Pon mengantarkan Oab keluar. Oab penasaran apakah Param pernah mengeluh tentang Dao. Pon berkata pernah, tapi cuma pas dia ke Ubon dan tidak bertemu dengan Dao.
"Loh, dia belum pernah bertemu Dao di Bangkok?" Heran Oab.
"Belum. Jangan khawatir, P'Oab. Aku tidak akan membiarkan Dokter pacaran sama sembarang cewek."
Tapi Oab tidak masalah kok. Adiknya tidak peduli sama Param, jadi dia maklum kalau Param punya cewek lain. Tapi ucapannya itu malah membuat Pon jadi kesal, dia tidak terima karena Oab terkesan menyalahkan pihak cewek saja.
Dia yakin kalau Dao menolak menikah karena pasti punya alasannya sendiri. Dan sebelum mereka mengetahui alasan itu, Param tidak boleh seenaknya pacaran sama cewek lain.
"Alasan bodohnya dia!" Rutuk Oab.
"Alasan bodoh? Pria yang tidak mau memahami wanitalah yang bodoh! Dan kaulah yang bodoh itu!" Kesal Pon dan langsung membanting pintu di depan mukanya.
Rika ternyata membawa Param ke kantornya Nick untuk membahas proyek interior design kondo-nya. Param sebenarnya tidak mau ikut campur karena itu kan rumahnya Rika sendiri, dia sendiri juga yang akan menempatinya.
Tapi Rika bersikeras meminta Param ikut ngasih pendapat. Lagian kan Param sudah datang, jadi sekalian saja bantu dia bicara dengan designer-nya.
Dao sudah hampir sampai kantornya Nick saat Nick meneleponnya untuk memberitahu bahwa kliennya sudah datang. Yah, siapa lagi kalau bukan Rika.
Dao jelas kaget mengenali nama itu. Kliennya malah orang yang dia benci. Dao kesal tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Parahnya lagi, saat dia mengintip ke ruang rapat, dia malah melihat Param juga di sana. Gawat! Param pasti bisa mengenalinya.
Untung belum ada yang melihatnya, Dao langsung keluar lagi untuk menghubungi Wat dan minta bantuannya untuk membuat Param pergi dari kantor, terserah ke mana saja.
Wat bingung juga harus bagaimana. Tapi tak lama kemudian dia dapat ide bagus. Dia meminta ibunya untuk menelepon Param dan bilang ke Param bahwa penyakitnya kumat.
Wat dengan sengaja jejeritan histeris kayak orang gila kesurupan lalu pura-pura epilepsi. Untungnya Param percaya dan tanpa ragu bergegas pergi meninggalkan Rika saking cemasnya dengan keadaan Wat.
Sudah aman, Dao pun bisa masuk kantor dengan tenang. Dia berusaha bersikap ramah pada Rika. Tapi Rika malah cari perkara dengan mempermasalahkannya keterlambatan Dao.
Dia tidak peduli apapun alasan Dao, mengklaim dirinya sangat amat sibuk karena jadwalnya yang begitu padat sebagai aktris top lalu menghina Dao seolah pekerjaannya Dao itu pekerjaan rendahan.
Jelas saja Dao jadi emosi dan langsung balas menyindirnya sebagai aktris yang mendapat peran utama berkat menjual dirinya. Rika sontak melayangkan tangan mau menamparnya, tapi Dao sigap menangkap tangannya.
Kesal, Rika langsung pergi mengadukan Dao ke Nick dan memutuskan hubungan kerja sama mereka saat itu juga lalu pergi. Dao tak gentar sedikitpun, dia memberitahu Nick hinaan Rika terhadapnya dan berjanji akan mencarikan klien lain untuk menggantikan Rika.
Wat dan ibunya bingung bagaimana harus menghadapi Param kalau dia datang nanti. Parahnya lagi, Wat malah memutuskan kabur dan membiarkan ibunya menghadapi Param sendirian.
Saat Param datang tak lama kemudian, Ibu Wat dengan canggung memberitahu Param bahwa Wat sudah baikan barusan, jadi dia sudah balik ke kantor. Kayaknya tadi Wat cuma kesurupan. Walaupun agak bingung, untungnya Param percaya-percaya saja lalu pamit pulang.
Faidam baru tiba di depan rumah Nick tapi malah mendapati mobilnya Param terparkir di sana. Parahnya lagi, Param baru keluar saat itu. Faidam sontak panik menyembunyikan dirinya di balik mobil, merayap secepat mungkin ke dalam rumah Wat, mengira dirinya aman, padahal Param sempat melihatnya.
Saat Param balik ke rumah, dia malah diberitahu kalau Faidam diare sejak pagi. Param jelas tidak percaya. Dia makin curiga saat Nyonya Morn menanyai Taew tentang keadaan Faidam, tapi Taew malah gemetaran hebat.
Param langsung beranjak pergi ke kamarnya Faidam, tapi kamarnya terkunci. Taew sontak panik berusaha menghalanginya yang jelas saja membuat Param jadi semakin curiga, Taew berusaha menghalanginya masuk karena Faidam bolos kerja kan? Cepat buka pintunya!
Tak ada yang bisa dia lakukan, terpaksa Taew menyerahkan kuncinya. Ada sesuatu yang terbungkus selimut di kasurnya Faidam, tapi Param yakin kalau itu bukan Faidam, dia yakin kalau itu guling. Soalnya tadi dia melihat Faidam masuk ke rumahnya Wat. Param langsung membuka selimut itu... tapi ternyata benar-benar ada Faidam di dalamnya.
"Ibu bilang kalau kau diare sejak pagi?" Tanya Param masih curiga.
Faidam kaget dan langsung menatap Taew yang diam-diam berusaha memberinya kode. Sayangnya perbuatannya itu kepergok mata jeli Param yang jadi semakin curiga.
Pura-pura seolah masih lemah tak berdaya. Faidam mengklaim kalau dia memang diare tadi, tapi sekarang sudah baikan kok.
"Tapi kau kelihatannya masih pucat. Apa mau kubawa ke rumah sakit?"
"APA?!" Faidam sontak bangkit saking kagetnya sampai lupa untuk berakting.
Baru sadar sedetik kemudian, Faidam pura-pura lemah tak berdaya lagi, Faidam menolak tawaran Param sambil bersikeras mengklaim dirinya baik-baik saja.
Geli melihat akting kedua pembantunya itu, Param ngotot mau membawa Faidam ke rumah sakit dan langsung membopong Faidam yang jelas saja membuat Faidam heboh minta diturunin, dia sudah baikan kok, sungguh! Beneran!
Tapi Param terus ngotot mau membawanya ke rumah sakit. Kalau sakit harus menemui dokter. Dia tidak mau Faidam mati di rumahnya, bisa-bisa nanti Faidam jadi hantu dan gentayangan di rumahnya.
"Saya tidak akan mati semudah itu! Alasan dokter tidak mau menurunkan saya... adalah karena dokter ingin membopong saya dan ingin dekat dengan saya, iya kan? Dokter pasti ingin mengigit bibir saya yah, makanya dokter tidak mau menurunkan saya." Goda Faidam sambil nempel-nempelin mukanya ke kemeja putihnya Param kayak cewek kegatelan. "Seharusnya dokter jujur aja sama saya. Saya pasti akan langsung melompat ke dokter dan menggigit bibir dokter lebih panas daripada Khun Eka."
"Benarkah? Baiklah." Param langsung saja membantingnya ke tanah dan menegaskan kalau dia TIDAK SUKA sama Faidam.
Sebenarnya gara-gara Faidam tadi nempel-nempelin mukanya ke bajunya Param, bedak hitam di bagian pipinya jadi memudar. Tapi hebohnya situasi ini membuat semua orang jadi tidak menyadari keanehan muka Faidam itu.
Baru setelah Param dan Nyonya Morn masuk rumah, Taew yang menyadari keanehan mukanya Faidam itu. Faidam jadi panik banget gara-gara itu. Apa Param tadi melihatnya juga? Bisa gawat kalau Param juga melihat ini.
Nyonya Morn masih belum mengerti juga, kenapa Param tidak membawa Faidam ke rumah sakit. Param dengan geli memberitahu ibunya bahwa anak nakal seperti Faidam itu pasti akan baik-baik saja. Sebaiknya Ibu lebih mengawasi Faidam, karena Param yakin kalau dia itu tidak biasa.
Menurut Nyonya Morn, sebaiknya tidak usah terlalu dipikirin lah, Faidam itu tidak biasa karena pikirannya 'tidak lengkap'. Pfft! Eh, Nyonya Morn baru sadar ada bekas hitam di bajunya Param, itu bekas hitam dari mana?
Faidam buru-buru mengaplikasikan kembali bedak hitamnya ke mukanya lalu bergegas menyelinap masuk ke kamarnya Param, soalnya dia yakin bedaknya pasti nempel ke bajunya Param tadi. Dia harus mengambil baju itu dan mencucinya.
Tidak tampak ada orang di kamar itu dan Faidam menemukan kemeja putih itu ditinggalkan begitu saja di meja. Syukurlah. Faidam pun segera membawanya bersama sekeranjang baju-baju kotor lainnya.
Tapi baru juga jalan selangkah, dia malah menabrak Param yang baru keluar dari kamar mandi dalam keadaan belum pakai baju. Faidam sontak menjerit histeris sekeras-kerasnya sambil gemetaran hebat, mengira Param mau ngapa-ngapain dia. Wkwkwk!
Saking paniknya, dia sampai tidak sadar kalau Param sudah pakai baju. Geli melihat ketakutan Faidam, Param malah tambah getol menggodanya dengan meraba bahu Faidam yang jelas saja membuat Faidam jadi tambah gemetar nggak karuan.
"Hei, aku sudah pakai kaos."
Faidam akhirnya berani membuka matanya, tapi malah mendapati muka Param sangaaaaaat dekat dengannya yang jelas saja membuatnya kaget sampai dia jadi oleng. Untungnya Param sigap menangkapnya, membuat keduanya jadi terpana pada satu sama lain.
Baru sadar semenit kemudian, Param langsung melepaskan diri dan pergi meninggalkan Faidam yang masih mematung di sana, sedang berusaha untuk menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
"Cuma karena kaos, aku hampir kehilangan keperawananku." (Pfft!)
Oab pulang saat keluarganya sedang makan malam dan langsung bercanda tawa akrab dengan mereka, benar-benar keluarga lengkap yang bahagia. Nenek buru-buru menyela candaan mereka untuk tanya serius, apa dia sudah pergi menemui Bibi Angkap untuk mencari tahu keberadaan Dao?
Oab mengaku belum, malah dia tidak pergi menemui Bibi Angkap sama sekali. Soalnya... tadi dia tak sengaja menemukan buku jurnalnya Dao di rumahnya Param.
Tapi aneh sekali. Bagaimana bisa buku ini berakhir di rumahnya Param? Apa mungkin Param tak sengaja mengambilnya saat dia datang ke rumah mereka waktu itu?
Bersambung ke episode 4
2 Comments
makasih banyak mba imma...
ReplyDeletelanjut teruss...
makasih banyak mba imma...
ReplyDeletelanjut teruss...
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam