Qing Xia mendatangi rumah Mi Ka, tapi masih was-was sama penguntitnya. Sebenarnya dia berharap si penguntit itu mengikutinya kemari, biar dia bisa meminta Ke Lei untuk membantu menangkap dan menghajar orang itu.
Mi Ka heran, kenapa Qing Xia tidak melaporkannya saja ke polisi. Masalahnya, Qing Xia tidak bisa melakukan itu karena orang itu tidak menghadapiya secara langsung.
"Kalau begitu, kau pindah tinggal di tempat kami saja." Usul Mi Ka.
Qing Xia menolak. Keadaan Mi Ka dan Ke Lei sendiri sedang kacau balau sekarang. Mata mereka sampai jadi kayak panda gara-gara seorang wanita lemah dan sakit-sakitan. Jadi mana mungkin mereka ada waktu untuk mengurusinya.
Mi Ka akui Qing Xia benar, si Kakak Shen itu tidak sesederhana penampilannya. Qing Xia gemas banget, ingin sekali dia bertemu si kakak Shen siapalah itu namanya, akan dia buat tuh orang memperlihatkan wajah aslinya.
Aduh, jangan deh. Mi Ka tidak setuju, lebih baik Qing Xia jangan menambah masalah untuknya. Baiklah, tapi jangan khawatir, Qing Xia yakin wanita itu tidak akan bisa menyembunyikan wajah aslinya terlalu lama.
Ke Lei kan sekarang tinggal di markas SWAT-nya, kedua wanita itu sendirian sekarang, jadi mereka tidak akan bertahan lama. Contohnya, biarpun si Kakak Shen itu pura-pura menolak makan dan lain sebagainya, tapi nyatanya, makanan dan obatnya tetap dia makan.
Dia juga tidak pernah melewatkan segala macam pemeriksaannya. Bukankah semua itu jelas menunjukkan kalau tuh cewek sebenarnya tidak ingin mati. Jelas dia ingin bangkit untuk merebut cowoknya Mi Ka. Keinginan hidupnya sangat kuat. Kakak beradik itu jelas-jelas bekerja sama memanfaatkan keadaan.
Mi Ka setuju. Tapi tetap saja dia berkewajiban menjaga si Kakak Shen itu dengan baik karena itu kewajibannya sebagai dokter.
"Apa kau orang suci?" Heran Qing Xia.
Bukan, Mi Ka tidak semulia itu. Dia juga tidak ingin terlalu lelah. Tapi sekarang ini saat-saat yang penting bagi Ke Lei yang hendak berkompetisi. Makanya dia harus menggantikan Ke Lei menjaga wanita itu selama Ke Lei tidak ada.
"Dua orang bersama, bukankah memang harus seperti ini."
"Kau sekarang beda. Sekarang kau... seluruh tubuhmu memancarkan cahaya suci."
"Sungguh?"
"Kau pancarkan padaku dulu agar aku lebih cepat tumbuh dewasa."
Tapi baru juga dipuji, Mi Ka mendadak menuntut Qing Xia untuk membantunya memasak sup buat Ke Lei, sebentar lagi Ke Lei pulang.
Ke Lei kelelahan sepanjang perjalanan pulang, tapi Wen Bo terlalu antusias membahas tim lawan mereka dan terus nyerocos. Tapi Ke Lei benar-benar terlalu lelah untuk menanggapinya dan lanjut tidur.
Sup buatan Qing Xia sudah matang saat Ke Lei akhirnya tiba. Mi Ka langsung melayaninya bak seorang istri dan menyajikan semangkok untuknya, dan rasanya ternyata enak juga.
Yah sudah. Berhubung tugasnya sekarang sudah selesai, Qing Xia pun memutuskan pamit. Mi Ka masih cemas dan mengingatkannya untuk hati-hati, dan telepon dia kalau sudah sampai rumah. Ke Lei heran mendengar percakapan mereka, memangnya ada apa dengan Qing Xia?
"Akhir-akhir ini ada orang gila yang selalu mengganggunya dan mengirimkan berbagai macam hadiah dan makanan padanya. Orang itu juga tahu alamat rumahnya."
"Suruh saja dia pindah ke sini dan tinggal bersamamu."
"Aku sudah bilang padanya, dia tidak mau."
Mengalihkan topik, mereka langsung bercanda mesra. Ke Lei pura-pura mau menyuapi Mi Ka, padahal dia makan sendiri. Pfft! Dasar! Sudah Mi Ka duga. Mi Ka jadi menolak makan, tapi terus menatap wajah tampannya Ke Lei, eh bukan ding, menatap supnya Ke Lei.
Keesokan harinya saat Mi Ka baru bangun tidur, dia mendapati Ke Lei sudah pergi duluan. Tapi Ke Lei sudah menyiapkan sebungkus sarapan dan kopi untuknya, disertai dengan sebuah pesan manis dan gambar tangannya Ke Lei di gelas kopinya, biar Mi Ka bisa merasakan kehangatan tangan Ke Lei di sana.
Tim Satuan Penyerbu Harimau sudah berkumpul di lapangan dan dengan antusias menyambut kembalinya kapten mereka. Ke Lei pun langsung melatih fokus, keseimbangan dan ketahanan mereka di bawah teriknya sinar matahari.
Setelah beberapa lama, akhirnya hanya Ke Lei dan Wen Jing yang mampu bertahan. Dan Ke Lei pun berhasil menembak tepat sasaran beberapa kali.
Sementara itu di rumah sakit, si Kakak Shen masih rutin bikin ulah. Pura-pura tak mau makan dan lemah tak berdaya setiap kali Mi Ka datang memeriksanya, padahal begitu sendirian, dia langsung makan dengan lahap.
Dia juga menolak melakukan latihan, bersikeras menunggu Ke Lei datang, maunya dipapah Ke Lei doang. Tapi Mi Ka memberitahu kalau Ke Lei sedang menjalani pelatihan tertutup sekarang. Hah? Kakak Shen kaget mendengarnya sampai dia hampir saja lupa sama aktingnya.
"Dia tidak memberitahumu? Beberapa hari ini aku bertukar piket, semuanya piket tengah malam. Siang dan malam hari aku ada di luar. Tidak usah buru-buru, makanlah sedikit. Tunggu aku ada waktu luang, aku akan memapahmu keluar jalan-jalan."
Kakak Shen mengiyakannya saja lalu mengusir Mi Ka secara tak langsung dengan alasan mau istirahat. Tapi kapan Ke Lei akan kembali?
"Pelatihan ditambah kompetisinya, setikdanya sekitar sepuluh hari."
Dan sejak itu, si Kakak Shen mendadak berubah total jadi pasien yang baik dan tak pernah bikin ulah. Saat Mi Ka datang memberinya makanan pun, dia tidak pernah mengeluh lagi.
Para perawat langsung menggosipkan perubahannya itu, yakin sekali kalau dia sekarang mendadak jadi baik karena Ke Lei sedang tidak ada, jadi tidak ada orang yang melihat aktingnya. Baguslah, Dokter Mi jadi tidak perlu menderita lebih lama.
Si Adik Shen akhirnya balik juga, pura-pura menyesal sudah meninggalkan kakaknya sambil menuduh tidak ada orang yang mengurus kakaknya saat dia sedang tidak ada.
Hadeh! Padahal selama Ke Lei tak ada, Mi Ka sudah berbaik hati mengurusnya sebaik yang dia bisa. Bahkan sekarang pun dia datang membawakan kursi roda, berniat mau mengajak Kakak Shen jalan-jalan ke luar.
Si Adik Shen sinis menolak kebaikan Mi Ka, biar dia saja yang membawa kakaknya jalan-jalan. Lagipula kakaknya masih ngambek sama dia, jadi dia harus baik pada kakaknya biar kakaknya itu merasa masih ada orang yang peduli sama dia. Terserahlah, Mi Ka santai saja pergi meninggalkan mereka.
Saat mereka istirahat makan siang, Ke Lei memberitahu Wen Bo bahwa belakangan ini Qing Xia diganggu orang. Wen Bo kaget dan cemas mendengarnya, dia benar-benar tidak tahu.
Kalau begitu, nanti setelah pelatihan selesai, Wen Bo akan pergi sendiri untuk melihatnya. Kalau orang itu tahu alamatnya, maka orang itu pasti akan mendatangi rumah Qing Xia.
Satu hal lagi yang Wen Bo cemaskan, tangan Ke Lei tampaknya masih agak gemetar dalam pelatihan tadi. Ke Lei mengakuinya, memang tidak bisa terlalu lama. Dia harus lebih mengontrol ritme pelatihan mereka dan membuat rencana untuk kompetisi nanti.
"Kau juga harus menjaga dirimu sendiri dengan baik. Jangan hanya karena kompetisi, memengaruhi pemulihanmu selama berhari-hari."
"Aku tahu."
Dalam perjalanan pulang malam harinya, Qing Xia tiba-tiba dihadang si penguntit yang hari ini memutuskan untuk menampakkan dirinya. Jelas saja Qing Xia jadi ketakutan dan langsung menghajarnya pakai jurus yang diajarkan Wen Bo padanya.
Tapi si penguntit malah jadi tambah antusias mendekati Qing Xia. Parahnya lagi, sepatunya Qing Xia tiba-tiba terjepit tutup got. Qing Xia jadi tambah panik menggunakan tasnya untuk menghajar pria itu, tapi pada akhirnya malah membuat dirinya sendiri terjatuh.
Pria itu jadi semakin semangat mendekatinya... tepat saat Wen Bo mendadak muncul dan langsung membekuknya. Fiuh! Syukurlah. Tapi Qing Xia yang masih emosi, sontak mengambil sepatu high heels-nya lalu menggunakannya untuk menghajar pria itu dengan membabi buta sampai Wen Bo tercengang dibuatnya.
Usai menyerahkan masalah ini ke kantor polisi, Qing Xia bertanya-tanya kenapa Wen Bo bisa ada di sini. Wen Bo mengaku diberitahu sama Ke Lei. Dia menduga orang itu akan muncul di rumah Qing Xia karena tahu alamatnya.
"Dia bahkan mengirimkan Konatsu Negora kesukaanku. Aku bersumpah aku tidak akan suka benda itu lagi. Menjijikkan sekali!"
Wen Bo mendadak canggung mendengarnya... hingga akhirnya dia mengaku kalau yang itu sebenarnya dia yang mengirimnya. Tapi yah tidak apa-apa kok, mungkin benda itu memang tidak berjodoh sama Qing Xia. Tapi tidak masalah, dia bisa membelikannya lagi kok.
Qing Xia kaget, jadi Wen Bo yang mengirimnya? Tapi bagaimana Wen Bo bisa tahu kalau dia menyukai benda itu? Dan di mana dia membelinya, bukankah itu susah dicari? Kalau begitu... apakah Wen Bo menyukainya?
Wen Bo sontak tergagap gugup mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Tapi akhirnya dia jujur mengaku. "Iya! Aku menyukaimu."
"Kenapa kau tidak bilang sejak awal?"
"Aku yang salah."
"Apa kau akan berubah?"
"Akan kuubah. Sekarang juga aku ubah. Aku merasa aku tidak layak untukmu. Aku selalu merasa kau lebih cocok dengan Lu Feng. Aku juga selalu tak punya keberanian untuk memberitahumu. Tapi hari ini aku akan memberitahumu dengan lantang... RUAN QING XIA! AKU MENYUKAIMU! Aku sudah sangat lama menyukaimu! Apa kau mau jadi pacarku?!"
Akhirnya! Qing Xia begitu terharu mendengarnya. "Kau sudah jadi milikku."
Qing Xia bahkan langsung mengumumkan pada para polisi yang lewat bahwa Wen Bo adalah pacarnya. Kebahagiaannya makin lengkap saat Wen Bo tiba-tiba mengecup pipinya.
Qing Xia sontak memeluknya erat. Wen Bo masih ragu-ragu awalnya, tapi akhirnya dia mantap membalas pelukan Qing Xia. Eh tapi... Wen Bo sebentar lagi harus kembali ke timnya, ada latihan tambahan malam ini.
Bersambung ke episode 34
1 Comments
siip mba imma...semangatt dan lenjuut. ..terus..
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam