Sinopsis Hua Jai Sila Episode 6 - 1

 Sinopsis Hua Jai Sila Episode 6 - 1


Bibi Mam baru saja membeli dasi untuk dia hadiahkan pada adik iparnya Sida. Tapi saat dia baru mau keluar dari toko, tak sengaja dia bertabrakan dengan Sida dan adiknya. Terang saja kedua kakak-adik itu langsung terang-terangan menghina Bibi Mam.


Bibi Mam tak ingin cari perkara dan mau langsung pergi, tapi adiknya Sida malah sengaja menjegal kakinya hingga membuat belanjaan Bibi Mam terjatuh. Duo kakak-adik itu makin nyinyir melihat dasi yang Bibi Mam beli.

Kali ini Bibi Mam tidak tahan untuk membalas hinaan mereka, dan mengatai mereka wanita-wanita membosankan yang tidak bisa memuaskan pria sehingga muncullah wanita-wanita penghibur seperti dirinya.

Sida tak gentar dan memperingatkan Bibi Mam untuk tidak lagi menunjukkan muka mereka di hadapannya atau dia akan membuat Bibi Mam dan keponakannya menjadi bahan berita kasus kriminal.

Bibi Mam benar-benar tak ingin cari perkara dengan mereka dan memutuskan mengalah dengan mudah. Dia sadar siapa wanita yang bersama Sida dan karena itulah dia tidak mau cari perkara untuk dirinya sendiri dan adik iparnya Sida.


Saat mendapat laporan dari mata-matanya tentang Sila yang menarik uang 5 juta baht, Bibi Mam langsung mengonfrontasi Sila tentang hal itu, dia habiskan untuk apa uang sebanyak itu? Apa ada hubungannya dengan Sida?

Bibi Mam benar-benar cemas, apalagi mengingat pertemuannya dengan Sida tadi dan keseriusan Sida saat mengancamnya. Dia takut kalau Sila sampai berurusan dengan Sida. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Sila, bagaimana bisa dia hidup?

Tapi Sila masih saja bersikeras meyakinkan Bibi Mam bahwa dia tidak akan membiarkan siapapun mengetahui jati dirinya sampai saat dia sukses membuat semua orang itu menderita kerugian besar. Jangan khawatir, dia tidak akan membunuh mereka. Kematian terlalu enak bagi mereka.


Karena gagal ngomong sama Kwan, Min memutuskan mencari Sila di klub-nya, tapi Sila tidak ada dan hanya ada Bibi Mam. Tentu saja Bibi Mam tahu siapa Min dan dugaan Min bahwa Sila adalah teman lamanya yang hilang. Tapi sepertinya Min salah mengenali orang.

Min mengakui kalau dia memang agak ragu mengingat sifat Sila dan Tor yang sangat bertolak belakang. Tapi terlepas dari masalah siapa Sila dan Tor, dia tidak ingin Sila terlibat dengan keluarganya. Karena dia yakin kalau Sila punya niatan yang tidak baik. Karena itulah, dia memohon pada Bibi Mam untuk memperingatkan Sila untuk tidak mempermainkan keluarganya.


Tapi saat dia pulang, dia malah mendapati sudah ada mobil baru di rumah. Pastinya itu mobil hadiah dari Sila untuk Kwan. Ibu sekarang jadi suka sama Sila dibanding Ae. Sila beneran ngasih sesuatu yang nyata untuk Kwan. Sedangkan Ae, ngomongnya mau ngasih kalung mewah buat Kwan, tapi nyatanya? Sampai sekarang, tuh kalung masih belum kelihatan wujudnya.

Min mencoba protes, tapi dia malah dapat cercaan dari duo ibu dan anak itu. Kwan malah berkata kalau Min seharusnya berterima kasih padanya karena mobil butut jeleknya itu sekarang berubah jadi mobil mewah dan mahal. Kwan bahkan semakin sinis mengungkit-ungkit latar belakang Min lagi.


Kesal, Min akhirnya nekat mendatangi rumahnya Sila untuk mengonfrontasinya. Dia jelas tidak percaya saat Sila bilang kalau dia hanya ingin membantu Kwan untuk punya mobil, tidak ada yang namanya membantu secara cuma-cuma di dunia ini, semua orang pasti menginginkan imbalan. Balikin mobilnya.

Sila tidak mau. Min pernah menabrak mobilnya tapi Min belum membayar ganti rugi, dan sekarang dia minta mobilnya dibalikin secara cuma-cuma? Enak aja, mobil butut itu dia ganti dengan mobil lain yang harganya jauh lebih mahal, tahu.

Min sinis, dia rasa harga mobil itu kecil bagi seseorang seperti Sila... orang yang bisa menghasilkan jutaan semalam dari para wanita pekerjanya. Sila tersinggung mendengarnya.

"Kau masih sama saja. Kau ingin orang lain menghormatimu, tapi kau sendiri menghina orang lain."


"Aku akan bicara baik-baik hanya pada orang-orang yang kuanggap baik dan bukannya pada seorang ger..." Min sontak terdiam menyesali kata terakhirnya.

Sila tambah kesal mendengarnya dan langsung menyudutkan Min sampai Min ketakutan. Min mau bilang dia germo, bukan? Katakan saja, ngapain dia berhenti bicara? Atau Min berniat mencari kata lain yang jauh lebih baik untuk didengar? Nggak perlu! Tidak usah buang-buang waktu untuk berbasa-basi.

Baiklah, Min akui kalau dia menganggap uangnya Sila kotor dan dia tidak mau kakaknya mendapatkan apapun dari Sila. Kenapa Sila melibatkan diri dengan kakaknya?


Sila sontak menyudutkannya ke tembok. Min mau tahu kenapa dia melibatkan diri dengan kakaknya? Ketakutan, Min berusaha melarikan diri tapi Sila malah semakin rapat memerangkapnya dan menegaskan bahwa urusan antara dirinya dan kakaknya Min adalah urusan mereka berdua. Min tidak boleh ikut campur. Keluar!

Tapi Min belum mendapat jawaban atas pertanyaannya dan menolak pergi. Dia nekat mengikuti Sila sampai ke tepi kolam sambil terus menuntut jawaban.

"Kau ingin tahu sebesar itu? Baiklah. Kalau kau sangat ingin tahu, mana duluan yang harus kuberitahu? Hatinya... atau tubuhnya? Sudah puas sekarang? Kalau sudah, silahkan kau pergi."


Sila berbalik pergi, tapi Min tiba-tiba menariknya hingga mereka sama-sama kehilangan keseimbangan dan pada akhirnya terjatuh ke kolam. Min berusaha memberontak, tapi Sila mencengkeramnya erat dan jadilah mereka bergulat seru di air.

Min benar-benar emosi dibuatnya. "Aku sudah tahu kalau pria sepertinya tidak menginginkan apapun dari wanita selain..."

"Selain apa?"

"Apapun itu, kau mengetahuinya dengan baik. Pria sepertimu tidak pernah menghargai wanita. Aku tidak akan pernah membiarkan P'Kwan jadi mainanmu!"

"Bagaimana kalau kakakmu sendiri yang bersedia menjadi mainanku?"

"Tidak akan pernah! P'Kwan tidak akan pernah merendahkan dirinya sendiri untuk menjadi mainanmu, karena dia adalah wanita yang baik."

Sila sinis mendengarnya. Lalu bagaimana dengan Min sendiri? Apa dia juga wanita baik seperti kakaknya? Dia penasaran, di antara si kakak dan si adik, wanita mana yang lebih baik? Kalau Min tidak mau memberitahunya, tidak masalah, dia akan mencobanya sendiri untuk mengetahuinya.

PLAK! Min sontak menamparnya. "Kau benar-benar jahat. Kenapa kau sangat menjijikkan seperti ini?!"


Kesal, Sila sontak membungkam mulut Min dengan mulutnya. Berusaha keras memberontak, Min sontak mendorongnya dan menamparnya lagi. Tapi itu malah membuat emosi Sila semakin tersulut hingga dia langsung menciumnya lagi secara paksa.

Saat Min mau menamparnya lagi, Sila dengan cepat menantangnya untuk menamparnya saja. "Kalau kau menamparku lagi, aku akan menciummu lagi. Ayo, tampar!"

Berusaha menahan air mata dan emosinya, Min akhirnya berhenti melawannya dan menegaskan bahwa kakaknya adalah wanita baik dan dia tidak pantas mendapatkan pria kotor seperti Sila. Kalau Sila masih saja cari masalah, Min bersumpah akan melakukan segala cara untuk menghentikannya.

Min langsung pergi dengan mata berkaca-kaca tanpa menyadari kalau Sila juga sebenarnya sedih. Tak sengaja dia bertemu dengan Bibi Mam yang baru datang. Tanpa mengucap sepatah kata, dia langsung pergi.


Bibi Mam langsung mengomeli Sila gara-gara itu, bukankah Sila bilang kalau dia hanya akan mempermainkan Sida dan putranya, dan bukannya menyakiti wanita lain. Asal Sila tahu saja, Min tadi mendatanginya di club... karena Min merasa kalau Sila adalah Tor.

Sebaiknya Sila berhenti melibatkan diri dengan orang-orang itu sebelum Min memberitahu Sida tentang jati diri Sila yang sebenarnya.

Tapi Sila ngotot kalau Min tidak akan lagi berpikir dia adalah Tor karena dia sudah menunjukkan pada Min tentang betapa berbedanya dia dengan Tor. Tor adalah kakak yang sangat Min sayangi, tapi Sila bukan.

Bibi Mam jadi cemas mendengarnya, memangnya apa yang Sila lakukan pada Min barusan? Sila menyangkal, dia hanya membuat Min untuk berhenti cari masalah dengannya dan berhenti berpikir kalau dia adalah Tor.

Bibi Mam tak percaya mendengarnya, jadi Sila bukan hanya akan balas dendam pada ibu dan anak itu, melainkan pada semua orang yang pernah terlibat, baik mereka bersalah ataupun tidak.

"Bibi Mam, percayalah padaku. Semua yang kulakukan, aku sudah memikirkannya matang-matang."

"Kau tidak akan mendengarkanku biarpun aku berusaha untuk menghentikanmu. Kalau begitu, biarkan aku memperingatkanmu. Apapun yang kau lakukan, gunakan pikiranmu dan bukan emosimu. Jika tidak, orang yang akan merugi mungkin bukan Sida, tapi Sila."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments