi cantik, Nyonya Zhou langsung menyindir Shi Yi dengan mengingatkan Ren untuk tidak menilai seseorang dari penampilannya, apalagi sampai terlena oleh wanita cantik.

Tapi Ren dengan cerdasnya mengingatkan Nyonya Zhou bahwa Nyonya Zhou juga yang mengajarinya untuk tidak pelit memuji orang lain. Dan faktanya, Shi Yi memang cantik kok. Pfft! Nyonya Zhou kesal.

Begitu mereka tiba di lokasi, Nyonya Zhou dengan dinginnya menegaskan pada Shi Yi bahwa dia tidak akan pernah menyetujui pernikahan Shi Yi dan Chen, dan menuntut Shi Yi untuk memikirkan ulang hubungan mereka.

Tapi tentu saja Shi Yi masa bodo, bahkan saat Chen dengan khawatir menanyakan apa yang dikatakan Nyonya Zhou padanya, Shi Yi menolak mengatakannya dan meyakinkan Chen bahwa ucapan Nyonya Zhou lebih baik diabaikan saja.

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

0 Comments