Sinopsis Mysterious Love Episode 6

Wanita misterius itu bernama Wasa. Dia juga termasuk geng mafia 5 tahun yang lalu. Waktu Nian Chu mencoba kabur, dia sebenarnya berniat mau menembak Nian Chu, tapi usahanya gagal gara-gara Lee yang pasang badan menghalangi targetnya.

Bahkan saat dia mau menghajar Nian Chu di hadapan bos mereka, Lee juga yang mencegahnya dan melindungi Nian Chu. Tapi dia beralasan kalau dia tidak melindungi Nian Chu, dia hanya cemas kalau Wasa capek, Wasa kan baru kembali. Dan lagi...

"Aku bisa menghukum wanitaku sendiri." Tegas Lee.

Wasa sinis mendengarnya. "Aku menginginkan wanita ini... buat jadi mainanku. Bagaimana, Paman? Paman setuju, kan?" Tanya Wasa pada si bos mafia.

Untungnya si bos mafia tidak mendukungnya dan menyudahi masalah ini sampai di sini. Wasa kesal, tapi tak ada yang bisa dilakukannya.

Flashback end.

Sementara anak buahnya meretas koin chip itu, Li Teng diam melamun sambil memainkan pemantik apinya dengan galau, memikirkan kejadian semalam, saat dia berciuman mesra dengan Nian Chu.

Jiang Hao cemas melihatnya, apa Li Teng sudah putus sama Nian Chu? Lalu bagaimana reaksi Nian Chu? Apa mereka bertengkar?

Tapi Li Teng malah diam saja. Jiang Hao jadi prihatin dan langsung berinisiatif untuk menggantikan Li Teng untuk pergi ke Tai Cheng, biar Li Teng bisa fokus memenangkan kembali hati Nian Chu. Jelaskan segalanya dengan baik-baik, Nian Chu pasti akan mengerti.

Jiang Hao titipkan Xing Xing pada mereka. Li Teng tidak usah khawatir, dia pasti bisa menyelidiki Da En dan mengungkapkan transaksi ilegal mereka.

Tapi Li Teng tidak setuju. Jiang Hao tidak akan bisa masuk ke sana. Wilayah kekuasaan Da En dijaga dengan sangat ketat. Hanya 'orang yang sudah mati' (Li Teng sendiri) yang bisa masuk ke sana, orang mati yang punya identitas baru.

"Lalu bagaimana dengan Nona Ruan? Sudah lima tahun kau menunggunya. Kalau kalian putus seperti ini, bukankah itu..."

"Kami belum putus."

"Hah? Belum putus? Sungguh?" Jiang Hao lega mendengarnya. "Kalau begitu, aku bisa tenang. Lalu, apa kau dan Nona Ruan akan terus bersama?"

"Entahlah."

Tiba-tiba si peretas koin itu menggebrak meja dengan kesal karena ternyata isi itu palsu. Malah yang ada dalam chip itu hanya sebuah nomor telepon dengan disertai sebaris pesan berbunyi: Kak Lee, aku menunggumu untuk menghubungiku.

Li Teng langsung tahu siapa lalu menghubungi Wasa saat itu juga dan to the point menanyakan apa yang Wasa inginkan.

"Aku? Tentu saja aku menginginkanmu."

"Katakan di mana kau sekarang? Aku akan menemuimu."

"Rupanya kau terburu-buru ingin menemuiku, yah? Kalau saja aku tahu, aku pasti akan muncul lebih cepat. Akan kukiriman waktu dan alamatnya, aku tidak akan pergi sampai kau datang."

Di tempat lain, Nian Chu sedang melamun bahagia memikirkan kejadian semalam. Bahkan sakng bahagianya, dia sampai tidak mengeluhkan keluhan Yu Fei yang sampai sekarang masih belum menemukan pangeran parkirnya.

Heran melihat keanehan sahabatnya itu, Yu Fei langsung bisa menduga apa yang terjadi. Nian Chu sudah gol, yah?

"Ngomong apa sih?! Kami... kami tidak melakukan banyak hal kok. Dia cuma mengajariku beberapa teknik bela diri."

Yu Fei jadi tambah iri. Kapan pangeran parkirnya akan mengajarinya bela diri juga?

Usai spa, Nian Chu tiba-tiba ditelepon seseorang yang mengaku sebagai seorang reporter, padahal sebenarnya dia anak buahnya Wasa. Pria itu mengklaim bahwa dia ingin mewawancarai Nian Chu tentang pertunjukan teaternya kemarin.

Awalnya Nian Chu senang, tapi kemudian pria itu mengirim alamat ketemuannya yang ternyata di sebuah hotel. Hmm, mencurigakan. Yu Fei langsung berinisiatif ikut dengannya. Dia akan bawa dua semprotan merica buat jaga-jaga.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah menunggu di lobi, tapi si reporter itu belum datang-datang juga. Tapi saat Nian Chu mengecek HP-nya, tiba-tiba dia berubah cemas. Soalnya dia baru sadar kalau Li Teng seharian ini belum mengiriminya pesan.

Yu Fei santai saja sih, memangnya apa masalahnya kalau cowok tidak mengirim pesan selama beberapa jam? Dalam pacaran, cowok memang tidak selalu berinisiatif duluan. Jadi kalau Nian Chu kangen dia, Nian Chu duluan saja yang nge-chat dia.

Nian Chu akhirnya nge-chat, menanyakan Li Teng sedang apa. Tapi Li Teng hanya menjawab singkat bahwa dia sedang sibuk. Nian Chu agak kecewa dengan jawabannya, tapi dia berusaha tetap berpikir positif.

Tapi belum juga semenit, tiba-tiba mereka malah melihat Li Teng masuk. Wah! Yu Fei langsung curiga kalau Li Teng selingkuh. Nian Chu berusaha berpikir positif bahwa dia mungkin cuma mau bertemu klien di sini.

Tapi Yu Fei tak percaya sedikit pun. Mana ada ketemu klien di kamar hotel. Mau taruhan? Oke, Nian Chu setuju. Mereka pun langsung bergegas membuntuti Li Teng... hingga mereka melihatnya masuk ke kamar yang disebutkan si reporter yang menghubungi Nian Chu tadi.

Kamar itu tidak terkunci dan Wasa sudah menunggu kedatangan Li Teng di dalam kamar yang sudah dihias bak kamar honeymoon itu. Wasa langsung  menempelinya dan merayunya, tapi Li Teng langsung menampik tangannya dan to the point meminta koin itu.

Tapi tentu saja tidak semudah itu, Wasa langsung berusaha merayunya lagi, tapi Li Teng sontak mencengkeram tangannya dengan kasar, menyudutkannya ke ranjang dan memaksanya untuk mengaku tentang bagaimana dia bisa tahu kalau koin itu ada di teater.

Jelas Wasa tahu karena 5 tahun yang lalu, dia sendiri yang menaruh koin itu di dalam pot bunganya Nian Chu lalu menuduh Nian Chu mencurinya.

Li Teng tak percaya. "Kenapa juga aku harus mempercayaimu?"

"Terserah kau mau berpikir apa, koin itu ada padaku sekarang. Aku bisa menciptakan koin yang sama persis, jadi seharusnya kau mengerti berapa banyak yang kuketahui. Kurasa... Da En lebih tertarik dengan barang yang ada padaku itu."

"Jadi kau mencuri koin untuk menjebak Ruan Nian Chu, begitu?"

Menyadari sebentar lagi Nian Chu akan datang, Wasa langsung memeluk Li Teng erat-erat sambil mengklaim bahwa dia sebenarnya sama sekali tidak tertarik dengan koin ataupun transaksi ilegal itu. Satu-satunya yang dia pedulikan hanya Li Teng.

"Bukankah kau mendekati Ruan Nian Chu cuma gara-gara koin itu? Iya kan?"

Dan tepat saat itu juga, Li Teng baru menyadari kehadiran Nian Chu. Jelas mereka sudah mendengarkan segalanya. Nian Chu diam saja, tapi Yu Fei langsung maju menghajar Li Teng sampai Nian Chu untuk bertindak menghentikannya.

Tapi alih-alih marah, Nian Chu tetap tenang saat dia mengonfrontasi Wasa, menyadari Wasa-lah yang mengatur semua ini. Dengan tetap menampilkan senyum ramahnya, Nian Chu berterima kasih atas segala usaha Wasa ini, dia merasa terhormat. Tapi sebaiknya dia berhenti membuang-buang waktu untuk melakukan hal-hal semacam ini. Karena...

"Kami tidak akan tertipu." Pungkas Nian Chu sambil menatap Li Teng dengan penuh kepercayaan lalu mengajaknya pergi. Tapi Wasa tak mau menyerah semudah itu, bertekad mau memisahkan mereka dengan segala cara.

Tapi Yu Fei masih emosi dan belum percaya sepenuhnya pada Li Teng. Jadi memperingatkan Li Teng untuk tidak mengkhianati Nian Chu atau dia sendiri yang akan buat perhitungan dengan Li Teng.

"Yu Fei, semua ini cuma jebakan." Ujar Nian Chu.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Sebenarnya saat Nian Chu menerima telepon tadi, dia sudah merasa agak aneh. Apalagi tempat ketemuan yang dimaksud si reporter, sama persis dengan kamar yang didatangi Li Teng, di waktu yang bersamaan pula. Makanya Nian Chu curiga kalau ini cuma jebakan. Dan dugaannya terbukti saat dia membuka pintu dan melihat Wasa.

Li Teng benar-benar tersentuh mendengarnya. "Nian Chu, terima kasih sudah mempercayaiku."

Yu Fei mendadak canggung jadi obat nyamuk di antara mereka. Jadi dia buru-buru pamit dan pergi secepat mungkin.

Tapi biarpun kejadian tadi memang cuma jebakannya Wasa, tapi Nian Chu tetap penasaran dengan koin yang disebut-sebut Wasa tadi. Koin apa itu? Apa yang Li Teng sembunyikan darinya? Tapi Li Teng malah diam saja.

Tak mendapatkan jawaban dari Li Teng, Nian Chu pun langsung mendatangi bosnya dan menanyakan barang apa yang si bos berikan pada Li Teng waktu itu.

Si bos awalnya menolak menjawab, tapi saat Nian Chu mengancamnya, si bos akhirnya luluh juga dan langsung nyerocos panjang lebar menjelaskan segalanya tentang koin itu.

Nian Chu lalu memberitahukan masalah ini pada Yu Fei. Nian Chu ingin tahu lebih banyak tentang koin itu, jadi dia memtuskan untuk tanya sama Jiang Hao saja nanti.

"Siapa Jiang Hao?" Tanya Yu Fei.

"Temannya Li Teng."

Yu Fei sontak antusias mau ketemu temannya Li Teng itu. Dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk membuat orang itu buka mulut. Ajak dia minum-minum, begitu dia sudah mabuk, dia pasti akan membocorkan segalanya.

Mereka pun janjian ketemu di bar. Tapi alangkah terkejutnya Yu Fei saat melihat yang datang itu ternyata pangeran parkirnya yang selama ini dia cari-cari. Jiang Hao juga kaget bertemu dengannya di sini.

Sesuai rencana membuat Jiang Hao mabuk, Yu Fei langsung memesan banyaaaak sekali miras. Tapi ujung-ujungnya Yu Fei juga mabuk berat dan yang Yu Fei tanyakan pada Jiang Hao cuma masalah biodatanya Jiang Hao dan alasan Jiang Hao tidak datang waktu pesta ultahnya malam itu. Masalah koin itu benar-benar terlupakan dan tidak terbahas sedikitpun. Nian Chu stres.

Bahkan saat Nian Chu mengajak Yu Fei pulang tak lama kemudian, Yu Fei sengaja menyuruhnya untuk pergi duluan biar dia bisa sama Jiang Hao. Nian Chu pun pergi meninggalkan mereka yang jelas saja membuat Jiang Hao kebingungan. Dia kan tidak tahu rumahnya Yu Fei. Parahnya lagi, tiba-tiba saja Yu Fei muntah ke bajunya Jiang Hao.

Li Teng termenung galau sembari memainkan pemantik apinya. Tak lama kemudian, Jiang Hao mengirim pesan, mengabarkan bahwa Nian Chu tidak tanya apa-apa tadi. Li Teng akhirnya bisa tenang.

Keesokan harinya, Yu Fei mimpi indah bermesraan dengan Jiang Hao. Begitu indahnya mimpi itu sampai dia monyong-monyong dalam tidurnya... sampai akhirnya dia membuka mata dan langsung cekikikan bahagia menyadari dirinya berada di kamarnya Jiang Hao.

Tapi kemudian dia menyadari dia masih pakai baju lengkap, berarti semalam tidak terjadi apa-apa, Yu Fei kecewa. Dia akhirnya bangun... dan langsung shock melihat Xing Xing ada di depan matanya. Refleks keduanya menjerit heboh sejadi-jadinya.

Saat Jiang Hao kembali dari membeli sarapan, dia mendapati kedua gadis itu sedang kontes melotot. Bak seorang pacar cemburuan, Yu Fei langsung menuntut kenapa anak kecil ini ada di sini.

"Papa, kenapa tante ini ada di sini?" Tutntut Xing Xing.

"Siapa yang kau sebut tante?... PAPA?!" Yu Fei shock.

Jiang Hao bingung melihat mereka. "Kalian saling mengenal satu sama lain?"

"Dia tante jahat yang kuceritakan itu!"

"Kenapa kau bicara tidak sopan sekali, anak kecil?!"

Berusaha melerai mereka, Jiang Hao mengundang mereka ke meja makan untuk sarapan. Yu Fei stres, dia sudah sadar dari mabuknya. Tapi sekarang, rasanya dia ingin sekali minum-minum sampai mabuk lagi.

Xing Xing sinis menyindirnya, mengatainya tante tua yang nggak sadar diri. "Kau pikir dengan menggunakan alasan klise minum-minum, kau bisa mendapatkan papaku?"

Jiang Hao langsung menegur sikap Xing Xing dan memberitahunya bahwa Yu Fei mau memberikan tiaranya untuk Xing Xing. Tapi Xing Xing dengan penuh harga diri menolak, dia tidak mau memiliki barang yang sama dengan punyanya orang lain. Dia tidak menginginkan tiara itu sekarang.

"Benarkah? Aku menyukai papamu. Kalau kau tidak menyukainya, maka berikan dia padaku." Sinis Yu Fei, dan terang saja ucapannya itu langsung membuat Xing Xing menangis sekeras-kerasnya.

Tak lama kemudian, Jiang Hao mengantarkan Yu Fei keluar dengan tak nyaman gara-gara Yu Fei yang terus menerus menempelinya dan menggodanya. Dia bahkan terang-terangan menggenggam tangan Jiang Hao seolah mereka sudah resmi jadian sambil berkata bahwa dia akan mengantarkan tiaranya lain hari.

Tapi Jiang Hao dengan cepat menarik batas di antara mereka dengan melepaskan genggaman tangannya dan menolak tiaranya.

"Nona Qiao, kau sangat baik dan cantik. Kau pasti akan menemukan seseorang yang lebih cocok denganmu. Jadi... jangan membuang-buang waktumu padaku." Ucap Jiang Hao.

Hmm, jelas-jelas dia sebenarnya juga suka sama Yu Fei, tapi keadaannya yang membuatnya memutuskan untuk menolak dan menjauhi Yu Fei. Dia cepat-cepat mengembalikan kunci mobilnya Yu Fei lalu pergi, meninggalkan Yu Fei yang masih membeku di tempat.

"Apa aku barusan... dicampakkan?" Yu Fei masih sulit mempercayai dan menerima situasi ini.

Dalam perjalanan mengantarkan Nian Chu, Li Teng membahas pertemuan Nian Chu dengan Jiang Hao semalam. Memangnya apa yang ingin Nian Chu tanyakan pada Jiang Hao.

"Apa kau akan memberitahuku jika aku menanyakannya? Misalnya, apa hubungan koin itu dengan apa yang terjadi sebelumnya? Kenapa kau membutuhkan koin itu?"

Tapi semua pertanyaannya itu kontan membuat Li Teng berhenti mendadak di tengah jalan, menatapnya tajam dan menegaskan agar Nian Chu berhenti menyelidiki masalah itu.

"Ingat baik-baik. Koin itu tidak ada hubungan denganmu!"

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

0 Comments