Sinopsis The Crown Princess episode 4 - 2

 Alan santai saja menerima kabar tentang pengangkatan Kate. Malah menurutnya itu bagus, biar Kate senang. Akhirnya Kakek memandang Kate.

Mona kesal mendengarnya. Mona yang tidak senang karena Kakek selalu meremehkan Andre dan tidak pernah memandang Alan. Kapan Alan akan menunjukkan pada Raja Henry dan seluruh dunia bahwa dia adalah seorang pangeran yang punya otak? Dan bagaimana dengan Alice? Apa Alan sudah punya petunjuk?

Alan mengaku belum mendapatkan apapun, Mona jadi tambah kesal mengomelinya. Jangan lupa, dulu semasa kecilnya, Alan adalah cucu favorit Raja Henry. Tapi sekarang, segalanya dicuri dari mereka.

Raja Henry bahkan lebih mempercayai Kate untuk menggantikan Alice sekarang. Sedangkan Alan malah cuma leyeh-leyeh. Cepat buat pencapaian apa saja agar dia bisa segera merebut kembali cinta dan kepercayaan Raja Henry sehingga mereka bisa mendapatkan semua kekuasaan.

"Jangan kecewakan aku lagi!" Ancam Mona. Alan frutasi mendengarnya.

Keesokan harinya, dia melampiaskan segala frustasinya dengan latihan tembak dengan ditemani Will dan Kan. Kan dan Will kagum dengan kemampuan menembaknya yang cukup hebat.

Tapi Alan merasa percuma saja karena ibunya masih mengira dia bodoh. Mendengar itu, Will langsung meminta Alan untuk mendiskusikan masalahnya dengannya.

Tak lama kemudian, Alan mengaku bahwa dia ingin membuat sebuah pencapaian demi memenuhi permintaan ibunya. Masalahnya, dia sama sekali tidak bisa memikirkan apa yang bisa dia lakukan.

Menurut Will, ada banyak hal yang bisa Alan lakukan. Tapi karena waktunya terbatas, sebaiknya jangan melakukan hal yang terlalu sulit. Kedua, manfaatkanlah apa yang Alan miliki dan buat itu menjadi menguntungkan baginya. Ketiga, gunakanlah cara yang belum pernah dipakai siapapun sebelumnya.

Oh! Alan punya ide bagus... "Impor emas."

Kekayaan utama Hrysos adalah emas tapi belum ada seorangpun yang membuka pasar di Thailand. Will setuju dan langsung memberitahu informasi bahwa ada sejumlah emas yang tengah dikirim ke Asia. Jika Alan meminta kuota sebesar 1 triliyun untuk membuka pasar di sini, sepertinya tidak akan ada masalah.

"P'Will, aku punya teman di Thailand yang punya koneksi bagus. Aku akan menyuruhnya untuk menghubungi asosiasi perdagangan emas dan aku akan bicara sendiri pada mereka. Jika negosiasinya berhasil, kita bisa mendapatkan pemegang saham."

Alan senang banget dengan ide barunya ini dan langsung mengucap terima kasih pada Will atas rekomendasinya. Will senang membantunya, terkait masalah Alice, penyidiknya sudah mendapatkan alamatnya Pan.

Will menyarankan Alan untuk pergi sendiri saja dan jangan bilang-bilang pada siapapun tentang masalah ini. Jika Alan sendiri yang menemukan Alice, ibunya pasti akan bangga padanya.

Tak lama kemudian, Pan pergi tanpa menyadari Alan yang membuntutinya sampai ke markas. Dawin kebetulan membawa Alice ke sana untuk trimming rambut sama JC.

Dia mengintip selama JC men-triming rambutnya Alice. Dan setelah JC selesai, dia mencoba menawarkan bantuan untuk membuang rambutnya Alice. Tapi JC menolak dan melarangnya membuang rambut-rambut itu. Dia justru akan menyimpannya.

Orang-orang di keluarganya dan seluruh rakyat Hrysos menginginkannya. Mungkin bagi Dawin ini cuma helaian rambut biasa, tapi bagi rakyat Hrysos, ini adalah helaian rambut Putri Mahkota mereka.

Dengan nada agak sinis, dia menyindir Dawin yang menurutnya terlalu menghayati perannya sebagai suami Naree sampai dia lupa bahwa Naree bukan orang biasa, dia Putri Mahkota. Dawin jadi canggung mendengarnya. JC benar. Jika dia rakyat Hrysos, dia mungkin juga akan menyimpannya sebagai benda keramat.

Mendengar itu, JC menawarkan sedikit rambutnya Alice padanya sebagai hadiah. Biarpun Dawin bukan rakyat Hrysos, tapi dia sudah menjaga Putri dengan baik. Hatinya sama seperti mereka.

Hin baru menyadari Alan yang sudah berada di depan markas mereka dan jelas saja semua orang jadi panik. Dawin langsung memerintahkan Hin untuk menyingkirkan semua peralatan mereka dan sembunyikan JC, Pan dia perintahkan untuk menjaga depan rumah dan ulur waktu Alan selama mungkin, sementara dia sendiri akan mengamankan Alice.

JC malah nekat naik kembali untuk menemani Alice, Hin dengan cepat menangkapnya dan langsung menyeretnya bersembunyi di dalam gudang. Dawin mencari Alice tapi malah mendapati Alice baru keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk.

Dawin sontak mengalihkan pandangannya dan memberitahu bahwa Alan ada di sini. Takutnya dia akan mencurigai Alice ada di sini juga, mereka harus segera mencari jalan keluar.

Dawin asal saja mengambil sebuah baju dari lemari dan meminta Alice ganti baju secepatnya, mereka tidak punya banyak waktu. Tapi saat Alice keluar, dia malah lebih kaget mendapati baju itu ternyata baju s~~~i.

Buru-buru mengalihkan pandangannya dari baju s~~~i-nya Alice, Dawin pun mengawal Alice keluar sambil bertukar aba-aba dengan Hin yang berjaga di depan.

Karena pagar terkunci, Alan terpaksa masuk dengan melompati pagar tapi malah mendapati Pan sudah siap menyambutnya Pan. Alan tanya ini rumahnya siapa? Pan mengklaim kalau ini rumah temannya.

"Lalu di mana temanmu?"

"Teman saya sedang tidak ada di rumah."

"Terus kenapa ada banyak mobil di sini?"

"Teman saya punya banyak mobil."

Alan tak percaya dan langsung masuk sambil menuntut kenapa Pan menghindarinya. Pan menyangkal, itu cuma karena dia dipindahtugaskan. Dia hanya mengikuti perintah. Terkait masalah Alice, sebaiknya Alan tidak tidak perlu repot-repot menanyainya.

"Bahkan sekalipun saya tahu, saya tetap tidak akan memberitahu anda. Bahkan sekalipun saya tidak tahu apapun, saya tetap tidak akan memberitahu apapun pada anda. Jika Yang Mulia bisa sampai jauh-jauh datang kemari, maka tidak akan sulit bagi Yang Mulia untuk menyelidiki sendiri."

"Apa kau menantangku?"

"Saya tidak berani. Saya hanya bicara kebenaran. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putri Alice. Tapi sama sekali tidak ada alasan bagi Putri Alice untuk tinggal di sini. Bagaimana mungkin."

"Oke!"

Tapi teriakan Alan itu membuat Alice jadi kaget hingga dia refleks mundur dan tak sengaja menyenggol vas yang langsung terjatuh dengan suara berkelontangan yang jelas saja langsung membuat Alan jadi curiga.

Apalagi Pan bersikap semakin mencurigakan dengan menghalanginya menghalanginya naik dengan berbagai cara. Sementara Pan sibuk menghadang Alan, Hin buru-buru mengarahkan Dawin dan Alice untuk kabur lewat jendela.

Tapi pada akhirnya Alan berhasil juga menembus pertahanan Pan dan masuk ke salah satu kamar, tapi untunglah sudah tidak ada siapa-siapa di sana. Tapi tentu saja Alan masih curiga dan merasa aneh, masa Pan bersikeras menghalanginya jika tidak ada siapa-siapa di sini.

Dia jadi semakin curiga saat melihat vas yang jatuh di depan suatu ruangan dan langsung saja membuka pintu-pintu lain. Tapi tentu saja dia tidak akan menemukan Alice karena sekarang Alice sudah berhasil melompat dari tangga... tepat ke dalam dekapan Dawin.

Tiba-tiba terdengar suara shower menyala. Alan sontak membuka pintu kamar mandi... tapi malah cuma mendapati Hin yang pura-pura sedang mandi. Pan akhirnya bisa lega. Jadi... bagaimana bisa Alan datang kemari?

"Jangan mencurigaiku! Kaulah yang lebih mencurigakan! Aku tahu kau menyembunyikan Alice di sini."

Karena dia sangat mencurigai Pan, sekarang Alan menuntut Pan untuk kembali menjadi pengawalnya. Pan menegaskan bahwa dia hanya bisa kembali bekerja pada Alan jika bosnya yang menyuruh.

"Baik. Aku akan bicara sendiri pada Jenderal Chatchai. Aku ingin kau kembali bukan karena kau bekerja dengan baik, tapi karena kau melarikan diri dariku dan aku ingin menunjukkan padamu bahwa kau tidak bisa lari dariku." Sinis Alan

Dia mau pergi, tapi tiba-tiba saja dia melihat perlengkapan makeup-nya JC yang lupa mereka singkirkan dan jelas saja Alan jadi semakin curiga. Tapi kali ini di memutuskan diam saja dan pura-pura tak melihatnya.


Saking buru-burunya tadi, Alice terpaksa lari tanpa alas kaki dan jadi kesakitan karena kakinya terus menerus menginjak bebatuan. Melihat itu, Dawin langsung berhenti lari lalu dengan manisnya memberikan sepatunya untuk Alice, dia bahkan membersihkan kaki Alice dan membantu memakaikan sepatu itu, sehingga sekarang gantian Dawin-lah yang nyeker.

Setibanya di rumah, Dawin meyakinkan Alice bahwa biarpun Alan curiga Alice tinggal di sini, tapi Alan tidak punya bukti. Sebaiknya Alice istirahat saja sekarang. Kejadian tadi adalah salahnya dan timnya.

Melihat kaki Dawin yang tanpa alas kaki, Aice jadi tersentuh akan kebaikan Dawin padanya tadi, dia bahkan tampak mulai terpesona pada Dawin.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments